Keduanya sudah sampai dihalaman mansion milik Rina. Dengan perasaan cemas Alvano segera menggandeng tangan Rheyna untuk segera masuk bersamanya. Kedatangan mereka langsung disambut oleh maid yang ada disana.
“Tuan muda”ucap salah satu maid setelah membukakan pintu untuk Alvano dan Rheyna.
“Dimana anak-anak?”tanya Alvano.
“Di kamar tuan, ada non Clara juga disana”jawab maid itu.
Alvano mengangguk lalu membawa Rheyna masuk kedalam sebuah kamar dengan cat pintu warna coklat. Langkah kaki Alvano mulai cepat dan genggamannya mulai terlepas saat mendengar tangisan Aileen yang lebih kencang dari sebelumnya.
“Sayang, apa yang sakit nak?”tanya Alvano saat dirinya sudah berada tepat disamping Aileen yang berbaring diatas kasur.
“Papa...sakit”Aileen menangis dalam pelukan Alvano.
“Kita ke rumah sakit sekarang ya”ucap Alvano.
Aileen menggelengkan kepalanya, “Ai takut, papa”
“Ada papa disini sayang, Ai gak perlu takut”jawab Alvano.
“Kakak mama...”
Alvano menoleh saat Rheyna baru saja masuk kedalam kamar.
“Kak Rhey, akhirnya kakak datang juga”ucap Clara sambil menggandeng tangan Rheyna untuk segera berjalan menuju kasur Rheyna.
“Ai lihat, kakak mama datang buat Ai”ucap Enzi.
Rheyna tersenyum lalu membungkukan tubuhnya mengusap puncak kepala Aileen, “Ai kenapa bisa jatuh?”
Suara lembut Rheyna seolah menghipnotis Aileen sehingga tangisannya berhenti.
“Ai lagi main kejar-kejaran sama Enzi, Ai kepleset ditangga”jawab Aileen dengan nada sendu dan air mata yang membendung dipelupuk matanya.
“Apa yang Ai rasakan sekarang?”tanya Rheyna.
“Badan Ai sakit semua...”jawab Aileen kembali menangis.
Rheyna kembali mengusap puncak kepala Aileen dengan lembut, “kalau gitu kita ke dokter ya sayang, biar diobatin sama dokter dan Ai gak sakit lagi deh”
“Ai takut disuntik”jawab Aileen dengan bibir yang mengerucut.
“Yah, padahal kakak mau kasih apapun kalau Ai mau ke dokter”ucap Rheyna dengan nada kecewa yang dibuat-buat.
“Sesuatu apa?”tanya Ai penasaran.
“Apapun yang Ai mau, kakak akan kabulkan”jawab Rheyna.
“Kakak mama janji?”tanya Aileen.
Rheyna mengangguk yakin, “janji kalau Ai mau ikut kakak sama papa ke dokter”
Aileen tersenyum lalu mengangguk, “Ai mau”
Rheyna tersenyum, begitupun dengan Alvano yang sejak tadi memperhatikan dari belakang Rheyna. Dengan segera Alvano beranjak dan mengangkat tubuh Aileen perlahan kedalam gendongannya. Ia tersenyum dangat berbeda dari biasanya pada Rheyna sebelum akhirnya berjalan keluar lebih dulu.
Enzi menggenggam tangan Rheyna lalu menariknya keluar kamar dengan Clara yang mengikuti dari belakang. Mereka akhirnya membawa Aileen ke rumah sakit dengan beberapa menit menunggu didepan ruang pemeriksaan.
Enzi sejak tadi terduduk dengan nyaman diatas pangkuan Rheyna sambil sesekali memainkan jemari Rheyna. Alvano duduk disampingnya sambil sesekali mendengar obrolan kecil antara Enzi dan Rheyna.
“Tangannya masih sakit gak?”tanya Rheyna.
Enzi menggelengkan kepalanya, “udah enggak, Enzi udah bisa mam sendiri juga”
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Lovers
RomanceAlvano, dosen tampan yang berstatus duda dan mempunyai anak kembar suatu hari bertemu dengan salah satu mahasiswa psikolognya. Alvano dan kedua anaknya yang selalu menutup diri dari orang lain ternyata berubah saat bertemu dengan gadis bernama Rheyn...