1,6 tahun (umur)
Kupu-kupu yang aku ikuti kemarin adalah kupu-kupu sihir jahat. Dia akan menaburkan serbuk ingatan buruk yang akan membuatmu lepas kendali. Ya, begitulah yang Kim katakan.
Aku berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan. Meskipun, harus berkali-kali di buat jantungan. Apalagi saat semalam Kim datang menembus dinding kamar.
"Tuan putri!" sentak Kim, membuat segala lamunanku buyar. Gadis itu bersedekap, memajukan bibirnya kesal.
"Ya?"
"Beberapa bulan lagi ulang tahunmu," jelas Kim. Aku menangkat alis, kemudian bertepuk tangan.
"Wah hebat!"seruku girang. Aku serius senang, di dunia manusia aku tidak pernah merasakan apa itu ulang tahun.
Kim menyisir rambut pirangku lembut, gadis pelayan itu selalu tampak menawan di mataku. Rambutnya hitam terjuntai indah, harum bunga Herlies dari tubuhnya membuatku terkantuk-kantuk.
"Kau harus belajar tata krama," ujar Kim. "Dan itu sangat membosankan." Kim lalu meletakan sisir disamping nakas.
"Oh ya bagaimana dengan ayahmu?"
"Ayah? Hebat!" ujarku menggebu-gebu. Kim tertawa kecil, gadis itu berbisik pelan.
"Bukannya lebih seperti babi?"
Aku tersentak, bukannya menghina kaisar konskuensinya adalah hukum mati? Tapi, gadis di hadapanku malah tanpa beban mengatakan hal itu.
Elle muncul dengan muka pucat. "Kau menghina kaisar Kim? Astaga!"
Kim berdecak, gadis cantik itu merebahkan dirinya di kursi berukir naga. "Aku jamin Sam tidak punya telinga batin."
Aku tertawa dibuatnya. Sepertinya, Kim tidak buruk. Gadis itu apa adanya, dan nampak sangat tulus.
____
Dia adalah putri paling genius. Putri penguasa kerajaan, di setiap malam hingga mentari mulai menampakan sinar fajarnya dia berada dalam ruang buku. Saat pagi hingga mentari terbenam, dia ada di ruang bela diri.
Dia adalah definisi sempurna untuk semua hal paling sempurna. Di usia 7 tahun, dia sudah bisa mengayunkan pedang tanpa gentar. Di usia 9 tahun, dia sudah menjadi pemimpin perang.
Dia adalah putri penyatu segala dinasti. Kelak, dia adalah satu-satunya ratu untuk semua daratan Fantasia.
Cerita tentang putri misterius itu selalu membuatku terkagum-kagum. Aku kagum padanya, tentang segala hal. Bahkan, aku hafal di luar kepala setiap bait kata ceritanya. Cerita yang akan di kisahkan Kim saat kamu me time bersama beberapa toples biskuit.
"Aku mau ke perpustakaan!" pintaku pada Elle. Gadis itu tampak tidak mengerti, malah mengatakan bahwa aku sangat imut.
"Hei ladies, aku bawa buku!" Untungnya, Kim datang dengan beberapa tumpuk buku yang nyaris menghalangi pandangannya.
"Hei untuk apa itu?" tanya Anna. Kim menepuk kedua telapak tanganya setelah meletakan buku itu di sampingku.
"Tentu saja untuk di baca, kalian lebih baik pergi sekarang!"
"Ck, dasar pencuri tuan putri!" gerutu Anna dan Elle bersamaan. Lalu, kedua gadis itu beranjak keluar.
Aku berjalan mendekat dengan senyum lebar. Menarik satu buku dengan sampul yang terlihat menarik. Kim tampak acuh, mungkin hanya mengira aku main-main.
Kamu punya dua pilihan
Berkabut kejahatan.
atau bercahaya dengan kebaikan._Taran.
Ah, ternyata buku puisi dan quotes. Aku membuka lembaran selanjutnya, semuanya terlihat indah untukku!
Melihat nama Taran dengan tinta hitam gemerlapnya membuat ada perasaan tidak asing menyusup relung hatiku. Perasaan yang ... dekat.
Dalam lembar terakhir. Aku melihat dua buah cap jari. Sebuah tulisan dengan kelopak bunga terlihat mengangumkan.
Estela dan Taran.
Pacarnya? Entah, tapi aku semakin tertarik pada dua orang yang kini menjadi idola di duniaku. Taran dan putri misterius.
"Kau beruntung!" celetuk Kim, aku terlonjak kaget. Aneh, tiba-tiba semua tulisan di buku itu menghilang. Tanpa jejak.
"Buku Taran si legenda hanya akan sampai pada orang-orang pilihan," ujar Kim.
Aku menatapnya penasaran.
"Taran adalah sahabat sang putri misterius, dan dia menghilang bersama sang putri satu tahun yang lalu."
Aku semakin termangu. Segalanya terasa campur aduk. Kim kemudian merebut buku kosong itu. "Bayi ingusan sepertimu pasti tidak bisa membaca!"
Aku menguap lebar. Efek berpikir terlalu banyak membuat tubuhku lelah. Kemudian, aku membaringkan tubuh di permadani emas yang terasa lembut. Aku terlelap.
___The Real Princess__
Tidur nyamanku harus terusik tatkala ada tangan kasar yang menarik tubuhku tergesa-gesa. Bahkan, dengan sadis Kim memasukanku kedalam bathup penuh bunga mawar. Aku masih terpejam, malas membuka kelopak mata.
"Bangun!" Satu helai rambutku di cabut, meringis kesakitan aku membuka mata dan melihat pantul wajahku di depan cermin besar meja rias.
"Cantik," gumamku spontan. Wajah cantik baby Hana sangat cocok dengan rambut pirang tergerai dan pita pink besar sebagai aksesoris.
"Iya dong, kan kamu mau dijual biar aku bisa berhenti ngepet."
Aku terbatuk, menatap tajam pada Kim yang sedang memasang cengiran lebarnya. "Bercanda, ayahmu datang!"
Aku melebarkan pupil mataku. Sam datang? Berkali-kali aku merapalkan mantra penenang, degub jantungku sudah tidak beraturan. Kim menjulurkan jemarinya.
"Jaga sikapmu di depan baginda. Kau tahu? Pedang emas di tanganya sudah berkali-kali menumpas leher putri-putrinya," ujar Kim terdengar serius. Aku menelan saliva susah payah, kemudian mengenggam jemari Kim ragu.
Langkah lebarnya membawaku ke hadapan Sam yang sedang menyeruput teh Camolia. Aku tersenyum kaku, menatap berbagai kue enak yang tersaji di hadapanku dan Sam.
"Kau tidak memakannya?" tanya Sam. "Kau tidak suka makanan yang di masak koki istana utama?" Matanya menyorotku dingin. Aku buru-buru menyendok cake stawberry dan memakannya lahap.
"Tentu enak ... ay--ayah!" Senyumanku mengembang. Ralat, senyum paksa maksudnya.
"Sebentar lagi kau berusia dua tahun." Matanya menatap cara makanku yang masih belepotan. "Dan, kau bahkan belum bisa apa-apa."
Terus, aku harus gimana Samsudin? Maksudmu, aku harus angkat batu-bata biar Woah gitu? Harus ikut perang gitu? Harus kayang sambil teriak bahwa aku hebat gitu?
Tapi, aku hanya tersenyum.
"Ck, sok manis."
Astaga, Sam beneran minta ditabok!
"Habiskan melihat cara makanmu aku tidak berselera." Sam meletakan cangkir teh nya kasar. Aku mengerjap, kemudian tersenyum lebar. Dia akan pergi? Syukurlah.
Tapi Samsudin malah tidak beranjak, tanganya bersedekap dengan senyum tengil.
"Makan, tidur, main, hidupmu memang menyusahkan!"
Mulai ....
"Jelek!"
Sabar.
"Bodoh!"
Harus sabar.
"Kenapa kamu mengacuhkan baginda raja? Dasar, putri tidak ber-etika!"
Peganganku pada sendok semakin mengerat. Faktanya, aku belum bisa menahan tekanan mental jika harus berhadapan dengan Samsudin.
"RAJA JADI-JADIAN! SILUMAN MONYET!"
"Tuhkan ... nangis lagi!"
_____
Guys jadi kalo babi Hana teriak, badan baby hana malah mengolah menjadi tangis ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU PUTRI RAJA?! ||●VICTORIA SERIES●||
FantasySingkat saja, sang putri asli telah kembali. Tapi dengan kapasitas otak yang berbeda. Di kala si tirani hilang ingatan, apakah kemampuannya dalam merebut kerajaan akan melemah? *** Tiga pilar Tiga suami Tiga keperjakaan. ~