¬18¬

790 186 52
                                    

p
absen dlu sini:b








































Suara pukulan dan aduan senjata terdengar begitu jelas. Mereka saling menghantam, menendang bahkan tanpa ragu untuk menusuk satu sama lain demi bertahan hingga akhir.

Bahkan sudah hampir setengah jam waktu berjalan dan juga sinar matahari yang mulai terik namun pertarungan itu masih berlanjut. Mereka bahkan tak menghiraukan luka yang mereka dapat demi menyelesaikan ini. Sesekali mereka saling membantu karena musuh mereka sangat kuat dan juga tenaga yang tidak habis-habis.

Junkyu menatap Doyoung bengis. Adiknya itu benar-benar terlihat seperti ingin membunuhnya. Bahkan tatapan matanya berbeda.

"SADAR DOY SADAR! LO KENAPA BANGSAT?!" tanya Junkyu namun tubuhnya berusaha menghindar dari pukulan Doyoung. Tubuhnya sudah sangat sakit bahkan lengannya sudah mengeluarkan banyak darah karena ternyata Doyoung menyimpan sebuah cutter dibalik celananya. Keadaan Doyoung pun sama, tubuhnya juga dipenuhi luka akibat tongkat Junkyu.

"Gue mau bunuh lo," ucap Doyoung santai namun tidak dengan pukulannya.

"IYA ANJING GUE TAU. LO DARI TADI NGOMONG ITU MULU. MOTIP LU APA BUNUH GUE?!" teriak Junkyu kesal. Pasalnya daritadi ia bertanya kenapa Doyoung sangat ingin membunuhnya namun hanya jawaban itu yang ia dapatkan.

"Kebalik gak sih. Seharusnya gue yang bilang gitu ke lo karena udah bikin gue diusir. Dan kehilangan Kak Jisoo." Kepalan tangan Junkyu tepat mengenai rahang Doyoung yang membuat pemuda itu jatuh tersungkur.

Doyoung mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya, menatap Junkyu yang sedang menetralkan nafasnya. "Lo itu anak kebanggaan. Cuma lo aja yang gak sadar. Papa sering muji lo sama Kak Jisoo ke rekan kerjanya. Bahkan temen-temen gue kagum sama kalian berdua. Dan lo gak tau!"

Doyoung bangkit dan menatap Junkyu bengis. "Gue sering dibully disekolah! Gue dianggap cupu! Gak berguna! Lemah! Anti sosial! Bahkan disaat gue dapet peringkat paralel, gue tetep dibully karena mereka iri! Mereka cuma mandang anak keluarga Kim ada dua, Kim Junkyu sama Kim Jisoo! Gue muak! Bahkan gue gak dikenal sama rekan kerja Papa! ITU SEMUA KARENA LO SAMA KAK JISOO!"

Junkyu menggeleng lalu menunduk untuk menghindari tendangan Doyoung. "Tapi gak gini juga caranya! Lo ngehancurin masa depan Kak Jisoo! Lo ngebuat gue dibuang dari keluarga! Dan lo juga bikin orang tua kita stress! LO ITU PINTER TAPI BODOH DOYOUNG!"

Doyoung mendecih. "Gak peduli. Yang penting gue mau lo mati sekarang."



















































































Hyunsuk menatap tubuh sepupunya yang sudah tergeletak dengan nafas yang tersengal-sengal dan luka tusukan disekujur tubuhnya.

"Gue pernah bilang jangan ikutin jejak gue," Hyunsuk menghela napas. "Karena ini akhir yang lo dapet kalo milih jalan yang salah."

Yeonjun yang sudah setengah sadar tersenyum kecil. "L-lo dulu juga gini kan. Jadi lo juga akan berakhir kayak gue?".

Hyunsuk mengendikkan bahunya tanda tak tahu apa jawaban yang tepat ia berikan. "Mungkin. Gimana kabar papa?"

Yeonjun memejamkan matanya sebentar lalu membukanya lagi. "Dia nyesel setelah tau alasan dibalik lo ngelakuin itu semua."

Hyunsuk mengangguk. Yah setidaknya dia tahu kabar sang Papa karena sudah lama tak bertemu. Ia lalu berjalan mendekati Yeonjun dan berjongkok disamping tubuh pemuda itu. "Lo gak mau bunuh gue?"

Bloody Day ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang