siapa Tata?

107 25 0
                                    

Aku sudah tahu beberapa hal, Elf itu ... mereka membuatku memakan sebuah bunga. Rasanya pahit, lalu tidak lama aku bisa melihat kilas balik kehidupanku dulu.

Menyedihkan, cukup membuat rasa benciku pada Sam bertambah. Ugh, ini benar-benar tubrukan ingatan yang luar biasa. Aku sampai muntah darah tidak lama setelah kilas balik itu selesai.

"Gara!" Panggilku pada pilar kedua.

Aku cukup malu mengingat kelakuanku beberapa hari yang lalu, harusnya aku bersikap anggun dihadapan pilar yang kelak akan menopang kekuasaanku.

"Ya?" Dia nampak cangung.

Gimana ini anjaay, malu banget, huwaa. Rasanya aku mau gogolesaran ketika tatapan Gara seolah berkata :

"Hei, inikah putri asli yang katanya berwibawa? Ternyata dia alay dan menjijikan."

Aku menghela nafas, bagaimanapun aku harus memperbaiki citraku dihadapan Algara. Harus!

"Ayo kita cari permata-permata untuk mengembalikan kekuatanku!" Perintahku sambil berjalan sembari membusungkan dada, tatapanku lutus dan dingin kedepan. Anjay, pasti keren mweheh.

Brak.

Jatuh.

Aku jatuh? ...

JATUH?!

"Aaaaaa!" Aku mengusak rambut sambil menutup mata. Aku dengan tawa tertahan Algara, dia membungkuk. Mengulurkan tangannya padaku.

"Bersikaplah seperti biasanya, tuan putri, aku tahu ingatanmu belum kembali sepenuhnya. Itu hanyalah kilas balik, ketika hatimu sudah yakin pada dirimu sendiri, aku percaya kamu akan benar-benar jadi putri yang luar biasa."

Tidak lama setelah Gara selesai bicara, aku segera nemplok di dadanya. "Gendong ... aku malas."

"Aku juga capek."

Meski mulutnya bilang begitu, tak ayal tangannya bergerak cepat mengendongku ala bridal style.

Hahah, dia memang Gara. Pilar kedua si pria tsundsre yang menggemaskan.

***

"Kau yakin naik ini?"

"Di bumi aku naik taksi."

"Ada sabuk pengamannya!"

Aku terus mengoceh, menatap ngeri naga putih yang mengeong di depanku, Algara mendengus. Tangannya melemparku hingga duduk diatas pungung sang naga, dia menyusul setelahnya.

"Aku nyaris kembali tidak percaya kamu adalah putri yang asli, kata ayahku dia bahkan bisa membantai satu negara tanpa perasaan bersalah."

Ugh, sangat menusuk! Aku amhirnya hanya pasrah smabil mendumel dalam hati. Dalam hening yang cukup lama seuntai rambut menyentuh bahuku. Aku menoleh.

Wtf?

Gara jadi gede? Rambut birunya panjang hingga menyentuh bahuku, matanya sedingin kutub sedangkan pahatan wajahnya begitu sempurna.

"Ini wujud asliku," jelas Gara, seolah tahu isi pikiranku. "Kemarin aku pakai wujud bocah karena sihirku mendadak tidak aktif."

"Kau bisa sihir?" Aku menganga.

Dia mendengus. "Walau tidak sehebat kamu."

Tubuhku membatu saat sebelah tangan Gara merengkuh pingangku.

"Hei apa yang kau lakukan?" Pekikku tiba-tiba panik.

"Jadi sabuk pengamanmu," bisik Gara. Mendadak aku merinding saat helaan nafasnya menyapu leherku.

"Ayo berangkat Drag," perintah Gara pada naganya.

Naga itu mengepakan sayapnya, bersamaan dengan tangan Gara yang terasa dingin. Aku mencoba menoleh padanya.

"Jangan liat kesini!" Sentak Gara

"Kenapa?" Tanyaku sambil menautkan alis.

"Pokoknya jangan!"

Hei, dia pikir dia bisa memerintahku seenaknya? Aku menoleh padanya tanpa aba-aba, wajah kami hampir saja bertubrukan. Sangat dekat hingga aku bisa melihat pantulan wajahku dalam iris birunya yang dalam.

"Gara kamu sakit?"

"Enggak."

"Wajahmu merah."

"Cuacanya panas."

"Tapi ini malam."

Gara berdehem keras. "Diam atau aku jatuhkan kau dari sini," serunya marah. "Jika aku bilang panas, pokoknya panas, ngerti??"

***

Selena menggoyangkan gelas anggurnya. Menatap Tata yang nampak gelisah di sampingnya.

"Kau kenapa?" Selena bertanya pelan.

"Jejak putri itu ada di istana kekaisaran Darkness."

Selena mengulas seringai. "Bukankah itu bagus? Astan akan membunuhnya dan kita hanya perlu menikmati hasilnya."

"Jika raja iblis itu tidak membunuh sang putri?" Tata kembali melontarkan tanya, ekspresi selena terlampau tenang.

"Berarti dia bukan putri Ayhana, Astan membenci Victoria. Maka dengan Alasan apa dia membiarkan musuhnya hidup?"

Tata memgulum senyum, dia membungkukan tubuhnya pada Selena. "Aku pergi."

"Cari buku itu, dan semua bahan-bahan untuk memanggil kekuatan nirwana Ayhana, aku membutuhkannya," perintah Selena sebelum meneguk habis tetesan anggur terakhir di gelasnya.

"Jantung Aquarius, bunga roseblue? Aku sudah mendapatkannya dan aku menyimpannya pada tempat yang tidak bisa digapai." Tata berujar. Di tubuh Ayhana itu sendiri. Lanjutnya dalam hati.

Langkah pria itu terdengar dingin menyusuri lorong-lorong istana. Dia menggunakan sihir teleportnya. Sampai di sebuah tempat dimana ada 3 orang yang sudah menunggunya.

"Hahahaha." Tata meledakan tawa.

"Kau gila?"

Tata berusaha menghentikan tawanya. "Tidak, hanya saja tadi aku mendengar hal yang lucu. Bagaimana bisa Selena berkata tentang alasan apa Astan membiarkan putri tetap hidup, bukankah alasannya jelas?"

Tiga gadis di depannya terkekeh.

"Tentu saja alasannya sangat jelas, dari awal Astan tidak membenci Victoria. Dia hanya membenci apa yang dibenci tuan putri Ayhana."

"Tepat sekali Kim." Tata mengedip. "Kalian setuju Elle?, Anna?"

"Setuju," kompak keduanya.

AKU PUTRI RAJA?! ||●VICTORIA SERIES●||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang