Syaqila tidak kunjung bangun dari pingsannya, hal itu membuat Nicho panik setengah mati. Sudah lebih 7 jam Syaqila pingsan, tetapi belum ada tanda-tanda, ia akan terbangun.
Nicho sudah tidak tahu harus berbuat apa. Buru-buru, pria tersebut langsung memakaikan baju istrinya. Sebab, sang istri masih menggunakan kaos dan shot. Setelah ia selesai membajui sang istri, Nicho kembali duduk di samping Syaqila.
Ceklek!
Nicho langsung beralih ke sumber suara. Betapa terkejutnya ia ketika yang datang adalah maminya. Ya, tadi Diana merengek meminta diantar ke rumah Nicho dan disetujui oleh Perdana. Perdana mungkin sudah pergi ke kantornya.
"Ma---mami ..."
"Hmmm, Mami datang ke sini mau ngasih ini ke Syaqila," ucap Diana sembari menunjukkan paper bag yang ada di tangannya.
Ada senyuman di bibir Diana, ternyata ia sudah salah mengira putranya. Ia pikir putranya akan menyiksa Syaqila, tetapi itu hanya firasat buruk saja. Buktinya, saat Syaqila tertidur, Nicho terus saja di samping istrinya.
Saat Diana sudah berada di ranjang, betapa terkejutnya dia kala netranya melihat kaca pecah dan tangan menantunya dibalut dengan kain kasa. Sekarang netra Diana menatap wajah menantunya, wajah sang menantu sungguh sangat pucat bak mayat.
"Nicho, apa yang terjadi pada Syaqila?" Diana bertanya penuh dengan selidik.
"Mmmm ... Nicho. Mmmm, aku gak tau Mi," jawab Nicho gugup.
Diana kembali melihat menantunya. Sang menantu mengeluarkan air mata, tetapi netranya masih terpejam. Diana juga seorang wanita, jadi ia bisa merasakan jika sudah seperti itu belarti seorang itu sedang kesakitan. Hanya saja mungkin wanita yang berumur kepala empat itu tidak pernah berada di posisi Syaqila. Posisi yang dipenuhi dengan penderitaan.
"Nicho, coba tatap mata Mami. Lalu katakan apa yang sebenarnya terjadi ...."
Nicho diam saja, ia enggan menatap mata indah maminya.
"Nicho! Mami juga seorang wanita, jadi Mami bisa melihat kalau Syaqila sedang tidak baik-baik saja!" sergah Diana.
"Sebenarnya ... mulai dari awal menikah, Nicho selalu." Pria tersebut menarik napasnya dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya. "Nicho selalu menyiksa Sya---"
Plak!
Belum sempat Nicho menjawab semuanya, Diana sudah terlebih dahulu menampar pipi putranya.
"Mami gak nyangka kamu seperti itu! Apa kami orang tuamu pernah mengajarkanmu berbuat seperti itu! Mulai dari kecil, kami mendidikmu dan melengkapinya dengan kasih sayang. Tetapi, kenapa setelah besar kamu seperti binatang?!" murka Diana, wajahnya sudah merah padam.
"Mi."
Plak!
"Lihat wanita yang diranjang itu." Tunjuk Diana ke arah Syaqila. "Lihat! Dia seorang wanita, dan kamu menyiksa seorang wanita?! Apa kamu tidak sadar, kalau kamu dilahirkan dari rahim seorang wanita? Jadi, apa yang harus kau banggakan dengan kehebatanmu itu?! Kalau tidak ada wanita, kau dan kehebatanmu itu tidak akan ada gunanya! Kau menyiksa Syaqila, sama saja kau telah menyiksa Mami!"
Nicho hanya diam saja, yang dikatakan maminya memang betul. Nicho tidak lain dari seorang pengecut. Napas Diana masih memburu, ia masih murka terhadap putranya. Setahu Diana, ia tidak pernah mengajarkan anaknya bersifat iblis, dan bodohnya Syaqila tidak pernah mengadu. Ancaman apa yang sudah diberikan Nicho pada istrinya, sehingga sang istri sangat takut mengatakan segala kebenarannya?
"Coba katakan, apa saja yang sudah kau lakukan pada Syaqila?" tanya Diana dengan mata yang melotot.
"Memukul, menyambuk, tidur di lantai, tidur di bathub, dan---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta untuk Syaqila [Sudah Terbit]
Romance#Sudah tersedia di Shopee!! #Buruan Order ❤️🌹 Kisah cinta ini berawal di saat Syaqila Al Kania Azzahra harus dijodohkan dengan pengusaha muda bernama Nicholas Reynardo Perdana. Dari situlah awal mula kepahitan hidup Syaqila. Nicho terus saja menyik...