FLO

976 41 0
                                    


Flo adalah anak tunggal. Ayahnya sudah meninggal setahun yang lalu karena sakit keras. Sedang ibunya tinggal seorang diri.

Namun, termasuk janda yang mapan. Karir Flo terus menajak sebagai marketing di salah satu perusahaan multifusional.

Karir cemerlang belum tentu membuatnya gampang mendapatkan laki-laki yang setia.
Berulang kali menjalin kasih namun semuanya kandas di tengah jalan. Flo yang terlalu sempurna kadang kala menuntut pasangannya lebih dari dirinya. Lebih perhatian, lebih royal dan jika bisa lebih tinggi jabatannya.

Atau jika ia menemukan sesuai kriteria dan pas di hati, selalu berakhir kecewa jika laki-laki itu selingkuh dengan perempuan lain. Ia dicampakan karena sang pacar lebih memilih dengan wanita lain yang menurutnya lebih cantik dan berkelas dari Flo.

Pernah seketika ia jatuh cinta dengan cowok super ganteng bernama Jodi. Penampilannya yang keren ditunjang wajahnya yang mirip aktor Lee Min Ho membuaat Flo bertekuk lutut padanya. Apapun yang diminta laki-laki itu semua dikabulkan meski harus menguras kantong Flo. Hingga tabungannya habis dikuras oleh sang pacar.

Flo baru tersadar jika ia sedang dimanfaatkan oleh Jodi saat tak sengaja mendengar percakapan Jodi bersama teman-temannya di club malam.

“Tumben, loe betah dengan satu cewek, Jod?” tanya seorang teman sambil meminum secawan bir.

“Ya iyalah, dia itu royal habis,” jawab Jodi terkekeh. “Semua yang gue mau dikasih tuh sama cewek.”

“Jadi loe suka Flo cuma uangnya doang?” tanya satu temannyalagi.

“Ya iyalah,” jawab Jodi yakin. “Sampai sekarang gue belum nemu cewek yang bisa bikin gue jatuh hati. Kalau bisa kita plorotin ngapain engga dipacarin?”

Tawa mereka pecah di depan mata Flo. Dadanya naik turun menahan sesak dan amarah. Kelopak matanya mulai memerah dengan genangan air mata. Tangannya mengepal. Ternyata laki-laki yang dia cintai selama ini hanya ingin uangnya saja. Flo mendekat dan langsung mengguyur wajah Jodi dengan minuman keras di depannya.

“O, loe cuma manfaatin gue doang!” gertaknya makin membuat Jodi gelagapan. Kartu AS-nya ketahuan ditambah ia kehilangan muka di depan pengunjung yang sinis menatapnya.

“Dasar buaya buntung! Numpang hidup sama pacarnya saja. Harusnya kamu malu pakai celana!” umpat Flo. “Harusnya kamu itu pakai daster ma liptik biar kaya bencong di Taman Lawang itu.”

“Penampilannya saja yang keren tapi ga tahunya hidupnya kere! Mlorotin cewek doang bisanya!” imbuhnya lagi sebelm menghentakkan kaki meninggalkan club malam.

Tampak berpaang-pasang mata langsung menatap sinis kea rah Jodi yang mirip kepiting rebus.

****************

Semenjak itu Flo malas menjalin hubungan lagi. Karena selalu berakhir di tengah jalan tanpa mampu ke pelaminan. Hari-harinya dilalui sebagai jomblowati yang bahagia. Shoping, salon atau ke club malam bareng teman jomblonya juga.

Hingga usianya makin bertambah dan sang ibu ingin cepat menimang cucu agar tak kesepian.

“Bu Broto baru saja dapat cucu lho Flo?” cerita Yanti siang itu saat berkunjung ke rumah anaknya. “Cewek, lucu banget,” lanjutnya tak digubris sang anak.

“Ibu jadi buru-buru pingin punya cucu,” lanjutnya membuat Flo tersedak air liurnya sendiri. Yanti mengulum senyum, ia tahu sang anak paham maksud ucapannya.

“Sayang, kapan sih kamu nikah?” tanya Yanti gemas, sang anak hanya diam.

“Belum kepikiran,” jawab Flo asal.

“Usiamu sudah cukup untuk berumah tangga dan punya anak lho.”

“Tapi Flo mau fokus sama karir dulu,” sanggah Flo.

“Haduw Sayang, warisan almarhum ayahmu itu banyak dan semuanya nanti buat kamu. Untuk apa sih ngejar karir terus tapi melupakan pernikahan?” Yanti mulai emosi.

“Iya, iya nanti aku cari!” ucap Flo tak ingin berdebat.

“Nah githu dong. Kan ibu lega.”

Flo dibuat pusing untuk urusan mencari jodoh ini. Membuka hati setelah berkali-kali gagal itu susah seperti memasukan benang basah ke dalam jarum. Setiap ada kali-laki yang mendekat, selalu membuatnya tak nyaman.

“Kenapa sih kamu, Flo? Sepertinya alergi sama cowok?” tanya Amel saat mereka sedang perawatan bareng di salon.

“Aku masih trauma sama yang sudah-sudah,” jawabnya menikmati pijatan di badan. Hari ini Flo dan Amel sedang luluran di salon langganannya.

“Tapi bagaimana dengan ibu kamu yang pingin buru-buru nimang cucu?”

“Nah itu dia. Nikah saja belum, eh ibu malah minta cucu. Gokil kan?” Flo menertawakan kelakuan ibunya sendiri.

*******************

Secercah harapan untuk segera menikah hadir saat ia bertemu dengan Hans. Laki-laki sempurna di mata Flo. Ganteng, mapan, perhatian dan tentunya royal. Beberapa kali bertemu dan berbincang akrab dengannya membuat desiran di hati Flo makin menjadi.
Bunga-bunga cinta bersemi dalam hati. Kerap kali wajah tampan itu menghiasi mimpinya. Merajut kasih dalam indahnya rumah tangga.

Amel dan Mayang asyik bergosip ria saat Flo datang. Anak tunggal itu langsung merapikan meja kerjanya. Ada sedikit yang berbeda dari Flo hari ini sehingga mengundang tanya kedua temannya.

“Sepertinya ada yang baru nih?” goda Amel membuat mata Flo mendelik.

“Apaan?” tanya Flo tak paham.

“Itu, yang di tangan kanan?” mayang menunjuk dengan dagunya. Flo tersenyum.

“Iya, dikasih Hans.”

“Hans?” Amel dan Mayang saling tatap dengan wajah kepo. Mulut mereka terbuka lebar. Lalu buru-buru mendekati meja Flo.

“Hans siapa?” tanya Amel.

“Pacar baru?” Mayang ingin tahu.

“Temen,” jawab Flo datar tapi tak sanggup menyembunyikan rasa bahagianya.

“Temen?” Amel dan Mayang beradu tatap lagi.

“Temen sudah ngasih hadiah semahal ini?” tanya Amel heran.

“Jangan-jangan Hans naksir kamu?” terka Mayang mengahadirkan bunga-bunga bahagia.

Memang sejatinya Flopun berharap Hans menyukainya. Dan hubungan mereka makin erat terjalin hingga jenjang pernikahan.

***************

Kehadiran Hans memberi warna tersendiri dalam hidup Flo. Perhatian yang pria itu  berikan membuat gadis berbodi gitar spanyol itu  tersanjung. Belum lagi hadiah-hadiah yang selalu disodorkan Hans, sungguh membuatnya tak bisa berpaling dari laki-laki itu.

Flo mematut diri di depan cermin. Gaun merah di atas lulut dengan bagian atas terbuka itu begitu pas di tubuh indahnya. Riasan wajah yang sedikit glamor membuat wajah cantiknya kian berkelas. Ditunjang high hels makin membuat kaki panjangnya terlihat indah.

Gadis itu ke luar kamar. Tak tega membuat Hans menunggunya begitu lama. Hari ini mereka akan makan malam. Flo berharap, Hans akan memintanya menjadi pacar.

“Ayo, Mas,” ucapnya saat sudah di ruang tamu.
Mulut Hans menganga. Sedang matanya tak berkedip melihat penampilan Flo dari ujung rambut hingga ujung kaki. Cantik dan berkelas. Nyaris tak ada cacat sebagai wanita. Sempurna.

“Kamu cantik sekali,” puji Hans terpukau membuat Flo tersipu malu.

“Makasih, Mas,” ucap bibir merahnya.

“Siap kita pergi?” Hans memasang tangan kanannya di pinggang membuat gadis itu tertawa lebar.

“Tentu,” ucap Flo sembari menggapit lengan Hans. Mereka tampak serasi sebagai pasangan.

*******************

PELAKOR TEKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang