THE IMPOSSIBLE WORLD PART 2

153 13 3
                                    


***

“Pine Forest? Namanya sungguh lucu,” celetuk Angela setelah membaca papan nama di atas gapura pintu masuk hutan.

“Horeee! Camping! Camping!” Charles tak hentinya bersorak-sorai penuh semangat. Dia sudah melepaskan sabuk pengaman, memilih menempelkan wajah di kaca jendela. Melihat pepohonan pinus di samping kirinya sambil berteriak kagum.

“Charles, pakai sabuk pengamannya! Nanti kau akan jatuh! Kita sesang memasuki jalanan berbatu, tahu!” tegur Justin keras.

No! Aku mau bergerak bebas! Aku mau melihat dengan jelas pohon-pohon setinggi dinosaurus itu!” tolak Charles.

“Charles, dengarkan apa kata Daddy-mu, Sayang. Kalau kau terluka, nanti kita bisa batal camping,” bujuk Angela, menoleh ke kursi belakang tempat Charles berada.

“Uhh! Ya sudah! Aku tidak mau sampai acara camping ini gagal!” Charles yang tadi berdiri di atas kursi, kini duduk tenang dan memakai sabuk pengamannya lagi. Dia memasang wajah cemberut penuh kekesalan.

Rencana bertamasya ke luar kota akhirnya terwujud. Angela merasa senang bisa menjadi bagian dari keluarga kecil ini. Dia kini bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga. Dia berharap, semoga kelak bisa secara resmi menjadi anggota keluarga Robbin. Menjadi istri Justin dan ibu tiri yang baik untuk Charles.

Satu jam kemudian, mobil Ford gunung berhenti di pinggiran danau berbentuk oval dengan warna air yang sangat jernih. Justin dan Angela memutuskan akan membangun tenda di sini. Yang dekat dengan sumber air.

“Ini tempat camping terbaik di seluruh Inggris! Daddy dan Mom sangat pandai memilih tempat bagus!” puji Charles. Dia langsung menjatuhkan ransel Batman-nya, berlari di pinggiran danau. Memercik-percik air tersebut sambil tertawa riang.

Anak itu! Aku kan jadi malu jika dipanggil ‘Mom’, rutuk Angela dalam hati. Malu pada panggilan yang dilontarkan Charles.

Mom Angela~ bisakah Daddy meminta bantuanmu untuk memasang tenda?” Justin memanggil dengan nada menggoda. Pria yang memakai sweater abu-abu tersenyum lembut, kedua tangan sedang sibuk merentangkan tulang tenda.

“Ya, Justin. Bisakah kau ... tidak memanggilku seperti itu?! Aku belum siap, tahu!” Angela mengomel, datang ke hadapan Justin.

Justin terkekeh. “Mengapa? Toh, memang sebentar lagi panggilanmu akan berubah!”

“Terserah!” sahut Angela kesal. Memilih untuk memasang tenda.

Pemandangan yang fenomenal tersuguh di hadapan mereka. Di pinggir Selatan danau, tepatnya di sebelah kanan tenda, tumbuh sebuah pohon bunga sakura. Mereka tahu itu pohon sakura dari sisa bunga yang tergeletak kering di atas tanah. Meskipun pohonnya sedang tidak berbunga, tetapi pesona tiap lengkung rantingnya selalu terlihat indah. Air danau merefleksikan pohon tersebut, seperti di dalam danau itu juga tumbuh pohon bunga sakura.

Angela berkhayal, membayangkan betapa indahnya nanti kalau bunga sakura itu tumbuh dan bermekaran. Dia sangat penasaran seperti apa warna bunga sakura yang tumbuh di hutan Inggris.

Hari mulai senja, mereka pun bergegas menuju tenda. Mereka meletakkan kayu bakar yang dikumpulkan dari dekat pohon sakura, lalu Justin menyulutnya dengan pematik api. Kepulan asap mulai membumbung tinggi, meredam hawa dingin yang mulai menusuk tulang. Api merah meliuk menari-nari karena tekanan udara di sekitar hutan. Angela, Charles, dan Justin sudah merapat duduk di dekat api unggun untuk memulai acara di malam camping pertama. Acara bakar ayam sambil bercerita tentang petualangan di alam liar.

Fall into Devil [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang