Aku terus-terusan berteriak ketika drag terbang semakin tinggi. Meski kami bertiga sudah melewati perjalanan yang cukup panjang tetap saja menegangkan saat sang naga terbang membelah langit.
"Berhenti berteriak, telingaku sakit!" umpat Gara.
Aku menoleh padanya marah. "Beraninya kau pada sang putri asli!"
Gara berdecih mendengar perkataanku. "Kau jadi lebih menyebalkan sekarang," ujarnya.
Aku memilih untuk diam, ngeri pada tatapan sedingin es milik Gara. Bagaimana jika aku dijatuhkan dari ketinggian kalo Gara marah.
"Aku tidak sejahat itu." Seolah mendengar isi hatiku Gara memelankan laju Drag, naga itu menukik turun hati-hati. Kemudian, kami mendarat di sebuah Padang rumput yang luas. Aku hanya dapat mendengus mendengar perkataannya. Tidak jahat? Dia bahkan membuang para penjarah yang menganggu perjalanan kami dari atas Drag, membayangkan itu kembali membuat aku merinding. Aku memeluk leher Drag semakin erat, naga baik itu akhirnya melakukan pendaratan sempurna.
"Wahhh indah!" Pekikku girang, aku langsung berlari menuju sekumpulan bunga putih yang berkibar ditiup angin senja. Kemudian saja, aku nyaris menangis karena mengingat bibi Lily, paman Felo, dan Kim yang sangat menyukai bunga.
"Benarkah kau sudah mendapatkan kembali ingatanmu?" Gara menatapku tidak percaya, dia memetik satu bunga kemudian di selipkan iseng ke telingaku.
"Sudah," jawabku. "Tapi tetap saja rasanya beda, lagian kan belum semua!" Aku kembali berkata sambil merapihkan anak rambutku yang berantakan.
Gara menatapku dengan mata es nya yang bergetar, kemudian pria itu melangkah mundur sambil memalingkan wajahnya.
"Cantik," gumam pria itu pelan.
Tapi aku masih bisa mendengarnya. "Maksudmu aku?"
Gara memutar matanya seolah malas. "Bukan! Tentu saja bunganya."
Aku menyentuh bunga yang tadi di selipkan gara di telingaku, kemudian mengulas senyum lebar. "Iyaaa ini lucu kau mau pakai juga?"
Alih-alih menjawab Gara hanya menatapku lama, kemudian benar benar menjauh sambil menepuk pipinya yang memerah.
Melihat reaksinya aku jadi tertawa keras. "Kau salah tingkah?"
Gara si tsundere itu tentu saja menolak keras fakta itu. "Tidak tuh!"
Aku mendekatinya sambil berjinjit pelan, berhenti di depan tubuhnya yang tinggi sambil tersenyum iseng.
"Benarkah? Jadi aku tidak cantik?"
Gara berdehem pelan, wajahnya sekarang benar-benar memerah. Dia mengigit bibir bawahnya sambil berujar.
"Iya cantik."
Mendengar perkataan langka itu aku langsung terkesiap kaget. Hei! Mendengarnya langsung dari Gara justru membuatku gugup. Padahal, aku yang berapi-api menggodanya tadi.
"Makanya ..." Gara menatapku intens. "Makanya jangan tersenyum di depan orang lain seperti itu, kau tahu siapapun bisa jatuh cinta padamu."
Saat suasana menjadi hening, ada suara tidak asing tanpa wujud. Suara itu seperti memekik marah. Bahkan, ada suara gebrakan meja dari sana.
Tata.
"BERHENTI PACARAN BOCIL-BOCIL KEMATIAN!"
Aku meringis, sambil menutup telingaku aku seketika menjaga jarak dari Gara.
Pria berambut putih itu tampak bingung. "Siapa?"
"Ah tangan kiriku ketika aku masih menjadi putri Elhana," jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU PUTRI RAJA?! ||●VICTORIA SERIES●||
خيال (فانتازيا)Singkat saja, sang putri asli telah kembali. Tapi dengan kapasitas otak yang berbeda. Di kala si tirani hilang ingatan, apakah kemampuannya dalam merebut kerajaan akan melemah? *** Tiga pilar Tiga suami Tiga keperjakaan. ~