KETANGKAP BASAH

783 33 0
                                    

Hans mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang. Terlihat kemesraan kedua kekasih itu.

“Kamu pinter banget sih, Yang, mengambil hati ibu dan adikku,” puji Hans terus tersenyum.

“Iya dong Mas,” sahut Flo lembut. “Bukankah nanti mereka akan menjadi keluargaku juga.”

“Iya, semoga secepatnya kita bisa menikah,” harap Hans.

“Makanya, kamu cepat-cepat talak istrimu itu!” pinta Flo sudah tak sabar menjadi istri seorang Hans.

“Ya, sabar!” Hans menghibur. “Tunggu waktu yang tepat.”

Hans terus mengulur waktu untuk menikahi kekasihnya karena proses pengalihan hak milik perusahaan ayah Intan belum selesai. Selain itu, ia juga masih menyimpan cinta untuk istriya. Jadi tak semudah itu ia menceraikan Intan. Kalau bisa, malah Hans ingin memiliki keduanya.

*********

Selain bisa mengambil hati Hans, ternyata Flo juga mahir mengambil hati Sekar dan Ajeng.
Tak butuh lama baginya untuk akrab dengan ibu dan adik pria yang begitu ia cintai itu. Flo kerap kali jalan bareng dengan Ajeng dan Sekar tanpa sepengetahuan Hans. Membawakan makanan saat berkunjung ke rumah.

“Mbak Flo itu baik banget lho, Mas,” cerita Ajeng sumringah saat Hans bertandang ke rumah mengamtarkan uang bulanan dan biaya kuliah untuknya.

“Ibu sering dibawain makanan yang enak-enak,” sambung Sekar.

“Orangnya juga asyik lho Mas kalau diajak curhat. Pokoknya the best deh,” sanjung Ajeng setinggi langit membuat Hans senyum-senyum, ikut bangga dengan kekasih gelapnya itu.

“Kenapa kamu ga nikahin Flo saja!” Sekar menyuguhkan pertanyaan yang mengejutkan Hans. “Sepertinya Flo suka sama kamu.”

“Tapi aku kan sudah menikah dengan Intan, Bu.” Hans pura-pura menolak Flo padahal sudah lama mereka menjalin cinta.

“Apa sih yang kamu harapin dari wanita mandul?” cecar Sekar.

“Tapi anak bukan tujuan utamaku menikah, Bu.” Hans masih pura-pura menyanggah.

“Rumah tangga itu bukan hanya butuh cinta tapi butuh uang dan keturunan,” nasihat Sekar.
“Intan bisa memberimu cinta dan harta, tapi tak bisa memberimu keturunan.”

“Benar Mas, apa yang dikatakan ibu.” Ajeng ikut bersuara. “Masa iya kamu ga pingin punya anak?”

“Tapi aku tak ingin bercerai dari Intan, Bu.”
“Ya sudah, kamu jadiin saja Flo istri kedua!” sebuah ide cemerlang membuat Hans syok.

Punya dua istri memang keinginannya. Namun ia tak yakin jika Flo ataupun Intan mau dimadu.

************

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Namun, Hans dan Flo masih terlena dengan obrolan ringan tentang impian mereka hidup bersama. Flo menyender pada dada bidang milik Hans. Sedang laki-laki beristri itu merangkul wanita simpanannya.

“Kalau kita menikah nanti, kamu mau punya anak berapa, Mas?”

“Mungkin sepuluh, sebelas,” goda Hans.

“Banyak amat?” sungut Flo. “Emang mau bikin kesebelasan?”

“Ya gapapa, Yang. Siapa tahu anak-anak kita bisa menjadi Timnas Indonesia,” seloroh Hans membuat kekasihnya tertawa lepas.

“Flo.” Sebuah suara mengejutkan mereka saat mereka berpaling.

Flo buru-buru melepaskan diri dan menghampiri pemilik suara yang tak lain adalah ibunya. Mata Yanti memicing, mengamati Hans yang langsung berdiri kikuk di depannya.

PELAKOR TEKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang