¬15¬

872 190 27
                                    


Setelah dirasa orang-orang itu menghilang. Jihoon dan Hyunsuk saling mengkode bahwa keadaan sudah cukup aman. Setidaknya cukup aman sampai mereka bisa menuju gerbang sekolah yang jauh didepan.

"Psst! Ayo lari secepat-cepatnya!–

1

2

3!"

Mereka keluar dari persembunyian. Berlari sekuat tenaga keluar dari gedung dua. Dimana Hyunsuk dan Jihoon yang berada di belakang dan sisanya didepan. Mereka sudah berlari cukup jauh dari gedung. Hanya tinggal beberapa meter lagi, mereka bisa menggapai gerbang sekolah.


DORR


"ASAHI!"

Mereka yang berlari didepan segera menoleh kebelakang ketika mendengar seruan dari Hyunsuk dan Jihoon. Mata mereka langsung terbelalak ketika Asahi mulai terduduk lemas sembari memegang bahu kanannya dan bola yang sudah terjatuh berceceran. Tanpa berpikir panjang mereka berbalik.

"Asa! T-tahan lo kuat kan?" Junkyu meneguk salivanya ketika melihat darah yang mulai mengalir dari bahu kanan Asahi ke tangannya.

Asahi mengangguk. Ketika dirinya mencoba berdiri, dia harus menahan rasa sakit yang luar biasa. Bahkan hanya untuk berdiri saja bahu kanannya terasa sangat sakit. Lalu bagaimana jika dia berlari?

"K-kita lanjut lari."

Junghwan mengedarkan pandangannya lalu memicingkan matanya melihat seseorang yang sekarang tengah berdiri disamping pilar yang tadi digunakan Hyunsuk dan Jihoon dengan sebuah pistol di tangannya. Jangan lupakan senyuman yang mengembang di kedua belah bibirnya.

"H-hah?"

Semua mengalihkan pandangan mereka kearah Junghwan. Sedangkan yang ditatap masih terfokus pada apa yang dia lihat.

"Lo kenap–" Saat Haruto mengikuti arah pandangan Junghwan. Matanya seketika melotot.



















"KAK MASHI?!"

Semua langsung mengikuti arah pandangan Junghwan. Dan benar saja disana terdapat Mashiho dengan sebuah pistol ditangannya.

"Halo~" Mashiho melambai-lambaikan tangannya ke arah mereka. Dengan senyum yang mengembang seperti tak terjadi apa-apa.

Bagaimana bisa?

"L-lo? K-kok b-bisa?" tanya Junkyu terbata-bata.

Mashiho tertawa lalu tersenyum miring menatap Junkyu. "Gue gak segampang itu untuk lo bunuh, Junkyu."

"Maksud lo apa, Kak?" teriak Haruto tak mengerti.

Mashiho menyenderkan tubuhnya pada pilar lalu mengendikkan bahu. "Tanya temen lo coba."

"Apa maksud dia, Jun?!" tanya Jihoon mendorong bahu Junkyu sedangkan Junkyu hanya diam saja.

Haruto segera menarik Jihoon menjauh dari Junkyu. "Kak kak! Sabar anjir! Jangan emosi!"

Jihoon menghiraukan ucapan Haruto. "Lo bilang dia pingsan dibawa guru! Tapi kenapa dia bilang lo mau bunuh dia?! JELASIN JUNKYU!" Jihoon menunjuk Mashiho lalu berteriak pada Junkyu.

Junkyu menggeram.

"IYA! KENAPA? GUE EMANG MAU BUNUH DIA! KARENA DIA UDAH TAU PENYAKIT GUE BANGSAT!"

Mereka terdiam. Terlalu terkejut dengan pernyataan Junkyu. Orang yang beberapa waktu lalu membuat mereka tertawa ternyata berniat membunuh orang. Tapi ada sesuatu yang aneh dengan perkataan Junkyu.

"Jangan bercanda lo. Lo gak punya penyakit apa-apa, Kak!" bantah Jeongwoo.

Junkyu ingin berbicara namun segera dipotong dengan suara tepukan tangan Mashiho.

"Loh loh? Lo gak ngasi tau sahabat lo kalo punya penyakit?" Mashiho tertawa keras. "Takut dijauhin ya hahahaha."

"Bangsat!" Junkyu menatap Mashiho penuh dendam.

"Lo tau?" tanya Jihoon pada Mashiho. Dirinya masih menahan berusaha amarah yang ingin membuncah.

Mashiho mengangguk sembari tersenyum. "Tau dong! Sini gue ceritain."

"BANGSAT! TUTUP MULUT LO MASHIHO!"

Hyunsuk, Jaehyuk, Asahi dan Junghwan yang berada didekat Junkyu langsung tersentak mendengar teriakan itu.

Mashiho terkekeh sembari memainkan pistol yang berada di tangan kanannya.

"Lo," Mashiho menunjuk Junkyu. "Kim Junkyu. Anak kedua dari keluarga Kim yang sengaja dibuang karena lo udah bunuh kakak perempuan lo. Kim Jisoo."

Jihoon dan Jeongwoo selaku sahabat dekat Junkyu tertegun. Mereka baru mengetahui fakta itu. Fakta bahwa Junkyu lah yang membunuh Kakaknya sendiri. Karena ketika Junkyu menceritakan tentang keluarganya, pemuda itu berkata bahwa sang Kakak terbunuh saat terjadi perampokan.

Jihoon menatap Junkyu tak percaya. "J-jadi lo selama ini bohong?"

Junkyu bergerak gusar menunjuk Mashiho. "LO– SINI LO! GUE BAKAL BUNUH LO!"

Junghwan menahan tubuh Junkyu ketika pemuda itu bergerak maju. Melihat Junghwan yang kesusahan menahan tubuh besar Junkyu, Jaehyuk pun ikut menahan tubuh pemuda itu karena pemuda itu kini bergerak seperti orang kesetanan.

Mashiho yang melihat itu hanya menghiraukan dan melanjutkan ceritanya.

"Lo itu pembunuh. Bahkan lo gak segan-segan buat minum darah kakak lo sendiri, Junkyu."

Jaehyuk dan Junghwan terjatuh akibat dorongan dari pemuda yang kini berlari kearah Mashiho. Dengan amarah yang membuncah, Junkyu melempar asal tongkat pramukanya.

"JUNKYU GOBLOK SABAR ANJIR! JANGAN KEPANCING EMOSI!" Jihoon berlari lalu menarik tangan Junkyu agar berhenti ditempat. Walaupun tadi dirinya juga ikut emosi namun kalau terus seperti ini, rencana mereka kabur akan gagal.

Mashiho yang melihat itu hanya terdiam. Dirinya berjalan dengan santai sembari tangannya yang memberi sebuah kode.

"Lo itu sama kayak kita. Haus darah." Mashiho terkekeh melihat Jihoon yang berusaha keras menahan Junkyu agar tak berlari kearah Mashiho. "Liat ada yang mau ketemu sama lo."

Junkyu berbalik lalu matanya terbelalak menatap seorang pemuda yang berdiri dibelakang Haruto dengan senyum manisnya.











"Lo gak kangen sama gue, Kak?" Mata pemuda itu menatap lurus kearah Junkyu.

"HARUTO AWAS–"















Hanya sepersekian detik pisau yang dibawa pemuda itu sudah menancap sempurna dibahu kanan Haruto.






















































































...

mau keluar aja susah ya hmm


Bloody Day ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang