MERTUA MATRE

732 33 1
                                    


Sebuah panggilan masuk ke ponsel Intan saat ia dan Hans sedang menikmati sarapan.

“Ibu, Mas,” ujar Intan sembari menatap ke layar ponsel.

“Ya sudah angkat!” titah Hans.

“Iya, Bu.”

“Tan, besok kan di rumah ada acara arisan ibu-ibu sosialita. Kamu tolong beliin kue yang mahal-mahal dan yang lagi booming ya!” pinta Sekar di ujung telepon.

“Iya, Bu.”

“Ingat ya yang mahal dan kekinian!” tegas Sekar sekali lagi. “Jangan kamu beliin kue yang murah dan pasaran. Nanti ibu malu dan jadi bahan ghibah ibu-ibu itu lagi.”

“Iya, Bu.”

“Sekalian pesenin catering untuk menjamu makan siang besok. Pokoknya kuliner yang paling enak dan terkenal di Jakarta,” lanjutnya lagi. “Ibu mau ada rendang, sate, soto daging, iga bakar. Minuman juga yang enak. Kalau perlu pesenin Es Teller 77 yang terkenal enak itu.”

“Emang berapa orang, Bu?”

“Ga banyak kok, cuma sepuluh orang termasuk ibu.”

“Oke, Bu.” Intan menyanggupi.

“Jangan lupa ya, acaranya jam satu siang. Kamu dan Hans jangan lupa ke sini!”

“Baik, Bu.” Obrolan terputus.

“Kenapa, Ibu?” tanya Hans.

“Besok ada acara arisan sosialita di rumah ibu. Kita disuruh ke sana!”jelas Intan.

“O, besok kan kita libur,” sahut Hans. “Aku berangkat duluan ya!” Hans melirik arloji mahal pemberian ulang tahun dari istrinya.

“Sudah telat.” Hans mencium kening Intan kemudian berlalu.

**************

Di sela-sela kesibukan kerja, Intan sudah memesan menu cattering seperti yang dimau oleh mertuanya. Tinggal membeli kue di toko kue langganannya.

“Mau ke mana kamu? Buru-buru banget?” tanya Clara yang kebetulan ketemu Intan di lobby kantor.

Kantor mereka berdua cuma terhalang sebuah restoran Sunda yang menjadi tempat favorit dua sahabat ini makan siang.

“Mau beli kue,” sahut Intan. ‘Besok, di rumah mertua ada arisan ibu-ibu sosialita.”

“Ikut dong!” pinta Clara. “Sekalian mau nebeng pulang. Mobilku masih di pegadaian belum ditebus.” Clara meringis menahan malu.

“Kok belum ditebus sih?” gerutu Intan. “Mobil itu kan penting untuk kerja!”

“Belum ada uangnya.”

“Butuh berapa sih? Nanti aku transfer buat tebus tuh mobil,” jawab Intan sambil berjalan ke parkiran.

“Makasih ya, Tan. Kamu baik banget jadi sahabat,” ucap Clara dengan mata berkaca-kaca.

“Tapi janji, jangan digadai-gadaikan lagi!” pesan Intan. “Kalau perlu BPKB mobilmu aku bawa, biar suamimu itu ga seenaknya saja main gadai tapi ga mau bayar.” Intan ikut tersulut emosi dengan suami Clara yang hanya numpang hidup ga mau kerja.

“Oke,” jawab Clara singkat.

Mobil melaju ke toko kue langganan Intan. Macam kue dari yang tradisional sampai yang lagi opening dan kekinian semua tersedia.

“Banyak banget kamu belanja kuenya, Tan?” tanya Clara heran karena kata temannya yang ikut arisan cuma sepuluh orang.

“Biar mertuaku puas,” jawab Intan.

PELAKOR TEKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang