Selimut bulu yang lembut terasa hangat, kasur empuk membuatku malas beranjak. Pun, dengan sebuah peluk nyaman yang kurasakan--pasti Kim.
Tangan mungilku bergerak, sesaat bersentuhan dengan sesuatu yang hangat dan ... terbuka. Mataku sontak membola, menatap kagum pada sebuah perut kotak-kotak yang terpampang jelas di hadapan.
"Kyakk!" Gak boleh. Dia emang ganteng, tapi emang aku bisa kuat? Tanganku dengan kasar menarik selimut.
"Ba--bajuku diganti?" Aku menyilangkan tangan di depan dada. Menoleh pada si pria tampan dengan mata merah yang menyeramkan. Aku menunduk, sesaat di hinggapi takut saat bersitubruk dengan mata tajam nan elok itu.
"Tidak tertarik pada yang tepos," ujarnya.
"Mau di tabok?"
Dia mendekatkan wajahnya, mengulas senyum jahil. "Mau di cium," ujarnya enteng. Astaga, jantungku jedag-jedug.
Pria tampan itu beranjak. Tidak memakai baju, hanya kain putih yang tersampir asal di tubuhnya menampilkan godaan terbesar kaum hawa--perut atletis.
"Aku menemukan kamu penuh darah di istanaku tadi," jelas si pria sambil membenarkan Kain nya yang hampir melorot.
"Lalu?"
"Namaku Astan." Dia mengulurkan tangan.
"Ha setan?"
Astan berdecak, terlihat menakutkan. Sedetik kemudian, aku merutuk mulut yang tidak tahu situasi.
"Udah di tolongin, gak punya adab. Cih, lebih baik aku buang saja ke kandang singa." Astan menggerutu, aku masih menunduk. Sialan, kenapa iris matanya yang berwarna legam darah selalu membuatku tercekat?
Pria itu melangkah pergi. "Lukamu sebentar lagi sembuh."
Meninggalkan aku yang terpekur menatap kamar mewah yang jauh lebih baik daripada kamar di istana butut. Samsudin emang jahanam. Bikinnya gebar-gebor, eh pas udah brojol malah di buang.
_____________
Aku menyusuri istana besar nan megah ini. Melangkah melewari setiap figura besar. Tiang-tiang menyangga dengan kokoh, di hiasi permata Arkemix yang bercahaya disinari sang senja.
Kaca-kaca besar yang bening menghadap ruang latihan. Hingga, aku bisa melihat beberapa orang yang berbaris rapih melakukan olahraga sore. Aku masih mengagumi setiap sudut istana ini. Samar-samar aku mendengar suara berat yang familiar, aku mendekat pada sebuah ruangan dengan tulisan besar.
Ruang kerja raja.
Ragu aku melangkah. Tapi, aku mantapkan hati. Lagipula, aku butuh informasi bukan? Mataku sontak membola saat pintu berhasil terbuka. Berbeda dengan image mata merahnya, ruangan kerja ini di penuhi aneka pajangan kelinci pink dan lampu warna-warni.
"Wahhh lucu banget," gumamku takjub.
"Berani sekali kamu masuk ruang raja iblis." Suara serak itu sontak membuat buku kuduku meremang.
"Raja iblis kok girly?" Astaga mulut, jujur sekali kamu! Aku menoleh takut-takut pada sang raja yang kini menggerakan jemarinya di hadapan wajahku.
"Stttt ..."
Mataku terpejam lama. Dan, saat terbuka kembali aku di hadapnkan dengan aura mistis yang kental. Tengkorak, tanduk, warna hitam, dan asap-asap hijau. Persis rumah hantu!
"Bwhahaha!" Tawaku meledak, mulutku terbuka lebar--menampilkan sederet gigi yang tidak utuh.
"Kenapa?"
"Percuma kamu mengubah semua ini," ujarku pelan. "Jika kolormu masih gambar spongeboap," lanjutku disusul gelak tawa dari ambang pintu.
"Woy anjir, itu idung si spon ada di depan pisang kamu!" Pria bermata ungu itu ngakak. "Entar, kalo berdiri idungnya si spon kayak pinochio." Tawanya semakin kencang, Astan menggerutu sebal. Tanganya bergerak di depan wajahku, aku menahan jemari lentik milik pria bermata merah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU PUTRI RAJA?! ||●VICTORIA SERIES●||
FantasySingkat saja, sang putri asli telah kembali. Tapi dengan kapasitas otak yang berbeda. Di kala si tirani hilang ingatan, apakah kemampuannya dalam merebut kerajaan akan melemah? *** Tiga pilar Tiga suami Tiga keperjakaan. ~