Prolog

2.3K 208 11
                                    

Pelakor nampar lo gampar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pelakor nampar lo gampar

Pacar selingkuh, lo bunuh. Dia mati? Lo makan ayam.

Hidup itu gampang, lo aja yang bikin ribet!

Hana mengulum senyum geli membaca quotes di balik lembar paling ujung novel kesayangannya. Lagi dan lagi, novel itu menjadi teman yang baik untuk Hana, memberi saran atas semua masalah yang di hadapi gadis itu. Seakan, novel itu memang sedari awal di tunjukan padanya. Hanya untuk Hana.

"Aku sudah menjalaninya, rasanya di tampar cukup sakit."

Hana mengelus pipinya yang masih berdenyut, jejak lima jari kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Quotes novel telah Hana jalani. Tinggal menunggu waktu sampai Desi di kabarkan hilang ingatan setelah mendapat pukulan telak di kepala belakangnya. Novel itu ... telah terlalu dalam menenggelamkan Hana.

Gadis itu terjebak dalam dunia fiksi.

Hari-harinya di habiskan dengan membaca berulang kali novel 'Love Me' hingga nyaris saja Hana hafal setiap bait katanya.

"Putri!" panggil seorang pria berjubah. Hana menoleh dengan alis bertaut.

"Namaku Hana, bukan putri," ujar gadis itu. "Putri itu anak bapak ujang, rumahnya dekat pohon besar," lanjut Hana dengan senyuman lebarnya.

"Anda ... mau mati?"

"Ya kagaklah, dodol!" Hana ngegas. "Aku baru membuat si pelakor terkapar di rumah sakit, aku belum membuat pacarku yang titisan buaya kena adzab," sungut Hana.

"Oh." Pria itu mengangguk.

"Ya."

"Ya?"

"Yaa----ya ampun!"

Pria itu membuka tudung jubahnya. Memperlihatkan wajah rupawan yang menawan tatkala terkena pantul cahaya rembulan. Bagai adegan klise di drama, Hana merasa kelopak-kelopak bunga merebak di sekitar pria itu.

"Anda seharusnya mati hari ini,"

"Mati?" beo Hana tidak yakin. "Di siksa?"

"Di cium."

Manis. Sangat manis, juga sedikit lengket. Tubuhnya membeku, memaku pada tanah. Sedangkan pria yang sedang mematut bibirnya tersenyum lebar. Ciuman hangat mereka terlepas, rambut Hana yang menutupi wajah di singkirkannya dengan lembut.

"Tidurlah sebentar, saya hanya mengajari anda sedikit ilmu yang kelak akan berguna di masa depan. Bibir anda masih perawan kok."

Lalu, sekonyong-konyong Hana merasa kesadarannya perlahan menghilang. Tubuhnya limbung, tapi senyumnya tercetak begitu lebar. Gadis itu menjilat ujung bibirnya yang tadi sempat menyatu dengan bibir merah-kehitaman sang pria misterius.

"Ananda Praja," ucap Hana lirih menyebutkan nama kekasihnya. "Kalau kehilanganmu membuatku bertemu banyak pria tampan___"

Mata Hana semakin terasa berat, bibirnya hanya mampu mengeluarkan gumaman kecil. "__maka aku rela."

Pria itu terkekeh gemas. Tapi, menegang tatkala telapak mungil Hana mengayunkan tamparan yang berhasil membuat pipinya terasa kebas.

Mata sayu Hana menyorotnya tajam. "Aku gak bakal seneng. Tapi, kecewa setelah kamu dengan kurang ajar mengambil sesuatu yang cuman pernah di cium tutup botol. Cuman pernah di jilat lidahku sendiri, dan sesuatu yang aku jaga sepenuh hati."

___

AKU PUTRI RAJA?! ||●VICTORIA SERIES●||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang