IPAR MATRE

559 30 0
                                    


Wanita yatim piatu itu mengeluarkan ponsel dan meremasnya dengan geram sehingga membuat Hans bergidik dan kedua wanita itu ketakutan. Hans takut jika istrinya itu marah dan memaki adik dan ibunya. Dengan kasar Intan  mengetik sesuatu di posel. Derap langkahnya mendekati Sekar dan Ajeng makin membuat ketar-ketir.

“Sudah, aku transfer, enam puluh juta ke rekening Ajeng!” Intan memperlihatkan transaksi M-Banking. “Aku pulang dulu!” pamitnya kemudian yang langsung diekor oleh Hans.

Sebuah notifikasi masuk ke layar ponsel Ajeng. Seketika wajah kedua wanita itu berbinar.

“Bener, Bu, sudah masuk uangnya,” ucap Ajeng.

“Harus digertak dulu baru dikasih duitnya,” sahut Sekar bukannya berterima kasih malah masih mengumpat kebaikan mantunya.

***********

Ada rasa iri hati saat sang ibu dibelikan berlian oleh iparnya. Ajengpun berniat meminta mobil untuk kuliah. Dia berpikir, percuma dong dia punya kakak ipar yang kaya raya tapi dia tak kecipratan duitnya.

“Mas, beliin aku mobil dong!” pinta Ajeng saat Hans berkunjung ke rumah tanpa Intan.

“Mobil?” Hans terperanjat. “Itu kan mahal?”

“Ga mahallah untuk kamu dan Intan.” Sekar ikut mengompori.

“Masalahnya aku ga punya duit sebanyak itu,” keluh Hans berharap adik dan ibunya mengerti.

“Minta saja sama Mbak Intan!” usul Ajeng.
“Mbak Intan kan duitnya banyak.”

“Gimana aku mau minta?” tanya Hans pusing.
”Seminggu yang lalu, Intan baru beliin ibu berlian, lha sekarang suruh beliin mobil.”

“Tapi duit Mbak Intan itu banyak!” Ajeng mulai nyolot. “Ga habis tujuh turunan itu.”

“Tapi itu kan uangnya Intan,” kilah Hans.

“Duit Intan ya duitmu juga!” tukas Sekar yang mulai tergiur utnuk menguasai uang menantunya.

“Pokoknya aku ga mau tahu. Mas harus beliin aku mobil!” paksa Ajeng sengit. “Kalau Mas ga mau beliin, aku mogok kuliah.” Ajeng beranjak meinggalkan ibu dan kakaknya  dengan menghentakkan kaki dengan kasar.

“Awas ya kalau Ajeng beneran ga mau kuliah dan dia ga lulus jadi dokter, itu gara-gara kamu!” ancam Sekar makin membuat Hans pusing. Dengan kasar Hans mengusap wajahnya.

***********

Ibu dan adik Hans terus merongrongya untuk membelikan mobil. Membuat pikiran Hans bercabang dan tak fokus kerja. Berhari-hari maslah itu menjadi beban pikirannya.

“Kamu kenapa, Mas?” tanya Intan saat melihat suaminya tak berselera makan.

“Aku pusing mikirin Ajeng?” curhatnya.

“Kenapa dengan Ajeng?”

“Dia minta mobil,” jawab Hans masih ditanggapi santai oleh Intan.

“Mobil itu kan mahal, Mas. Kalau untuk kuliah kayaknya ga butuh-butuh amat. Lagain sekarang banyak taxi online kok,” komentar Intan sudah membuat Hans putus harapan.

“Sekalian juga buat ngantar-ngantar ibu kalau pergi periksa ke rumah sakit,” imbuh Hans.

“Kalau ibu mau cek up bisa aku antar.”

“Tapi kalau tidak dituruti, Ajeng mogok kuliah.” Jawaban Hans membuat Intan berhenti makan.

Wanita itu tak habis pikir dengan pola pikir iparnya yang menyia-nyiakan kesempatan kuliah kedokteran.

PELAKOR TEKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang