MENIKAH DIAM-DIAM

629 38 0
                                    


Flo mengambil benda pipih dari tas lalu menunjukkan benda yang bergaris merah dua. Seketika mata Hans terbelalak dengan mulut terbungkam.

“Bukankah ini yang kamu mau, Mas?” tanya Flo. “Mempunyai seorang anak.”

Senyum mengembang sesaat di bibir Hans. Laki-laki itu tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya jika sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah.

“Bentar lagi, aku jadi ayah?” pekiknya tak percaya.

“Iya, ayah dari anakku,” sahut Flo tak kalah bahagia. “Kapan kamu menikahiku, Mas?”

Tiba-tiba raut wajah kebahagiaan Hans berubah menjadi raut wajah bimbang. Menikahi Flo, bagaimana bisa? Sedang ia masih terikat pernikahan dengan Intan.

“Aku tak ingin ketika bayi ini lahir, disebut anak haram karena tak punya ayah,” lanjut Flo lagi membuyarkan lamunan laki-laki beristri itu.

“Secepatnya aku akan menikahi kamu demi anak kita!” janji Hans membuat Flo bahagia tak terkira.

Mimpi wanita itu itu segera terwujud. Berumah tangga bersama dengan laki-laki yang begitu ia cinta dan melahirkan anak, darah dagingnya dengan Hans.

***************

Ajeng dan Sekar menyiapkan seserahan untuk pernikahan Hans dan Flo secara sembunyi-sembunyi. Kabar kehamilan Flo jelas membuat Sekar bahagia. Sudah lama ia merindukan untuk menimanng cucu.

Begitupun denganYanti, ia menyiapkan pesta besar untuk pernikahan anak semata wayangnya. Sejauh ini, ia tak tahu jika anaknya hanya menikah siri dan tak menaruh curiga jika Hans sudah mempunyai istri dan anaknya tengah berbadan dua.

Sementara Hans berusaha membuat hati Intan bahagia sehingga istrinya tak menaruh curiga jika ia akan menikah lagi. Pesta pernikahanpun digelar saat hari kerja, jadi Intan tak curiga ketika suaminya pamit ke kantor sedang ia sedang menggelar pernikahan.

Alhamdulillah, pesta pernikahan itupun usai. Tamu-tamu undangan, sanak saudara, Yanti, Sekar dan Ajeng meninggalkan rumah Flo. Hanya tersisa Flo, Hans dan asisten rumah tangga.

“Mas, beneran kamu ga nginep di sini?” rajuk Flo. “Ini kan malam pertama kita?”

Hans memeluk istri barunya mesra. Lalu mengecup kening. “Malam pertamanya kan bisa besok, Sayang,” rayu Hans sembari memegang dagu Flo. “Sekarang aku harus pulang agar Intan tak curiga.”

“Oke,” sahut Flo pasrah.

Flo hanya bisa memandang punggung suaminya. Mungkin ini resiko menikah diam-diam dengan suami orang.

***************

Bulan berganti. Flo menjalani rumah tangganya yang kurang sempurna denga lapang dada. Selama menikah, tak sekalipun Hans menginap di rumanya. Waktunya hanya hingga jam sembilan malam saja. Itupun tidak setiap hari. Hanya empat hari dalam seminggu jatah Hans menemui Flo. Namun, meski begitu, ia cukup bahagia. Hans termasuk sosok suami yang begitu perhatian. Memanjakannya dan selalu mengantarya detiap cek kandungan.

“Hans kemana?” tanya Yanti ketika sampai malam Hans belum juga pulang.

Flo gelagapan dengan pertanyaan sang ibu. Sore tadi Yanti tiba-tiba datang dan berencana menginap.

“I..i..itu, Mas Hans lagi ada proyek di luar kota, Bu.” Flo mencari alasan.

“Gimana sih Hans itu, istri lagi hamil besar malah ditinggal-tinggal,” gerutu Yanti.

“Namanya kerjaan ga bisa ditinggal-tinggal,” jelas Flo.

“Tapi dia kan bos,” tangkis Yanti. “Bisa kan nyuruh anak buahnya untuk menghandle urusannya di luar kota.”

“Mas Hans itu tipe pekerja keras, Bu,” puji Flo pada suaminya. “Jadi dia kalau kerja tak mau setengah-setengah.”

“Beruntung kamu dapatin Hans, Nak.” Yanti membelai rambut anaknya. “Laki-laki pekerja keras, persis seperti almarhum ayahmu.”

Flo miris mendengar ucapan sang ibu. Namun, ia tetap menyunggingkan senyum agar ibunya tak tahu jika pernikahannya tak seperti pernikahan orang lain. Sebuah ikatan suci yang disembunyikan dari istri pertama Hans.

*************

Menjelang magrib, Hans pulamg ke rumah Flo. Seperti biasa, wanita itu itu menyambut hangat suami tercintanya.  Melayani Hans di meja makan hingga laki-laki itu tak pernah makan di rumahnya sendiri.

“Mas, kemarin ibu nginep di sini.” Flo mengawali obrolan saat mereka sedanga asyik di ruang keluarga.

“Terus?”

“Ibu tanya kenapa kamu ga pulang?”

“Ya, jawab saja kalau aku dinas di luar kota,” jawab Hans simple.

“Sudah,” sahut Flo. “Tapi takutya ibu lama-lama curiga kalau kamu tak serumah.”

“Ah, itu perasaanmu saja!” tepis Hans.

“Kita sudah lima bulan menikah lho, Mas. Dan kamu sekalipun belum tidur di sini,” rajuk Flo. “Aku kan juga pingin tiap malam suami nemenin aku.”

“Kan keadaannya ga memungkinkan, Sayang,” sahut Hans. “Kalau nanti aku tidak tidur di rumah, Intan bisa curiga.”

“Tapi kamu kan bisa beralasan Mas, dinas ke luar kota githu?” paksa Flo.

“Intan itu wanita pinter dan bisnis women,” timpal Hans. “Ia tahu betul setiap kegiatan di kantor.”

Flo melepaskan pelukan dan mengganti posisi duduknya dengan menjaga jarak. Wajahnya tampak marah karena lagi-lagi ia kalah dengan  Intan.

“Sudah dong, jangan marah!” rayu Hans memegang kedua pundak istri keduanya.

“Aku ini sedang mengandung anak kamu, Mas,” tukas Flo ketus. “Dan ibu hamil itu sensitive.”

“Tapi keadaannya tak memungkinkan, Sayang.”

“Kenapa ga kamu talak istrimu saja!” pinta Flo kasar. “Dengan begitu kita bisa hidup menjadi keluarga yang bahagia.”

“Ya ga semudah itu meninggalkan Intan.”

“Kenapa, Mas kamu ga bisa meninggalkan istrimu?’ selidik Flo. “Katamu dulu, kamu sudah tak mencintainya lagi karena dia tak kunjung hamil?’

Hans terdiam, tak menimpali pertanyaan Flo. Tak mungkin ia mengungkap fakta jika ia masih bertahan dengan Intan karena yang semua ia nikmati sekarang adalah milik Intan.

“Kenapa, Mas?” Flo terus mencecar. “Apa yang kamu sembunyikan dariku?”

“Sudahlah , jangan kamu cecar aku dengan pertanyaan tak penting  itu!” Hans bangkit dan menghindari tatap muka dengan istri barunya.

“Lagian, aku menikahi kamu karena anak yang kamu kandung,” imbuh Hans lagi menoreh luka di hati Flo.

“Jadi, nikmatin saja pernikahan seperti ini. Jangan menuntut lebih!” tandas Hans mengurai air mata Flo yang mulai membasahi pipi.

Ternyata memberi anak tak cukup buat Hans mencintainya sepenuh hati. Masih ada bayang-bayang Intan untuk menjadi yang pertama di hati suaminya.

************

Sejauh ini Intan belum mencium gelagat aneh dari Hans. Suaminya itu selalu romantis dan pulang tepat waktu meski kadang pulang larut malam dengan alasan banyak kerjaan di kantor. Akhir-akhir ini ia juga jarang kantor untuk mengecek perkembangan perusahaan. Ia sedang fokus menetralkan hormonnya agar secepatnya bisa memulai prpgram bayi tabung lagi. Wanita sosialita ini sangat berharap program bayi tabung yang akan ia jalani kali ini membuahkan hasil dan segera ia mempunyai anak untuk mengikat Hans selalu setiap padanya higga usia senja.

***********

Akankan pernikahan siri Hans dan Flo terbongkar?

Ikutin terus ya ceritanya

Makin banyak yang baca, makin rajin UP  3 BAB SETIAP HARI

PELAKOR TEKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang