bully

19.9K 1.1K 25
                                    

2 hari setelahnya Rheyna baru menginjakan kakinya kembali ke kampus setelah mengambil libur untuk menjaga Aileen atas permintaan Alvano. Fira pun memberikan izin dengan mudah, bahkan ia sudah sangat menerima Alvano untuk menjadi menantunya.

“Rhey, lo udah lihat madding belum sih?”tanya Alea saat dirinya baru saja bertemu dengan Rheyna dipintu kelas.

“Madding? Belum, ada apa emangnya?”Rheyna balik bertanya.

“Ada gosip baru, gue yakin lo pasti kepo sama gosipnya”jawab Alea.

“Gosip apa? Gue gak pernah sekepo itu sama gosip orang lain”ucap Rheyna acuh.

“Justru itu ini bukan gosip orang lain! Ini gosip lo, Rhey”jawab Alea histeris.

“Maksud lo? Gue jadi bahan gosip?”Rheyna bertanya dengan kedua bola mata yang membulat.

“Sini gue kasih lihat”Alea langsung menarik tangan Rheyna menuju madding yang saat ini sedang dikerumuni oleh banyak mahasiswa baik laki-laki ataupun perempuan.

“Permisi”ucap Rheyna dan Alea sambil mendesak masuk kedalam kerumunan itu.

Bola mata Rheyna sontak membulat tatkala melihat sebuah foto ciuman dirinya dengan Alvano. Ia bisa mengingat dengan jelas kapan dan dimana saat melihat foto ciuman itu. Orang yang ada dipikirannya pun langsung tertuju pada Sintya dan Rina.

Setelah diam beberapa saat, Rheyna segera mencabut foto-foto itu dan meremasnya.

“Gak nyangka ya gue sama lo Rhey, jual diri Cuma buat nilai”ucap salah satu mahasiswa perempuan yang seketika membuat Rheyna menunduk.

‘Ini gak bener! Ini semua gak bener!’-batin Rheyna.

“Rhey, gue tau lo mau lulus dengan nilai terbaik, tapi gak gini caranya!”timpal mahasiswa lainnya.

“Kalian bisa diem gak? Kalian tuh gak tau apa yang sebenernya terjadi dibalik foto itu! Gak usah nuduh sembarangan deh!”ucap Alea.

“Emang apa yang terjadi? Bukannya udah jelas banget ya kalau dia itu lagi nyium pak Al?”seseorang bersuara dari balik kerumunan itu.

Alea menatap tajam kearah perempuan yang kini sudah berada dihadapannya.

“Heh pelacur! Madep sini dong!”ucapnya sambil menarik bahu Rheyna hingga ia berbalik.

“Jaga mulut lo ya!”Alea membela.

“Disini tuh paling dilarang mahasiswa jual diri ke dosennya Cuma buat nilai, ya gue tau banyak mahasiswa diluar sana yang kayak gitu, tapi disini gak ada! Dan Cuma dia!”jawab perempuan itu.

“Gue sama sekali gak ngejual diri sama pak Al! Gue sama pak Al udah resmi pacaran dan----”

“Halu lo! Mana mau pak Al sama mahasiswa payah kayak lo?!”sela perempuan itu.

Byurr

Rheyna memejamkan matanya saat sebuah jus disiramkan ke bajunya begitu saja.

“Sampah tau gak lo!”ucap perempuan itu lalu berbalik pergi dari sana.

“Bubar lo semua! Bubar sekarang juga!”pekik Alea sontak membuat mahasiswa yang berkerumun itu segera membubarkan diri.

“Rhey, gue anter lo ke kamar mandi yuk”ucap Alea pada Rheyna.

“Gak usah Le, gue ke kamar mandi sendiri aja”jawab Rheyna.

“Rhey, tapi gue takut mereka macem-macem sama lo lagi”ucap Alea.

“Gue bisa jaga diri kok”jawab Rheyna cepat.

“Rhey tapi---”

“Gue ke toilet dulu ya”sela Rheyna cepat lalu berjalan meninggalkan Alea.

Rheyna menatap dirinya yang sangat menyedihkan dari pantulan cermin didalam kamar mandi. Baru kemarin rasanya ia tertawa bahagia bersama Alvano dan kedua anaknya.

Drrrrttt

Ponsel Rheyna bergetar memperlihatkan sebuah panggilan masuk dari Alvano.

Setelah mendengar kabar dari Alea mengenai Rheyna yang dirundung oleh mahasiswa di kampus Alvano langsung menghubungi Rheyna untuk menanyakan keadaannya. Bahkan ia sempat merasa sangat emosi saat mendengar jika Rheyna disiram dengan minuman berwarna.

Hari ini ia tidak mendapatkan tugas mengajar, berganti dengan tugasnya di kantor yang sudah menumpuk sejak sepekan terakhir. Enzi dan Aileen pun sampai harus ikut ke kantornya karena keluarga Kila sedang berada diluar kota.

Tidak kunjung mendapatkan jawaban dari panggilan dan juga pesan yang dikirimkannya beberapa menit lalu, Alvano pun memutuskan untuk segera bersiap untuk pergi ke rumah Rheyna.

“Sayang, hari ini kalian ke rumah eyang dulu ya, papa ada urusan dulu sebentar”ucap Alvano sambil berjongkok dihadapan Enzi dan Aileen yang sedang asik bermain.

“Papa mau kemana?”tanya Aileen.

“Papa mau jenguk mami, katanya mami kalian sakit”jawab Alvano berbohong.

“Mama sakit? Sakit apa?”tanya Enzi.

“Papa juga belum tau sayang, ini papa mau jenguk mama..kalian ke rumah eyang ya, nanti pulangnya baru papa jemput lagi”jawab Alvano.

“Gak boleh ikut ya pa?”tanya Aileen.

“Belum boleh sayang, mami pasti gak suka kalau Ai sama Enzi deket-deket mami kalau mami lagi sakit gini”jawab Alvano.

Aileen menghela lalu mengangguk, diikuti oleh Enzi.

“Tapi nanti kalau mama udah sembuh Enzi boleh ya main lagi sama mama?”ucap Enzi.

“Boleh sayang”jawab Alvano lalu menuntun kedua anaknya untuk segera keluar dari ruangan itu.

“Pak, anda mau kemana?”tanya Wanda, sekertaris Alvano di kantor.

“Saya ada urusan, untuk jadwal hari ini kamu rubah aja ya”jawab Alvano.

“Baik pak”ucap Wanda lalu membiarkan Alvano pergi terburu-buru bersama kedua anaknya.

Hanya 15 menit waktu yang ditempuh Alvano untuk sampai ke mansion milik Rina. Disana ia bisa melihat ada mobil Sintya yang terparkir dibagasi.

“Jadi sepupu kamu sudah berhasil menghasut teman-temannya untuk merundung cewek itu?”

Itulah kalimat yang pertama kali Alvano dengar saat ia membuka pintu.

Sintya tertawa, “iya tante, dan tante tau? Dia nangis didalam toilet”

Alvano melepaskan genggamannya pada kedua tangan anaknya lalu berjalan menghampiri Rina dan Sintya yang belum menyadari kedatangannya.

“Jadi ini semua ulah kalian?”tanya Alvano.

Sintya sontak mendongak, “m-mas Al?”

“Kalian yang udah bikin Rheyna dirundung di kampus?”Alvano mengulangi pertanyaannya.

“Vano kamu salah paham!”ucap Rina.

Alvano geram lalu mengambil gelas yang berisikan jus jeruk kemudian melemparnya asal ke lantai.

“Saya tidak akan segan-segan untuk membuat hidup anda hancur seperti gelas itu jika anda masih berani mengusik hidup kekasih saya”ucap Alvano tajam kearah Sintya.

“Vano kamu ini—”

“Dan mama! Asal mama tau, Vano gak pernah bahagia hidup sama mama”sela Alvano.

Setelah berucap demikian Alvano dengan cepat kembali berjalan kearah Enzi dan Aileen yang terdiam sendu diambang pintu.

“Kita pergi dari sini sekarang”ucap Alvano sambil menggendong tubuh kedua anaknya dan kembali masuk ke mobilnya.

Duda LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang