1,9 tahun (umur)
.
.Wangi bunga Cherus menguar, memanjakan penciuman. Hangatnya air menyentuh kulit, pijatan lembut di sekitar pelipis membuatku terhanyut. Ah, menjadi putri tidak seburuk yang aku kira.
"Tambahkan air dingin lagi, tambahkan bunga Cherus lebih banyak!" titahku. Wangi bunga dalam bathup emas kini lebih menyeruak. Aku masih nyaman berlama-lama dalam kenikmatan ini. Seperti Ratu.
"Ck, aneh!" gerutu Kim. "Tidak pernah ada tuan putri dengan selera se kuno kamu."
Ya, tentu saja putri lain lebih memilih mandi dengan sabun busa aroma stawberry. But, aku adalah Rembulan Ayhana Kejora. Bukan bocah ingusan, yang hobi bermain bebek dalam bak mandi.
"Wajahmu songong!"
Aku segera mengukir senyum, menciprat-cipratkan air sesekali mengoceh. Jangan terlalalu dewasa, aku takut di penggal Sam. Tentu saja, siapa yang akan menerima jika seorang putri kerasukan arwah gembel?
Kim melangkah pergi. Lalu, semua tampak sunyi. Sebelum, aku mendengar langkah khas dari seseorang di balik tirai bermotif bunga sakura.
"Kau tampak baik-baik saja." Suara berat itu membuatku terjengkit.
"Hei, sialan!" umpatku kesal. Lihatlah, si sosok bertudung ungu sedang berkacak pinggang sembari memutar-mutar RoseViolet di tangannya.
"Aku mau pulang! Aku kesal! Lihatlah betapa tersiksanya aku saat Samsudin berkunjung hanya untuk menghujatku," ujarku panjang lebar. Pria itu terkekeh kecil, sosoknya semakin mendekat. Aroma darah tercium jelas, apa dia mandi dengan sabun darah?
"Kau harus tahu siapa kamu sebenarnya, kamu akan jadi penguasa. Aku tidak pernah main-main!" ujarnya dingin. Aku menelan saliva, aura pria ini sangat mencekam. Tangan pucatnya terulur. "Panggil aku Tata."
"Nama yang norak!" Mulutku berceletuk. "Tidak seperti tampangnya!"
"Ck, kau yang member--" dia menghentikan ucapannya. Jemarinya mencubit pipiku yang sudah sebesar bakpau, sampai melar. "Kau semakin gendut," ujarnya seperti mengalihkan pembicaraan.
"Bukan gendut! Aku cuman semakin montok boy!" Aku mengembungkan pipi, kemudian menangkup dagu dengan kedua tangan. Pasti imut!
"Seperti babi," gumamnya pelan.
"Sialan!"
Dia tertawa lagi, bunga di tanganya bergerak cepat. Apa akan jadi pedang seperti waktu itu?
"Ambil ini." Untung bukan, dia menyodorkan sebuah buku tanpa sampul.
"Malam pertama?" ujarku dengan kedua alis bertaut. Tangannya dengan cepat menyambar buku itu, kemudian berdehem pelan.
"Itu bukan punyaku!" Elaknya cepat. Oh, jadi pria bernama Tata ini adalah seseorang mesum? Tapi, anehnya kenapa dia mengerti bahasa bayiku dengan lancar?
"Karena aku bisa, dan aku bukan pria mesum!" ujarnya. Amazing, dia juga bisa tahu kata hati benar-benar cenayang!
Kini sebuah buku usang yang terlihat kuno sudah berada dalam tangannya. Dia menaruh buku itu di tanganku. Kemudian, buku itu menghilang seperti masuk dan menyatu dalam tubuhku.
"Aku harus pergi, dan maafkan aku! Sepertinya pelayanmu akan sedikit ... terluka," ujar Tata kemudian menghilang. Aku masih terpaku. Jadi, sepertinya buku itu masuk ke dalam tubuhku? Kepalalu sedikit pening, aroma bunga dalam bathup membuatku di serang kantuk. Aku terlelap.
_____The Real Princess_____
Saat aku membuka mata, tubuhku sudah terbaring di ranjang kecil berwarna pink yang empuk. Selimut menutupi sampai sebatas dada, terdengar Kim mengumpat sembari memijat pelipisnya membelakangiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU PUTRI RAJA?! ||●VICTORIA SERIES●||
FantasySingkat saja, sang putri asli telah kembali. Tapi dengan kapasitas otak yang berbeda. Di kala si tirani hilang ingatan, apakah kemampuannya dalam merebut kerajaan akan melemah? *** Tiga pilar Tiga suami Tiga keperjakaan. ~