Hujan yang tidak diinginkan

1K 81 19
                                    

Tanpa sepengetahuan Nicho, hari ini Syaqila pergi ke rumah orang tuanya. Ia membutuhkan klarifikasi tentang siapa Devano Al-Farizzi. Lagian Nicho juga sudah pergi dari rumah setelah menerima panggilan telepon.

Tidak lama dari itu, ojek online yang dipesan Syaqila sudah datang. Wanita berbaju toska langsung naik. Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di tempat tujuan, yaitu rumah Al.

Tok-tok-tok!

Ceklek!

"Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Fara. Entah mengapa, dia paling tidak suka melihat putrinya. Biasanya setiap ibu, pasti bahagia ketika putrinya berkunjung ke rumah. Namun, hal itu tidak berlaku pada Fara Ananda.

"Apa Ibu tidak suka jika aku datang ke sini?" tanya Syaqila bernada lirih.

"Ya, aku sangat tidak suka kau datang ke sini. Setiap aku melihat wajahmu aku selalu teringat pada, Fa--" Mulut Fara langsung bungkam, hampir saja dia menyebut nama seseorang. Entah siapa 'Fa' yang di maksud Fara, Syaqila juga tidak tahu.

"Jika melihat wajahku, Ibu teringat pada, Fa? Siapa itu? Kenapa Ibu tidak melanjut perkataan Ibu?" Syaqila bertanya penuh dengan selidik.

Fara sudah tidak tahu lagi harus menjawab apa. Kenapa bibirnya bisa seember ini? Bisa-bisa nanti rahasia terbesarnya terbongkar karena mulut ember itu. Wanita berumur kepala empat sedang memikirkan apa jawaban yang akan dikatakan pada Syaqila. Tidak lama dari itu, Al bergabung dalam percakapan mereka.

"Ngapain, sih, kamu datang lagi? Saya sudah pernah mengatakan kalau sudah tidak ada tempat lagi untukmu di sini!" tekan Al.

Al langsung melirik istrinya dengan tajam. Rahasia yang sudah mereka tutup-tutupi selama 19 tahun lebih, sekarang Fara hampir saja salah ngomong.

"Ayah, Ibu, kalian kenapa, sih? Aku ini anak kalian. Seharusnya kalian senang jika aku mengunjungi kalian. Lagian aku datang ke sini untuk mendapatkan jawaban." Syaqila langsung mencari foto yang disimpan di tasnya.

"Coba jelaskan maksud semua ini." Syaqila langsung memberi foto keluarga mereka pada Al. Di mana di foto itu ada seorang anak laki-laki yang kira-kira berumur lima tahun.

Al menerima foto tersebut. Beberapa detik kemudian, ia langsung membulatkan mata.

"Ayah, siapa Devano Al-Farizzi itu?" tanya Syaqila.

"Ayah! Kenapa Ayah diam! Ayah harus jawab, siapa Devano itu!" tegas Syaqila.

Al hanya diam membisu, dia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Namun, ia berfikir, kenapa Syaqila bisa menemukan foto ini? Bukankah dulu dia sudah menghilangkan jejak. Apa jangan-jangan, Syaqila sudah pernah pergi ke tempat itu? Akhh! Al sungguh pusing. Bisa mati digantung dia jika kebenaran itu sudah terungkap.

Saat melihat foto pria yang sangat mirip dengannya. Mata pria yang di foto langsung membulat. Seolah-olah sedang melototi Al.

"Setan!" teriak Al, lalu membuang foto tersebut.

***

Sesudah menyelesaikan urusan, Nicho kembali ke rumah sambil membawa sayur-sayuran dan buah-buahan yang tadi dibeli di mall.

Nicho bergegas ke kamar untuk memberikan makanan yang baru dia beli. Sebab, sedari tadi sang istri belum makan. Namun, saat membuka pintu, sudah tidak ada orang yang dicari.

Nicho berniat untuk menelepon Syaqila. Akan tetapi, tidak ada kontak sang istri di ponsel tersebut. Apa jangan-jangan Syaqila pergi ke gedung angker itu lagi, atau sedang pergi ke rumah orang tuanya. Akhh! Nicho tidak tahu.

Sekarang ia harus mencari istrinya. Ia takut terjadi hal buruk lagi pada sang istri. Sebab, ia melihat akhir-akhir ini Syaqila sering memegang kepala. Saat Nico bertanya, Syaqila selalu menjawab kalau ia baik-baik saja.

Cinta untuk Syaqila [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang