Derita Syaqila

1.2K 84 27
                                    

Ancaman Nicho memang benar-benar terjadi, Syaqila tidur di kamar mandi. Wajah wanita cantik tersebut sudah sangat pucat. Semalaman wanita itu tidak tidur, ia terus saja menangis dalam diam sehingga matanya membengkak karena kelamaan menangis.

Nicho juga sudah membuka kunci kamar mandi. Akan tetapi, Syaqila tidak kunjung beranjak dari sudut kamar mandi. Mungkin, Nicho sudah pergi ke kantor.

Tidak lama dari itu, Syaqila perlahan berdiri, lalu keluar dari kamar mandi yang menurutnya sangat terkutuk. Kini, wanita cantik tersebut sudah berada di depan kaca rias. Ia melihat dirinya di kaca. Penampilannya sudah acak-acakan, ia melihat kantung matanya berwarna hitam, wajahnya pucat pasi.

Syaqila membuka bajunya, kini menyisakan kaos dalam berwarna pink. Sekarang Syaqila beralih membuka celananya dan sekarang menyisakan shot berwarna hitam.

Di kaca Syaqila melihat dirinya yang begitu sangat menderita. Air mata beserta isakan kembali keluar. Memang betul kata orang, cermin adalah sahabat terbaik, saat kamu menagis, kaca tidak akan pernah tertawa.

Beberapa detik kemudian. Kapala dan pinggang Syaqila sakit lagi. Wanita malang tersebut langsung menutup matanya sambil menggigit bibir bawahnya. Akhir-akhir ini kepala dan pinggangnya selalu sakit.

"Kamu kuat Syaqila. Tidak ada yang memahami kesakitan dan penderitaanmu kecuali dirimu sendiri," ucap Syaqila di hadapan kaca. Beberapa detik kemudian, hidungnya kembali mengeluarkan darah.

"Semuanya sangat sakit!" teriak Syaqila sambil menghapus darah yang keluar dari indra penciumannya, darah tersebut sudah belepotan di wajah pucat Syaqila.

Kepala Syaqila berdenyut sangat hebat. Ia langsung memegang kepalanya pandangannya langsung mengabur. Saat Syaqila melepaskan tangan dari kepalanya, ia sangat terkejut saat banyak rambut yang rontok di telapak tangannya.

****

Nicho tidak pergi ke kantornya, melainkan ke rumah Zevanya. Setelah sampai ke tempat tujuan, pria tersebut langsung turun dari mobilnya.

Tok-tok-tok!

"Sebentar," sahut penghuni rumah.

Ceklek!

"Ngapain pagi-pagi ke sini?" tanya Zevanya.

"Aku mau ngasih sesuatu samamu," jawab Nicho.

"Apa?"

"Nathan sudah memiliki pacar, semalam aku melihatnya berduaan dengan seorang wanita di tempat yang gelap," ujar Nicho.

Zevanya menautkan alisnya.

"Aku punya buktinya." Nicho langsung mengambil ponselnya, lalu menunjukkan hasil potretannya yang semalam. Zevanya langsung melihatnya.

"Ini, kan, Syaqila?"

Nicho langsung melongo melihat wanita yang di hadapannya. Dalam benak Nicho. Kenapa Zevanya bisa mengenali Syaqila?

"Kamu kenal sama wanita di foto ini?" tanya Nicho. Zevanya mengangguk.

"Iya, semalam aku juga di sana. Syaqila hampir saja diperkosa pereman. Mungkin kalau aku dan Nathan tidak melewati jalan itu, Syaqila pasti akan bernasib malang," ujar Zevanya.

Nicho membulatkan matanya, sedangkan Zevanya mengangguk. Jadi, ia sudah salah paham terhadap istrinya. Entah mengapa tiba-tiba Nicho teringat akan Syaqila. Hatinya mulai gunduh, firasat tidak enak kembali merasuki hati kecil Nicho. Tanpa basa-basi, ia langsung lari kemobilnya dan berniat untuk melihat Syaqila di rumah.

***

"Kenapa semuanya sangat sakit!

Bar!

Syaqila langsung meninju kaca dengan tangan kirinya sampai kaca tersebut pecah. Tangannya sudah mengeluarkan darah segar.

"Kepala dan pinggangku sakit!"

Bar!

Syaqila kembali memukul kaca dengan tangan kanannya. Darah segar terus saja keluar.

"Hatiku sangat sakit! Semuanya sakit!"

Bar!

Kini, kedua tangan Syaqila meninju kaca. Tangannya sudah dipenuhi luka dan darah terus saja keluar. Wanita tersebut sudah seperti mati rasa.

"Huaa! Tuhan kapan engkau memberikan kebahagian padaku? Apa sudah tidak ada kebahagiaan yang tertulis untukku?! Katakan padaku, apa kesalahanku sehingga engkau membuatku semenderita ini?!" Syaqila langsung terjatuh, darah dan air mata terus saja keluar.

Wanita malang tersebut langsung memeluk lututnya. Darah terus saja turun dari hidungnya. Lantai putih yang diduduki Syaqila sudah berwarna merah.

Ceklek!

"Syaqila! Kamu kenapa?" Nicho langsung berlari menghampiri istrinya.

Syaqila langsung melihat orang yang sudah memanggil namanya. "Apa pedulimu samaku?!" teriak Syaqila sambil terisak.

Penampilan Syaqila membuat Nicho merasa sangat bersalah. Pria tersebut langsung memeluk Syaqila.

"Lepasin tangan kotormu dari tubuhku! Aku sangat membencimu! Aku sangat membenci kalian semua! Aku mau mati saja!" Sebisa mungkin Syaqila melepaskan pelukan Nicho, akan tetapi, Nico semakin mempererat pelukannya.

"Syaqila, maafkan aku. Aku mengaku salah, aku sudah menuduhmu yang tidak-tidak," ujar Nicho.

"Semuanya sakit, aku mau mati." Pandangan Syaqila mulai mengabur, al hasil, wanita tersebut langsung pingsan di pelukan suaminya.

"Syaqila, Syaqila, kamu kenapa?" Nicho langsung melepaskan pelukannya, kemudian melihat istrinya.

"Syaqila! Bangun! He." Nicho langsung mengangkat istrinya, lalu merebahkannya ke ranjang.

Samar-samar Nicho melihat wajah istrinya yang hampir dipenuhi darah. Pria tersebut langsung mengambil air hangat untuk menghapus darah yang ada di wajah istrinya.

Beberapa menit kemudian, Nicho baru sadar kalau kamar sudah sangat berantakan. Kaca sudah pecah, darah sudah banyak di lantai. Mata Nicho beralih ke tangan Syaqila. Tangan istrinya sudah dipenuhi luka-luka.

"Akhh! Ini semua salahku!" teriak Nicho sambil menarik rambutnya frustasi.

Nicho langsunh mencari kotak p3k dan air hangat. Setelah mendapatkannya, ia terlebih dahulu membersihkan wajah Syaqila, setelah itu baru beralih ke tangan istrinya. Nicho langsung mengobati tangan Syaqila, kemudian membalut luka tersebut dengan kain kasa.

Setelah selesai, Nicho langsung menyelimuti istrinya tanpa berpikir harus menelpon dokter. Kini, pria tersebut langsung membersihkan puing-puing kaca dan membersihkan darah yang ada di lantai.

Setelah selesai dengan semuanya, Nicho langsung duduk di samping istrinya.

"Maafkan aku, aku sudah berbuat salah padamu. Aku janji, aku akan belajar mencintaimu. Aku janji, ini terakhir kau menderita. Maafkan aku Syaqila," ujar Nicho.

Cinta untuk Syaqila [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang