Hidup Penuh Sandiwara

837 78 5
                                    

Hujan semakin deras. Namun, Nicho belum juga menemukan istrinya. Ia sudah mencari, tetapi tak kunjung ketemu. Saat ini, pria tersebut sedang berjalan dengan payung. Mobilnya masih ia parkirkan di rumah sang mertua.

"Syaqila, kamu di mana?" gumamnya.

Nicho melihat dua orang manusia berjenis kelamin yang berbeda di danau. Salah satu di antara mereka ciri khas-nya seperti Syaqila. Apa itu Syaqila, ya? pikir Nicho. Lebih baik, ia pastikan saja siapa wanita tersebut.

"Syaqila," panggilan Nicho.

Nathan dan Syaqila menoleh ke sumber suara. Melihat pria yang di samping Syaqila membuat Nicho jadi tidak suka. Kenapa setiap yang dimiliki Nicho selalu didekati Nathan? Pikir pria tersebut.

Nicho langsung menarik sang istri agar ke pelukannya. Hal itu membuat Nathan menautkan alisnya.

"Nathan, aku minta padamu kali ini, tolong jangan ambil milikku," tegas Nicho.

"Hah? Mengambil milikmu? Sejak kapan aku mengambil milikmu?" Nathan bertanya.

Nicho tidak menjawab pertanyaan Nathan. Ia lebih memilih membawa Syaqila agar pulang ke rumah. Sejoli tersebut berjalan menuju mobil yang masih terparkir di rumah orang tua Syaqila.

Hujan sudah reda, sekarang menyisakan gerimis yang halus. Yang dikatakan Nathan memang betul. Pelangi tidak selalu muncul setelah hujan. Buktinya hari ini tadi hujan deras, tetapi tidak ada pelangi yang datang. Melainkan becek.

Bibir Syaqila bergetar kedinginan. Hal itu membuat Nicho menoleh ke sumber suara.

"Syaqila tolong pegang payungnya," ucap Nicho. Syaqila langsung menerima payung tersebut.

Nicho membuka jas hitamnya, lalu memberi jas tersebut ke punggung Syaqila. Wanita tersebut langsung melihat wajah sang suami. Masih menjadi misteri bagi Syaqila, kenapa Nicho sekarang berubah drastis menjadi orang yang baik?

Bukannya Syaqila tidak suka, dia bahkan sangat suka sama perubahan sang suami. Namun, ia takut kalau ini semua hanya jebakan dari Nicho untuk menjalankan aksi dalam membuat hidup Syaqila semakin hancur.

Bukankah dulu Nicho pernah berjanji untuk membuat hidup Syaqila menderita? Janji itulah yang masih menghantui wanita tersebut. Yang dikatakan Al tadi memang benar, mereka berdua sangat menginginkan kematian Syaqila. Oleh karena itu, ia sangat takut terjebak di zona yang sudah dibuat oleh sang suami.

Nicho senyum hangat pada Syaqila. Lalu berjalan kembali. Sekarang, mereka sudah sampai di mobil. Nicho langsung melajukan mobil. Hening, tidak ada yang bicara. Hanya saja bibir Syaqila bergetar kedinginan.

Beberapa menit perjalanan, mereka sudah sampai di rumah. Pasutri tersebut langsung keluar dari mobil. Syaqila berjalan ke kamar untuk mengganti baju, sedangkan Nicho ke dapur untuk memasak sup yang akan diberikan nanti pada sang istri. Cuaca yang dingin sangat cocok memakan makanan yang panas.

Pertama-tama, Nicho langsung membuka aplikasi google. Jujur, pria tersebut baru pertama kali ini memasak. Nicho terus mengikuti langkah-langkah yang diberi tahu oleh google.

Beberapa menit bergelut dengan alat masak, ia sudah selesai memasak sup tersebut. Nicho langsung bergegas ke kamar untuk memberi makanan tersebut pada Syaqila.

Ceklek!

Syaqila menoleh ke sumber suara. Nicho melihat tangan sang istri, kain kasa semalam berwarna putih, tetapi Sekarang kembali berwarna merah. Tanpa basa-basi, ia langsung menaruh makanan yang di tangannya ke nakas. Lalu bergegas mencari kotak p3k dan obat yang dibeli semalam.

Sesudah mendapatkan benda-benda tersebut, Nicho berjalan ke kamar mandi sambil membawa gayung yang berisi air.

Syaqila yang duduk di tepi ranjang masih menatap aneh sang suami. Beberapa menit kemudian, Nicho langsung berjongkok. Pria tersebut langsung membuka kain kasa yang ada di tangan sang istri. Pertama, ia terlebih dahulu membersihkan tangan sang istri agar nanti tidak infeksi.

Sesekali Nicho meniup tangan Syaqila, sebab Syaqila meringis kesakitan. Luka itu masih sangat perih.

"Tuan, perlakukan aku seperti biasa. Tapi, jangan memukuliku. Aku lebih suka sikap Tuan yang dulu. Aku takut menyalah artikan semua ini," lirih Syaqila.

Nicho mendongak menatap bola mata indah sang istri yang terlihat sendu.

Ceklek!

Nicho dan Syaqila menoleh ke sumber suara. Di pintu sudah ada orang tua mereka masing-masing dengan aura yang sangat marah.

"Lihat Perdana. Putriku selalu disakiti oleh anakmu, aku tidak rela," ucap Al dengan raut yang sangat bersedih.

Dada Perdana sudah naik-turun. Beberapa hari ini dia sedang di Singapura untuk mengurus bisnisnya. Oleh sebab itu, ia tidak bisa melihat keadaan Syaqila saat terjadinya pertengkaran hebat.

Perdana langsung berjalan dengan wajah yang merah padam. Lalu menarik kerah baju Nicho.

Bughk!
Baghk!

Perdana masih tetap membogemi wajah anaknya. Fara dan Al saling tatap-tatapan sambil senyum penuh kemenangan.

"Papi! Sudah cukup, jangan dipukuli terus." Syaqila berusaha melerai sang mertua. Syaqila manusia, ia masih memiliki rasa iba. Ia tahu sakit rasanya saat dipukuli.

Perdana langsung menghentikan membogemi anaknya.

"Kami memberimu perempuan yang baik-baik, tetapi kamu malah menyia-nyiakannya! Di mana otakmu Nicho! Coba katakan, Syaqila masih kurang apa?!" sergah Perdana.

"Anakku." Fara langsung berlari, lalu memeluk Syaqila.

Sandiwara apa lagi ini? Ingin sekali Syaqila bertepuk tangan dan memberi piagam penghargaan pada ayah dan ibunya.

"Itu merupakan kekerasan fisik. Maaf Perdana, aku harus menuntut anakmu!" tegas Al.

Menuntut? Astaga ... Jika Nicho ditangkap polisi keluarga perdana akan malu.

"Heh, Tua Bangka! Kamu juga sering menyiksa Syaqila, ya! Bahkan kamu sendiri yang bilang kalau kamu sangat menginginkan Syaqila mati!" Nicho tidak mau kalah.

"Apa salah putriku samamu, Nicho! Kenapa kamu menyiksa anakku! Apa karena perjodohan ini? Jika iya, kami akan membawa putri kami pulang," ucap Fara sambil terisak.

Telinga Syaqila semakin panas mendengar perdebatan yang penuh dengan sandi wara ini.

"Halah! Kalian membawa Syaqila hanya untuk kalian siksa saja! Aku tidak akan membiarkan istriku terluka lagi!" bantah Nicho.

"Lihat ini!" Fara langsung mengangkat tangan Syaqila seraya menunjuk luka tersebut. "Jangan katakan kalau itu juga karena ulahmu! Aku memberi anakku padamu bukan untuk kau siksa sesukamu." Fara langsung terjatuh kelantai sambil terisak.

Syaqila senyum miring mendengar semuanya. Ia tak tahu apa alasan orang tuanya melakukan semua ini. Apa sang orang tua ingin mencari keuntungan lagi pada ayah, Nicho?

"Bang*at kau, Nicho."

Bughk!

Al memukul sudut bibir Nicho sampai pria tersebut mau jatuh.

Kepala Syaqila kembali kumat, hidungnya mengeluarkan darah. Matanya mulai mengabur. Kenapa dunia seperti berputar hebat? Wanita tersebut langsung memegang kepalanya.

"Syaqila, kamu kenapa?" tanya Diana.

Dunia semakin berputar hebat bagi Syaqila. Gelap? Kenapa semuanya sangat gelap? Syaqila merasa seperti mati lampu. Beberapa detik kemudian ia jatuh pingsan. Sebelum jatuh ke lantai, Nicho terlebih dahulu menangkap istrinya.

"Syaqila, Syaqila," ucap Nicho sambil menepuk pipi sang istri dengan pelan.

"Cepat bawa Syaqila ke rumah sakit," ujar Diana panik.

Nicho langsung mengangkat sang istri menuju mobil. Disusul oleh Al, Perdana, Diana, dan Fara.





Cinta untuk Syaqila [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang