POLIGAMI

725 39 0
                                    


Sikap Flo dan Intan yang berusaha mempertahankannya di sisi mereka membuat Hans bimbang. Tak dipungkiri rasa sayang dan cinta masih melekat di hati untuk istrinya. Namun, hasrat ingin mempunyai anakpun tak bisa terbendung. Dan semua itu terwujud jika ia menikahi Flo.

Hans berjalan mendekati sang istri. Memegang erat dan menatapnya penuh cinta. Sejenak menciumi jemari yang masih melingkar dengan manis cincin pernikahan mereka.Tentu hal ini membuat Flo terbakar api cemburu. Merasa dirinya tak dianggap oleh laki-laki yang begitu dipujanya.

“Dek, kita sama-sama tahu jika kita ingin sekali punya anak,” ucap Hans masih membuat Intan terdiam.

“Dan kita bisa mewujudkan itu jika Flo hadir dalam kehidupan kita,” lanjut Hans tanpa dosa.

Seketika Intan menatap suaminya begitu tajam. Seperti ada sayatan luka di mata wanita cantik itu mendengar kalimat suami yang tak pernah ia sangka.

“Maksud kamu?”

“Izinkan aku poligami, Dek!” pinta Hans dengan sangat menghadirkan pias di wajah istrinya. Sementara senyum mengembang di bibir merah Flo. Ternyata Hans memperjuangakan keberadaannya.

Intan tercekat. Semua kalimat sumpah serapah dan amarah terhenti di kerongkongan saja. Bagaimana bisa, laki-laki yang sudah berkhianat, bukannya meminta maaf malah ini minta restu untuk poligami.

“Tega kamu ya, Mas? Meminta restu untuk perselingkuhanmu?” tanya Intan geram.

“Di mana cintamu yang dulu, Mas? Yang katanya hanya untukku seorang. Namun sekarang kamu bagi dengan wanita lain hanya karena ingin hadirnya seorang anak,” protes hati kecil Intan.

“Aku rela kok Mas, mesti hanya jadi istri yang kedua.” Tiba-tiba suara Flo memecah sunyi di antara mereka.

Tatapan Intan beralih kepada wanita yang tak punya belas kasih itu. Sudah tahu Hans milik orang, bukannya mundur tapi malah maju pantang menyerah.

“Tapi aku tak mau dimadu,” tandas Intan tegas. “Sekarang pilihan ada di tangan kamu Mas?” Intan kembali menatap suaminya. “Pilih aku atau dia!”

Dua wanita cantik yang sama-sama mencintai Hans itu saling tatap dengan kebencian tingkat mahadewi. Intan berharap Hans memilihnya dan meninggalkan pelakor itu untuk selamanya. Sedang Flo, ia yakin Hans akan memilihnya dan mengakhiri pernikahannya dengan Intan.

“Maaf, aku tak bisa memilih karena aku mencintai kalian berdua,” sahut Hans dan meninggalkan kedua wanitanya begitu saja.

*************

Hans terus dirundung dilema antara dua pilihan. Bertahan dengan Intan atau memulai hidup baru dengan Flo. Jika ia meninggalkan Intan, tentu banyak hal yang harus ia lepas. Termasuk segala kemewahan yang selama ini nikmati dari harta istrinya itu.

“Kalau Intan ga mau dimadu, ya sudah, kamu nikah diam-diam saja dengan Flo!” nasihat Sekar saat anak lelakinya mengadu tentang masalahnya.

“Takutnya nanti kalau ketahuan Intan, bisa berabe urusannya,” kilah Hans.

“Ngapain kamu takut dengan istrimu?” hardik Sekar. “Kamu itu laki-laki! Harusnya ditakuti wanita!”

“Tapi Bu, kalau sampai Intan tahu aku menikah diam-diam dengan Flo dan dia meminta cerai, bagaimana?” Hans memberikan pil buruk pada sang ibu. “Bisa-bisa jatah bulanan ibu dan kuliah Ajeng hilang.”

“Aku ga mau ya, cuma gara-gara perselingkuhan Mas Hans dengan Mbak Flo, cita-citaku jadi dokter terputus di tengah jalan!” sambut Ajeng dengan amarah ketika masa depannya terancam.

“Ibu sih juga ga mau jika jatah bulanan ibu hilang.” Sekar menimpali.

Ketiga parasit itu terdiam. Sebenci-bencinya mereka dengan Intan, toh mereka masih butuh uang wanita itu.

“Sudahlah, daripada pusing, mending kamu putusin saja Flo!” titah Sekar dengan merapikan sanggulnya. “Kita nikmatin saja uang Intan yang ga habis tujuh turunan.”

Hans mematung. Apa ini pertanda ia harus megakhiri petualangan cntanya dengan gadis yang sudah membuatnya bergelora dalam asmara?

************

Hampir sepekan Intan dan Hans tak saling bicara. Rumah besar itu makin sepi tak ada celoteh dari dua insan yang terikat dalam pernikahan. Intan selalu membuang muka saat Hans menatapnya lekat. Begitupun saat Hans ingin bicara, istrinya itu langsung melenggang dan mengunci diri di kamar.

“Dek, sampai kapan kita terus begini?” tanya Hans saat berhasil mencekal lengan istrinya yang hendak menghindar darinya.

“Sampai aku bisa melupakan pengkhianatanmu, Mas,” sahut Intan dingin.

“Dek, kamu boleh caci maki diriku, mukul sesuka hatimu, tapi please jangan diamkan aku seperti ini!” pinta Hans mengiba namun istrinya masih saja memalingkan wajah.

“Terus aku harus apa Mas?” sentak Intan tiba-tiba dengan mata memerah menahan tangis.

“Memaafkan pengkhianatanmu? Menerimamu kembali?” Instonasi tinggi itu parau dengan cucuran air mata.

“Menerima dengan lapang dada jika hati suamiku kini ada wanita lain?” hardiknya dengan tubuh terguncang.

“Dek, maafkan aku, maafkan aku!” Hans memeluk erat tubuh istrinya. Berharap bisa menenangkan dan meredam emosi wanita yang sudah disakitinya itu.

Namun, Intan terus meronta dan meronta sehingga membuat Hans berlutut di kaki wanita yang dulu begitu lembut dan penurut itu.

“Maafkan kesalahanku, Dek!” kali ini suara Hans terdengar parau.

“Mungkinkah Mas Hans menangis?” bisik hati kecil Intan yang mulai iba.

“Akan aku turuti semua permintaanmu, asal kamu bisa kembali seperti Intan yang dulu!” rayu Hans meluluhkan hati Intan.

“Baik, aku akan memaafkanmu tapi dengan satu syarat!” ucap Intan menghapus air mata.
Hans bangkit dengan mata berbinar. “Beneran Dek, kamu maafin aku?”

“Aku maafin kamu jika kamu tinggalkan perempuan itu!” tandasnya dengan tatapan tajam seketika membuat tenggorokan Hans tercekat.

Untuk beberapa jeda tak ada suara. Sebuah permintaan yang begitu sulit untuk Hans. Melepas Flo jelas tak mungkin karena dialah yang merenggut kesucian gadis cantik itu.
“Bagaimana, Mas?” suara Intan membuyarkan lamunan Hans. “Kamu sanggup?” tanyanya ketika menangkap keraguan dalam wajah suaminya.

Hans tersenyum. “Aku sanggup demi kamu,” sahutnya sembari mencium kening sang istri. Lalu membenamkan kepala Intan dalam pelukan.

“Terima Tuhan, Kau selamatkan perikahanku,” ucap Intan bahagia dalam hati. Matanya terpejam menikmati debaran dada bidang suaminya.

*************

Flo menyambut kedatangan Hans dengan senyum mengembang. Putri Yanti itu tampak cantik dalam balutan dress warna pink selutut.

“Akhirnya kamu datang juga, Mas.” Dengan kemayu Flo menghampiri kekasihnya. “Aku sudah masak makanan kesukaanmu lho,” imbuhnya bergerlayut manja di leher Hans.

Hans melepas tangan Flo sehingga membuat wanita itu bertanya-tanya lewat tatapam mata.

“Kamu kenapa, Mas?”

“Kita putus!” ucap Hans tiba-tiba meruntuhkan dunia Flo.

“Apa Mas?!” pekik Flo tak percaya.

“Aku ingin mengakhiri hubungan terlarang kita,” jelas Hans. “Aku ingin kembali memperbaiki rumah tanggaku.”

***********

Apa yang selanjutnya terjadi?

Apakah Flo menerima keputusan Hans?

Atau malah ia lebih gigih menghancurkan rumah tangga kekasihnya itu?

Makin banyak yang baca, makin rajin si author UP tulisan.

PELAKOR TEKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang