RATU GEMBEL

875 54 2
                                    


Ajeng membuang tasnya dengan kasar ke sofa. Lalu duduk dengan wajah cemberut. Rasa malu sepanjang jalan dilihatin seperti maling sungguh membuatnya mati kutu.

“Kamu, kenapa, Jeng?” tanya Sekar setelah memperhatikan anak perempuannya beberapa saat.

“Kartu kreditku semua terblokir, Bu!” rajuknya ketus.

“Keterlaluan ya, Hans,” umpat Sekar tambah kesal dengan kelakukan anak laki-lakinya yang sudah di luar batas.

“Aku malu, Bu, sama teman-teman kampusku!” ceritanya ketus. “Belum lagi Mbak kasir maki aku habis-habisan, sampai-sampai aku jadi tontotan pengunjung.”

“Kamu dimaki sama kasir?” tanyanya ga terima dan Ajeng mengangguk. “Berani sekali kasir itu maki-maiki kamu.”

“Iya, Bu, gara-gara aku ga bisa bayar belanjaanku.”

“Kita harus kasih pelajaran sama tuh kasir!” Sekar meninju telapak tangannya.

“Ibu, mau bayarin belanjaanku yang sepuluh juta?” Wajah Ajeng sumringah.

“Hah. Sepuluh juta?’ Sekar terkejut sementara matanya melotot.

“Iya, Bu. Tadi aku belanja habis sepuluh juta,” sahut Ajeng mengangguk. “Tapi karena tiga kartu kreditku diblokir, ya sudah ga jadi beli.”

“Ga, jadi deh.” Sekar meringsut.

“Kirain, Ibu mau bayarin.” Ajeng kembali cemberut.

“Uang Ibu habis dong nanti,” elak Sekar. “Cuma untuk bayarin kamu shoping.”

“Ini, pasti Flo yang memepengaruhi Hans agar tidak royal ma kita,” firasat Sekar diiyakan oleh anak perempuan.

“Betul Bu,” sahut Ajeng. “sepertinya Mbak Flo ga rela berbagi uang dengan kita.”

“Ayo kita labrak tuh mantu tak tahu diri!” umpat Sekar kasar. “Kita beri tuh orang pelajaran.

Kilatan kemarahan dan kebencian terpancar dari sepasang mata dua wanita itu. Waktu sama Intan saja, mereka masih bisa mengendalikan Intan. Namun, sekarang kebalikanya.Lambat laun Hans mulai memberontak.

***************

“Flo, Flo, Flo!” Teriak Sekar layaknya di gunung tak bertuan.

Flo yang sedang menggendong El segera memanggil pembantunya.

“Bi, tolong bawa El ke kamar ya!” titahnya yang langsung diiyakan sang pembantu.

Tak lama ia menghampiri sang mertua yang sudah berkacak pinggang di ruang tamu lengkap dengan ajudannya, si adik ipar.

“Ibu,” sapa Flo hendak mencium punggung tangan mertuanya namun segera ditepis oleh mertua sosialita itu.

“Ga, usah basa-basi kamu!” sentaknya. “Sok-sokan baik di depan saya tapi busuk di belakang.”

“Maksudnya?” Flo mengernyitkan dahi. Tak paham dengan tuduhan mertuanya.

“Kamu kan yang sudah cuci otak anak saya untuk pelit sama ibunya?” bentak Sekar. “Minta uang untuk perhiasan saja ga dikasih. Sampai-sampai PIN brangkas perusahaan diganti.”

“Plus tiga kartu kreditku diblokir,” imbuh Ajeng yang membuat Flo bersyukur dalam hati. Ternyata sang suami menuruti permintaannya.

“Kalau itu aku tak tahu, Bu,” sahut Flo kalem.

“Ga tahu bagaimana?” sentak Sekar kasar. “Kamu memang ga suka kan kalau Hans menafkahi ibu dan adiknya?”

“Mbak, ngiri kan kalau Mas Hans royal sama keluarganya tapi pelit sama istri dan anaknya?” Ajeng ikut menuduh.

PELAKOR TEKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang