Kenapa semuanya sangat sakit

1K 70 4
                                    

Nicho langsung melajukan mobilnya, hanya ada keheningan. Akan tetapi, suara isakan tangis Syaqila masih  terdengar. Pria berusia 27 tahun tersebut sekilas menoleh ke samping.

"Tuan, di mana lokasi bangunan angker itu?" tanya Syaqila.

"Kamu mau ke sana?" Nicho balik bertanya.

Syaqila menatap wajah suaminya, kemudian mengangguk. Nicho menaikkan alisnya sebelah, kenapa dengan Syaqila? Ada apa dengannya? pertanyaan itulah yang ada di benak pria ganteng tersebut.

"Kamu tidak boleh ke sana!" gertak Nicho.

"Kalau Tuan tidak mau mengantar saya, tolong turunkan saya." Pandangan Syaqila masih terus saja ke depan.

"Emang kamu punya duit ke sana?" tanya Nicho sambil tersenyum menyeringai.

"Saya, kan, seorang jalang. Jadi saya punya banyak duit," ucap Syaqila datar.

Sitt!

Nicho langsung merem mobilnya secara mendadak. Untung Syaqila memakai sabuk pemangan, kalau tidak, dia pasti kebentur. Syaqila langsung membuka sabuk pengamannya, kemudian membuka pintu mobil.
Belum sempat Syaqila turun, Nicho sudah memegang pergelangan istrinya kembali.

"Mau ke mana kamu?" tanya Nicho lagi.

"Ke bangunan angker. Kalau begitu, tolong lepasin tangan Tuan dari tangan saya," jawab Syaqila.

Nicho kembali menarik tangan Syaqila dengan kasar agar wanita tersebut duduk kembali di bangku. Kemudian Nicho menutup pintu mobil, lalu menguncinya.

"Tuan buka pintu mobilnya!" Syaqila terus saja membuka pintu mobil, tetapi tidak bisa terbuka karena telah dikunci oleh sang suami.

"Diam! Jangan buat aku marah di sini! Jika aku sudah marah, aku tidak bisa menanggung keselamatanmu!" bentak Nicho.

"Aku hanya ingin mencari sesuatu di sana! Apa salahnya, sih?! Uhuk ... uhuk ... uhuk." Kepala dan pinggang Syaqila sakit lagi. Wanita tersebut langsung memegang kepalanya yang sedang berdenyut hebat.

Sesekali, Syaqila menjambak rambutnya agar dia tidak berteriak. Wanita tersebut juga menggigit bibir bawahnya. Syaqila sudah tidak tahan lagi, sakit kepala dan pinggangnya sakit secara bersamaan. Nicho yang melihat itu semua hanya diam tanpa bertanya. Setelah itu, Syaqila tergulai lemas. Wajahnya kembali pucat, hidungnya mengeluarkan darah.

"Ihhh! Jorok banget." Nicho menatap jijik istrinya, sebab hidung sang istri mengeluarkan darah.

Nicho langsung mengambil tissue, lalu menyedorkannya ke Syaqila. Wanita tersebut langsung menerimanya, kemudian menghapus hidungnya. Nicho kembali melajukan mobil sport-nya, sedangkan Syaqila sudah tertidur.

***

"Pi, nanti malam kita ke rumah Nicho, ya. Mami kangen sama dia," rengek Diana.

"Iya, nanti malam kita ke sana," jawab Perdena.

Sesampainya ke rumah, Nicho langsung membangunkan Syaqila. Akan tetapi, yang dibangunkan tidak mau bangun. Mau tidak mau, Nicho langsung menggendong istrinya.

"Menyusahkan!"

Nicho langsung menggendong Syaqila menuju kamar, sesampainya di sana. Pria tersebut langsung merebahkan bobot istrinya di ranjang. Samar-samar, Nicho melihat wajah pucat istrinya. Dari wajah Syaqila saja bisa disimpulkan pria tersebut, betapa menderita dan tersakitinya Syaqila.

"Ampun Tuan ... Maaf Tuan ... jangan pukuli Syaqila lagi, badan Syaqila sakit. Semua badan Syaqila sangat sakit. Syaqila sudah tidak tahan lagi." Wanita tersebut mengigau, keringat sudah bercucuran dari wajah wanita cantik itu.

Nicho menelan salivanya melihat sang istri yang terus saja mengigau minta ampun ada sedikit iba di hatinya. 10 detik kemudian, dia tersadar, lalu tersenyum menyeringai. Dia tidak boleh iba, dia harus menyiksa Syaqila agar Syaqila meminta diceraikan.

Perlahan mata Syaqila terbuka. Wanita tersebut merasakan haus yang sangat luar biasa, tenggorokannya sungguh sangat kering. Wanita tersebut langsung bergegas dari ranjangnya, kemudian berjalan menuju dapur.

Seketika dia mengingat kembali perkataan suaminya, kalau dia hanya boleh meminum air bekas Nicho yang ada di meja. Akan tetapi, wanita cantik tersebut sudah merasakan haus yang sangat luar biasa. Tanpa basa-basi, dia mengendap-endap mengambil air minum. Biasanya juga Syaqila kalau mau minum pasti mengendap-endap. Akan tetapi, hari ini suaminya sedang berada di rumah, makanya dia sangat takut melancarkan aksinya.

Setelah meneguk tiga gelas air putih, haus Syaqila belum juga hilang. Wanita tersebut kembali meneguk air putih tersebut.  Ini sudah yang kelima gelasny Syaqila meminum air putih, perutnya sudah sangat kenyang. Akan tetapi, tenggorokannya masih sangat kering.

"He, Kamu!"

Prang!

Syaqila terkejut saat mendengar suara bariton Nicho, sehingga gelas yang di tangannya pecah. Hidupmu sedang masalah wanita malang, kamu sudah merusak barang-barang Nicho.

"T---tuan, a---aku tidak sengaja," ucap Syaqila ketakutan.

"Beraninya kamu merusak barang-barangku! Apa kamu sudah tidak punya pekerjaan lagi! Pekerjaanmu selalu menyusahkan orang! Ngotak dong kamu! Kalau udah ditampung di rumah orang jangan lagi membuatnya susah! Kamu selalu membuatku jengkel!" Setiap teriakan Nico, Syaqila hanya menunduk saja. Ada lega di hati wanita tersebut, sebab suaminya tidak memukulinya lagi.

Nicho langsung pergi meninggalkan Syaqila, kali ini dia harus menahan emosinya. Syaqila masih sakit, dia takut nanti Syaqila mati ditangannya.

Cinta untuk Syaqila [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang