HANS TERTIPU

1.2K 64 10
                                    


Sekar langsung dilarikan ke rumah sakit oleh kedua anaknya. Dengan sigap petugas medis membawanya ke IGD.

“Bapak dan ibu tunggu di sini!” titah perawat. “Pasien sudah ditangani oleh Dokter,” ucapnya lalu masuk ke IGD.

Dengan gusar kakak beradik itu menanti ibunya. Rasa khawatir menghiasi wajah keduanya. Takut nyawa sang ibu tak tertolong.
Ajeng terdiam. Ia tak berani berkata sepatah katapun pada sang kakak. Ia merasa yang sudah menyebabkan ibu masuk rumah sakit.

Satu jam kemudian, sang dokter dan perawat ke luar ruangan. Segera mereka menghampiri.

“Bagaimana keadaan ibu saya, Dok?” tanya Hans.

“Darah tinggi ibu Anda kali ini anfal. Mengakibatkan pembuluh darahnya pecat dan berakibat stroke,” jawab Dokter membuat dua anak itu terhenyak.

“Stroke, Dok?” Hans memastikan.

“Ibu Anda harus segera dioperasi agar nyawanya tertolong,” lanjut Dokter.

“Baik, Dok, lakukan yang terbaik untuk ibu saya!” pinta Hans dengan sangat.

“Baik, Pak,” sahut Dokter. “Akan saya persiapkan operasinya setelah Bapak bayar biaya operasinya.”

“Kira-kira berapa ya, Dok?”

“Lima puluh juta.” Jawaban Dokter membuat Hans dan Ajeng seketika lemas.

“Lima puluh juta?” pekik keduanya dengan mata membulat.

“Saya tinggal ya Pak, Bu!” Dokter dan perawat berlalu.

“Uang lima puluh juta dapat dari mana, Mas?” tanya Ajeng yang tak kuat menopang tubuhnya saat mendengar uang yang harus disediakan untuk operasi ibu.

“Tenang!” Hans menenangkan adiknya. “Mas tahu solusinya!” ucapnya kemudian. “Kamu jagain Ibu, ya! Mas pergi sebentar!” pamitnya langsung berlalu.

Dengan motor maticnya, Hans menerobos hujan yang turun di langit Jakarta. Ia melajukan motor menuju ke sebuah rumah yang sebentar lagi akan ia tempati kembali.

“Tok…tok…tok…!”

Hans mengetuk pintu dan menunggu beberapa saat denga rasa dingin yang menyergap tubuhnya. Tak berapa lama pintu terbuka. Pemilik rumah hanya memicingkan matanya saat ia bertandang.

“Ibu, masuk ke rumah sakit, Tan!” cerita Hans langsung. “Pembuluh darahnya pecah, jadi harus dioperasi untuk menyelamatkan nyawanya.

“Aku turut prihatin ya, Mas,” sahut Intan simpati.

“Aku ke sini, mau minta tolong, kamu bayarin uang operasi Ibu sebesar lima puluh juta,” lanjut Hans tanpa malu.

‘Lho, kenapa aku yang bayar?” tanya Intan. “Bukankah kamu anaknya?”

“Aku ga punya uang sepeserpun untuk operasi Ibu,” sahut Hans. “Lagian kamu sebentar lagi kan jadi istriku,” imbuh Han dengan pedenya membuat Intan tertawa kecil.

“Siapa bilang aku mau jadi istrimu lagi?” sahut Intan membuat Hans terpengarah.

“Lho, bukannya kemarin di depan ibu dan Ajeng, kamu bilang mau rujuk ma aku?”

“Mas, Mas, kamu tuh naif banget ya jadi orang,” ejek Intan. “Aku tuh cuma sandiwara di depan kalian.”

“Bukankah kamu masih mencintaiku?” selidik Hans di pelupuk mata mantan istrinya. “Aku yakin kamu masih mencintaiku.”

“Cintaku sudah lenyap saat kamu menghamili wanita itu,” tandas Intan lirih tapi menyayat hati Hans.

“Jadi, kamu sengaja menghancurkan rumah tanggaku dengan Flo?” hardiknya mulai tersulut emosi. Ia tak menyangka selama ini tertipu oleh kebaikan Intan.

“Awalnya tidak,” sahut Intan. “Namun, saat Ibu dan adikmu yang mata duitan itu bilang kalau kamu tak bahagia hidup dengan Flo, aku kepikiran untuk  balas dendam kepada kalian,” cerita Intan santai. “Dan aku berhasil menghancurkan kalian.”

“Kukira kamu wanita berhati malaikat tapi ternyata kamu wanita berhati setan,” umpat Hans emosi.

“Kalian dulu menghancurkanku. Dan sekarang aku melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan padaku.”

****************

Suasana hati Hans kacau balau. Di saat bigung memikirkan uang operasi ibunya, ia harus patah hati jika Intan menolaknya mentah-mentah. Rintik hujan yang belum juga berhenti, seolah mengisyaratkan suasana hatinya yang sedang merana. Menjadi miskin dan banyak beban teryata itu menyedihkan.

“Tok..tok..tok..”

Ia mengetuk pintu  sebuah rumah yang ia harapkan mampu menolongnya. Dia adalah harapan satu-satunya untuk semua masalah hidupnya.

Pintu terbuka. Tampak wanita muda itu terperanjat menatap dirinya yang datang malam-malam dengan basah kuyup.

“Mas Hans,” sapanya membuat Hans tersenyum.

“Pa kabar Flo?” tanya Hans.

“Baik, Mas,” sahutnya dengan detak jantung berdebar kencang. “Ada apa malam-malam ke sini?”

“Aku ingin minta maaf atas kejadian yang sudah kita lalui,” ucapnya terbata. “Aku menyesal berpisah dengan kamu dan aku ingin memperbaiki semua.”

“Kita rujuk dan memulai semuanya dari awal,” pinta Hans.

Kata-kata Hans bagai oase di hati Flo yang gersang. Tak dipungkiri, laki-laki itu masih bertahta di hatinya. Ia mencintai Hans setulus jiwa. Namun, bagaimananpun juga ia hanya manusai biasa. Rasa sakit yang ditorehkan Hans dan keluarganya belum juga sembuh.

“Aku pikir dulu ya, Mas,” sahut Flo mengecewakan Hans.

Laki-laki itu berpikir, jika Flo akan langsung menerimanya kembali dan ia bisa mengatakan tujuan utamanya ke sini.

“Apa kamu sudah tak mencintaiku lagi?” selidikya membuat Flo terpojok.

“Jujur aku masih mencintaimu, Mas,” sahut Flo membuat hati Hans lega. Berarti ia masih punya kesempatan untuk rujuk.

“Kalau begitu bisa kamu bantu bayarin uang operasi Ibu?” pintanya tanpa malu.

“Apa? Ibu dioperasi?” tamya Flo terkejut. “Kenapa, Mas?” tanyanya khawatir.

“Pembuluh darahnya pecah jadi harus dioperasi. Butuh uang lima puluh juta sedang aku tak punya uang sepeserpun,” ceritanya membuat Flo trenyuh.

“Sudah mencari pinjaman ke sana kemari, tapi tak ada yang mau minjemin, Flo,” imbuhnya gusar. “Jadi Mas bingung harus minta tolong kepada siapa lagi selain kamu.”

“Ada apa, Flo?” Tiba-tiba Yanti menghampiri mereka.

“Ibunya Mas Hans harus segera dioperasi dan butuh uanga lima puluh juta, Bu,” sahut Flo dengan panik.

“Ya sudah, kamu ga usah ikut panik,” sahut Yanti santai. “Ibu Sekar kan punya dua anak yang sudah dewasa.”

“Tapi, Bu…” ucapan Flo menggantung.

“Biarkan mereka menyelesaikan permasalahannya sendiri!” titah Yanti langsung menutup pintu dan menguncinya.

Hans hanya bisa berdiri mematung di depan pintu yang tertutup. Harapannya musnah sudah. Ternyata di balik Flo yang gampamg luluh hatinya, ada seorang ibu yang berhati baja melindunginya.

Sungguh, ia menyesal sudah menyia-nyiakan dua wanita yang begitu mencintainya. Ia mengingat lembali semua pengorbanan Intan untuk mempertahankan rumah tangganya hingga Intan merelakan perusahaan ia pegang tapi berujung kebangkrutan.

Iapun mengingat perjuangan Flo membantunya jatuh bangun mempertahankan perusahaan dengan semua harta yang ia miliki. Tapi nyatanya, perusahaan tetap bangkrut dan Flo kehilangan semua harta bendanya karena dia.
Rasa takut dan bakti yang berlebihan pada Sekar malah justru menghancurkan hidupnya. Harusnya ia paham, setelah menikah, ia harus menjadi kepala keluarga yang mengayomi anak dan istrimya. Bukan menjadi budak ibu dengan dalih surga suami di telapak kaki ibu bukan pada istrinya.

**********

Kira-kira dari mana ya Hans dapat uang untuk operasi Sekar?

Atau jangan-jangan ia tak dapat uangnya dan merelakan Sekar tak tertolong?

UP TIAP HARI

PELAKOR TEKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang