Curahan Hati Syaqila

1.1K 87 8
                                    

Nathan langsung berjalan mendekati sang bunda. Ia menginginkan klarifikasi tentang siapa dia sebenarnya. Kenapa baru sekarang ia menemukan fakta kalau dia bukan anak kandung ayah dan bunda?

"Bun, Nathan butuh penjelasan," ujar Nathan.

Mia menarik napasnya. Sudah saatnya ia mengatakan semua kebenaran tentang Nathan. Mia langsung mengatakan semua kebanaran itu. Ia mengatakan, kalau ia dan suaminya menemukan Nathan di tepi jurang. Saat itu, mereka sedang ingin berbulan madu di puncak. Badan bocah itu sudah dilumuri darah, detak jantung bocah itu sangat lemah.

Mia dan Satria langsung membawa bocah malang itu ke rumah sakit terdekat agar mendapatkan pertolongan. Setelah dokter memeriksa bocah laki-laki itu, dokter mengatakan kalau pasien tersebut mengalami koma, dan lupa ingatan.

Sebenarnya Mia dan Satria sudah satu tahun menikah, tetapi tidak kunjung diberi keturunan. Hingga suatu hari, sejoli tersebut memutuskan mengangkat bocah itu sebagai anak mereka. Lalu memberi nama Jonathan Satria. Berbulan-bulan Nathan koma, sebab pukulan itu sangat keras sehingga tengkorak belakang bocah tersebut rusak.

Saat itu, dokter sudah menyerah pada Nathan. Akan tetapi, Mia dan Satria tidak pernah putus asa. Mereka yakin anak angkat mereka pasti akan selamat. Sejoli tersebut langsung membawa Nathan ke Amerika untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Hingga suatu hari, keajaiban datang. Nathan sudah sadar dari tidur panjangnya. Kata-kata yang pertama keluar dari mulut bocah itu, Ayah, Bunda. Panggilan itu yang sangat diinginkan oleh Mia dan Satria. Sebenarnya sejoli itu sudah menyelidiki apa yang terjadi pada anak angkat mereka,  tetapi tidak kunjung menemui hasil.

Setelah menceritakan kejadian 15 tahun yang lalu, Mia langsung memeluk anak angkatnya.

"Nathan, percayalah. Bunda sangat menyayangimu seperti Bunda menyayangi anak kandung Bunda. Bunda mohon jangan tinggalin Bunda." Isak Mia sambil memeluk putrinya. Wanita itu sudah terlanjur sangat menyayangi Nathan. Hingga, ia enggan melepaskan anak yang sudah ia rawat seperti anak kandung sendiri.

Nathan membalas pelukan sang bunda. Akan tetapi, dalam hatinya, ia akan mencari tahu siapa dia yang sebenarnya, dan siapa bayi yang selalu ada dimimpinya. Hampir setiap malam, pria berumur kepala dua itu bermimpi, dia selalu mencium bayi perempuan.

"Bun, terimakasih sudah merawat, dan membesarkanku," lirih Nathan, lalu melepaskan pelukan tersebut.

  ***

Setelah membeli obat agar tangan Syaqila tidak terlalu perih, Nicho langsung kembali ke rumah. Tidak memerlukan waktu banyak, ia sudah sampai di tempat tujuan yaitu mansion. Pria tersebut langsung turun dari mobil, lalu berlari ke kamar.

Ceklek!

Saat pintu terbuka Syaqila langsung duduk, ia sangat takut jika Nicho akan marah lagi.

"Tenang, Syaqila. Aku tidak akan menyakitimu lagi," ucap Nicho. Akan tetapi, tubuh wanita berlesung pipi itu masih bergetar hebat.

"Pergi kamu! Hus ... sana kamu! Jangan sakiti aku!" teriak Syaqila frustasi, sambil melemparkan bantal ke arah Nicho.

Nicho langsung berlari, dan memeluk sang istri yang sedang ketakutan itu. Akan tetapi, Syaqila masih meronta-ronta agar dilepaskan. Pada akhirnya, Syaqila kalah, ia sudah kehabisan energi untuk melawan seorang yang mungkin sudah dianggapnya sebagai Monster.

Setelah Syaqila sedikit tenang, pria tersebut langsung mengambil air yang bersih. Setelah mengambil air tersebut, ia langsung membuka kain kasa Yanga berada di tangan sang istri. Syaqila hanya diam mematung.

Nicho meneteskan sedikit obat tersebut ke air yang baru dia ambil dari kamar mandi.  Tujuan utamanya yaitu membersihkan luka tangan sang istri agar tidak infeksi. Sudah tiga apotik yang dikunjungi Nicho, tetapi tidak ada salep untuk mengobati tangan yang luka akibat pecahan kaca.

Para pekerja di apotik mengatakan kalau tidak ada salep yang bisa dioles ke luka akibat pecahan kaca. Jika ada, apotik mereka tidak mempunyai salep tersebut. Pada akhirnya, Nicho memilih obat yang bisa digunakan untuk membersihkan luka akibat pecahan kaca.

Nicho langsung membersihkan tangan sang istri dengan sangat lembut, sesekali ia menghembus karena sang istri meringis kesakitan. Setelah selesai membersihkan, Nicho kembali membalut tangan istrinya, lalu duduk di samping Syaqila.

"Tolong bantu aku agar bisa mencintaimu," ucap Nicho.

"Aku tidak bisa. Lagian aku juga tidak tahu dan tidak mau tahu tentang cinta," jawab Syaqila dengan tatapan lurus ke depan sambil memeluk lutut.

"Syaqila maafkan aku," cicit Nicho.

"Kalian hanya bisa meminta maaf, tetapi kalian terus saja mengulangi kesalahan yang sama. Terkadang aku berpikir, kenapa aku harus dilahirkan ke dunia yang penuh sandiwara ini? Apa kalian tidak sadar atas perbuatannya kalian? Kalian mengikis semangat hidupku. Apa kalian tidak tahu betapa hancurnya aku, ketika kalian mengatakan kalau aku manusia pembawa sial? Sakit sekali rasanya saat kalian semua menghakimiku. Kalian menyiksaku tanpa kesalahan yang tidak aku perbuat," ujar Syaqila dengan posisi yang masih sama.

"Syaqila--"

"Apa kalian tidak tahu juga betapa menderitanya aku? Sedari kecil aku sudah sering dipukuli oleh ayah dan ibuku. Hingga suatu hari, aku berharap setelah aku menikah maka penderitaanku berakhir. Akan tetapi, itu hanya sebatas angan-angan saja. Berkali-kali aku bangkit hanya untuk kembali dihancurkan, dan yang menghancurkanku bukan orang yang jauh dariku." Syaqila langsung menyeka air matanya yang sedari tadi turun dengan deras.

"Aku janji, aku yang akan memberikan cinta kepadamu." Ingin sekali Nicho menggenggam jemari sang istri, tetapi tidak bisa, sebab tangan sang istri masih sakit.

"Aku tidak tahu siapa yang dulu menyapaku. Cinta yang kau janjikan, atau kematian yang sudah dituliskan," lirih Syaqila.

Waktu kecil, Syaqila sudah pernah menjalankan pengobatan terapi psikologi. Sebab, ia selalu mendapat kekerasan dari ayah dan ibunya. Syaqila mengalami depresi berat dan gangguan mental. Ayah dan ibunya juga pernah masuk penjara selama dua bulan, karena tetangga mereka memotret dan memvideo kekerasan itu, lalu melaporkan ke pihak perlindungan anak.

Setelah keluar dari penjara, Al dan Fara sudah tidak terlalu sadis lagi jika menghukum putri mereka. Sudah jelas terlihat kalau Syaqila tidak pernah mendapatkan cinta. Hingga suatu hari, ia berharap setelah menikah ia akan mengucapkan selamat tinggal pada penderitaan. Akan tetapi, itu hanya ilusi yang tidak sampai.

Nicho langsung memeluk sang istri. Perasaan menyesal sudah menghantui hati kecilnya. Mengapa dahulu, ia menyiksa wanita, entah wanita apa lagi untuk memberikan gelar pada Syaqila, Sakin kuat dan hebatnya dia. Ia menjalani hidup yang pahit ini dengan sendirian. Jika di posisi Syaqila, belum tentu ia bisa sekuat wanita yang pernah ia siksa dengan brutal.

Sekarang Nicho sadar kalau wanita bukan makhluk lemah. Wanita makhluk Tuhan yang kuat dan istimewa, wanita memiliki kekuatan yang tersembunyi walau hampir pernah menyerah.

Lalu apa pantas laki-laki menyiksa seorang wanita? Oh, jelas tidak pantas. Terkadang sebagian laki-laki lupa kalau udah pernah ada robekan sebuah rahim hanya untuk mengeluarkannya. Robekan rahim yang sangat sakit, sakit yang tidak bisa dijelaskan lagi hanya untuk mengeluarkan pria pengecut!

Wanita makhluk yang sangat istimewa, sehingga Allah memberikan surat tersendiri di kitab Al-Qur'an  khusus untuk wanita, yaitu surat 'An-Nisa yang artinya wanita.' Tidak hanya di kitab Al-Qur'an, di semua kitab.

Wanita Makhluk yang Tuhan  ciptakan dengan sifat yang lembut. Maka berhati-hatilah jika seorang wanita sudah marah, lalu dia mengadukan pada Tuhan. Hidupmu dalam bahaya wahai pengecut!






Cinta untuk Syaqila [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang