Sebelum mati, aku kayaknya sadar satu hal. Aku terlalu banyak main-main, goblok, idiot, pokoknya aku terlena dan mungkin hampir lupa alasan aku kemari.
Dari semua clue yang di berikan, buku Tata, hadiah ultah yang masuk ke tubuh, atau perkataan bibi dan paman yang secara gamblang bilang aku adalah sang putri asli.
Aku tidak sadar sama sekali!
Aku putri asli? Si pintar itu? Akh, rasanya terlalu sulit di percaya.Bruk!
"Awws," ringisku saat tersadar aku nyangsang di sebuah pohon besar.
Daun-daunnya bercahaya emas, batangnya sangat tinggi, dahannya juga amat kokoh. Kepalaku berkunang-kunang saat melihat ke bawah. Ini ...
Terlalu indah!
Pohon ini sangat-sangat besar, ada beberapa lubang, rumah-rumah, lampu-lampu dan meja. Seperti gedung pencakar langit yang ada di bumi.
Sssh
PsshSebuah lampu berkedip-kedip aku berjalan dengan ragu, menahan nafas saat aku merasakan ada ratusan pasang mata yang sepertinya mengintai.
"Aku bukan orang jahat!" Spontan aku mengangkat tangan ke udara. "Aku jatuh kedalam sini."
Ada suara helaan nafas yahg terdengar kaget, aku semakin memepetkan tubuhku penuh rasa takut.
Sraak sraaak ...
Tap.
Seorang wanita berambut abu-abu datang, dia memakai gaun hitam yang terbuat dari bunga-bunga, beberapa pengawal dan orang-orang lain juga memakai baju dari tumbuhan.
Kulit mereka putih bercahaya, bibirnya merah merona, dan mereka memiliki tubuh ramping kecil yang menawan. Sementara telinga mereka panjang.
Kaum elf.
Itu yang dapat aku simpulkan.
"Siapa kamu?"
Ugh.
"Elhana."
Tombak mereka terarah padaku.
"De Victoria."
Seketika sebuah sorakan disusul sorakan lain membahana.
"SELAMAT DATANG TUAN PUTRI, DI POHON KEHIDUPAN!"
***
Gara jatuh di sebuah tempat, badannya sakit semua, dia berusaha bangkit dengan kaki gemetar.
"Eh?" Cowok bersurai merah itu terkesiap saat merasakan ada luapan energi dari dalam tubuhnya. Sihirnya kembali aktif!
Dia sampai di sebuah tempat, di hutan, gelap, sepi, jauh dari peradaban!
Nafasnya tercekat, Gara berjalan sambil menyibak daun-daun besar yang menghalangi pandangannya.
"Sialan kenapa aku harus mencarinya?" Gerutu Gara
"Apa aku khawatir?"
"Ah, mana mungkin! Pasti itu cuman rasa kemanusian."
Gara menjatuhkan rahang saat sadar sesuatu. "Ah, tapi aku bukan manusia."
Persetan!
Gara hanya perlu pura-pura tidak tahu tentang gadis itu, menghabiskan beberapa hari di istana Astan dengan si gadis ceria membuat Gara jadi merasa ... cinta?
Gara segera menepis pikiran anehnya. Dari dulu ayah selalu berkata ...
Dia adalah salah satu dari tiga pilar, dia tidak boleh jatuh cinta. Tubuhnya, jiwanya, adalah milik seseorang. Putri kerajaan seberang.
"Suwiiit!" Gara bersiul, sebuah angin berpusar di tempat yang berada tidak jauh dari Gara. Seekor naga putih muncul sebari mengibaskan ekornya.
"Antar aku cari Elhana, Drag!" Perintanya setelah naik di pungung sang naga.
"...." Naga itu menoleh, seolah bertanya, siapa dia?
Gara terdiam cukup lama, mengelus lembut kepala hewan peliharaanya. "Kekasihku."
Semburat merah menjalar hingga ke lehernya, persetan dengan putri apalah itu. Intinya, Gara sudah terpesona pada Elhana!
Naga itu mengeong, terbang keatas lalu menukik kebawah. Dia terlihat senang, matanya berbinar-binar seolah tahu dimana tempat yang dituju sang tuan.
"Kau terlihat bersemangat, drag!" Ujar Gara sambil memepetkan tubuhnya pada Drag, takut jatuh. Sedangkan Naga itu kembali mengeong sambil berputar-putar di udara.
***
Drag berhenti ada sebuah dindibg besar kasat mata yang mengahalangi jalan mereka,aura sihirnya mencekam, seperti ada ribuan nyawa yang sedang terlelap di dalam.Nafas Drag mulai berat, dia tidak sanggup untuk maju. Gara mengelus lehernya. "Kau istirahat saja," perintahnya.
Gara turun, sedikit mendengus sat melihat beberapa jejak noda darah. Dia lalu mulai berpikir, apa Hana akan baik-baik saja di dalam?
"Elhana!"
Gara tidak punya pilihan lain selain berteriak, sedetik kemudian menyesali kebodohannya sendiri. Dia mulai membacakan mantra sihir, ingin membuka lapisan dinding tersebut.
Gagal!
Seorang Algara Franstein gagal? Seorang tuan muda dengan kemampuan sihir hebatnya gagal? Gara menjatuhkan bahu saking tidak percanya.
"Blalalalalalal!" Dia mencoba lagi, hasilnya nihil. Tetap gagal!
Krieeet.
Ada sebuah celah kecil, Gara belum sempat merespond saat ada sebuah tenaga menariknya masuk.
"Mereka hampir membunuhmu saat kamu mencoba menghancurkan sihir pelindung itu." Seorang gadis menggerutu. "Kenapa kamu tidak mengucapkan salam aja? Sopan sedikit dong jadi manusia" Decaknya kesal.
Alih-alih merespon, Gara malah mematung. "Kamu ... siapa?"
"Eh?" Gadis itu terkesiap, menyadari penampilannya berubah tadi. "Aku Elhana."
Gara masih tidak percaya, gadis ini terlihat anggun dengan balutan gaun bunganya, rambut dikepang dua dan mata hijau zambrud yang menyala. Ini sama sekali tidak mirip Elhana!
"Kau pasti heran, jadi supaya mudah. Sebut saja aku ... sang putri asli," ujar gadis itu sambil merunduk, meletakan jemari lentiknya di sela sela tangan Algara. "Selamat datang pilar kedua."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU PUTRI RAJA?! ||●VICTORIA SERIES●||
FantasySingkat saja, sang putri asli telah kembali. Tapi dengan kapasitas otak yang berbeda. Di kala si tirani hilang ingatan, apakah kemampuannya dalam merebut kerajaan akan melemah? *** Tiga pilar Tiga suami Tiga keperjakaan. ~