Satu bulan sebelum ulang tahun ke-4
.
.Sinar mentari menerpa bumi, memberi sinar pada sang pendosa. Atau, bercahaya bersama sang pejuang. Peluh-peluh besar membanjiri pelipis paman Felo, tubuh kekar pria paruh baya itu tampak legam oleh sinar matahari. Aku memakai topi untuk menghalangi panas yang menyengat, sedangkan Hans? Cowok manja itu sudah di penuhi lotion hingga harumnya bertubruk dengan cuaca--aku mual.
"Hans jangan disini!" peringatku lagi dan lagi.
"Aku ingin melindungi putri Hana," jawabannya tetap sama seperti tiga puluh menit lalu.
"Aku akan baik-baik saja, akukan ... putri!"
"Tetap saja--kyakk!" Hans menjerit histeris, tubuh besarnya mendorongku hingga terjungkal. Percayalah, lututku terasa panas. Aku hendak marah, tapi Hans menampilkan seraut wajah polos yang berkaca-kaca.
"Maaf," cicitnya pelan.
"Berani sekali kamu pada tuan putri!" Aku menggegam sekepal tanah, melemparkannya tepat pada baju putih polos yang di kenakan oleh Hans.
"Kyak!" Hans menjerit, balas melempariku dengan tanah.
Puk!
Tanah itu mendarat tepat di wajahku, membuat beberapa bagian masuk ke dalam mulut. Aku mengeram, sedangkan Hans beringsut mundur beberapa langkah."Jangan lari kamu!" Aku mengejar langkah lebarnya, menubruk pungung Hans hingga kami terguling-guling bersama.
Hans tertawa renyah, aku juga ikut tertawa. Acara guling-guling itu berhenti saat kami sudah sampai di hamparan rumput hijau, di bawah pohong rindang yang teduh.
Satu tanganya menumpu kepalaku, satu lagi merengkuh pingangku. Harum aroma stawberry membuatku nyaman. Wajahnya berada persis di hadapanku, hingga aku bisa melihat bayang rupaku di kedalaman iris oren nya.
"Jantungku berdebar," gumam Hans.
Lalu?
"Pipiku hangat."
Hmm.
"Lady ... sepertinya aku jatuh cinta pada kamu, pada sosok yang tinggal jauh di pelosok dekat hutan, pada sosok aneh yang hobi berteriak, dan berhati lembut."
Ritme jantungku berpacu dua kali lebih cepat. Apa-apaan ini? Yakali aku suka sama bocah ingusan, ingat aku sudah umur delapan belas!
Aku menenggelamkan wajahku pada dada tidak bidangnya. Menghirup lebih dalam aroma stawberry di sana. "Aku juga cinta kamu," ujarku pelan.
Dapat kurasakan debaran yang terasa nyata di tempat sekarang aku bersandar. "Karena kamu adalah kakak yang patut aku cintai!"
Hans mendengus. "Aku merasa ... kita dekat. Aku merasa, kamu jodohku. Aku merasa." Suaranya terdengar tercekat." Merasa, kamu adalah putri yang asli." Hans kemudian memejamkan mata, tanganya masih setia merengkuh tubuhku.
"Beberapa fakta memang perlu di ketahui.
Tapi, ada juga yang harus berjalan hingga waktu yang menjelaskan semuanya secara pasti." Setelah mengucapkan itu, Hans mendengkur. Pasti, dia sudah tertidur.Aku ikut memejamkan mata.
Ya, biarkan waktu yang menjelaskan semuanya ...
___________
Tidur siang yang nyaman dengan pelukan seorang lelaki tampan memang sebuah kebahagiaan, tapi seseorang mengacaukan
Semuanya dengan sebuah anak panah yang tertancap di dahan pohon."Astaga!" Aku memekik, segera menguncang tubuh berat pria di hadapanku.
"Hans bangun!" jeritku histeris, apalagi saat beberapa sosok berjubah hitam keluar dari semak-semak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU PUTRI RAJA?! ||●VICTORIA SERIES●||
FantasySingkat saja, sang putri asli telah kembali. Tapi dengan kapasitas otak yang berbeda. Di kala si tirani hilang ingatan, apakah kemampuannya dalam merebut kerajaan akan melemah? *** Tiga pilar Tiga suami Tiga keperjakaan. ~