BROKEN

218 17 0
                                    


Dia duduk di beranda sebuah paviliun bergaya inggris. Ada banyak jendela raksasa di rumah tersebut, yang saat ini dibuka lebar. Sinar kekuningan yang hangat masuk ke dalam rumah lewat jendela tersebut, menyoroti juga sosok gadis berambut hitam kemerahan. Dia menutup mata, berdiri berpegangan di pagar pembatas beranda, meresapi keheningan pagi.

Angela Morveena bernostalgia. Angannya berkelana pada pagi hari pertama saat dia tinggal di Mansion Robbin. Penuh dengan kerusuhan dan canda tawa semua orang.

Di jam ini, biasanya Angela akan pergi ke kamar Charles untuk membangunkannya. Lalu, Angela akan memakaikan seragam sekolah, sepatu, memeriksa tas batman, dan memastikan buku pelajaran yang dibawa Charles sudah lengkap. Kemudian akhirnya, dia makan bersama dengan Charles dan ayahnya, orang yang paling dia cintai, Justin Agustinus Robbin.

Angela membuka mata perlahan, menatap kosong ke arah luasnya bukit hijau yang ditanami bunga crysantemum. Tangan kanannya terulur, meraba tangan kiri. Di mana sebuah cincin pertunangan melingkari jari manisnya.

Sekarang, cincin yang merupakan tanda cinta mereka telah musnah. Hilang tak berbekas bersama pemberinya. Hilang ... seolah Justin, Charles, dan seluruh anggota keluarga Robbin tidak ada. Mereka pergi meninggalkan Angela seorang diri.

Bulir air mata jatuh satu per satu membasahi pipi. Angela menangis dalam diam meratapi takdirnya yang malang. Selalu ... sedari kecil dia selalu ditinggalkan. Oleh ibu dan sekarang oleh orang-orang yang dia cintai.

“Nona Angela, saya lihat, Anda akhir-akhir ini sering melamun dan menangis. Apakah Anda masih memikirkan Justin Robbin?” tanya pria berperawakan tinggi berkulit cokelat yang bernama Ethan Rooke.

“Aku masih belum bisa memaafkan diriku yang sudah membuatnya terbunuh, Tuan Ethan,” jawab Angela tertunduk sedih.

Ethan memegang pundak Angela sebagai tanda bahwa dia ingin menyemangati. “Nona Angela, panggil saja saya Ethan. Dan Anda tidak perlu mengingat kesedihan dan kesakitan karena kehilangan. Itu akan membuatmu menjadi rapuh dan musuh akan lebih mudah menerkammu.”

“Terima kasih, Ethan,” ucap Angela dengan senyuman palsu.

***

Luke Salvator dan Sebastian terus berpindah-pindah tempat, berteleport dari satu desa ke desa lain. Meskipun mereka lelah penuh peluh, tetapi mereka masih tidak akan menyerah sampai Angela ditemukan. Luke yakin, tempat kali ini yang mereka pijak terasa lebih dekat dengan hawa keberadaan Angela.

Akhirnya, mereka menemukan sebuah rumah di bukit hijau yang cukup luas yang terpisah dari pemukiman penduduk. Kaki mereka baru saja hendak menginjak halaman rumah paviliun sederhana, tetapi mereka langsung terpental. Kekuatan tak kasat mata tak mengizinkan mereka memasuki paviliun.

“Sebastian, apa kau juga melihatnya?”

“Ya, My Lord. Paviliun itu telah dilindungi barrier putih. Itu barrier yang kuat dan asing untuk Hamba. Hamba penasaran makhluk seperti apa yang membuat barrier ini?”

“Jadi ..., kita tidak punya cara untuk menembusnya?”

“Mohon maaf sebesar-besarnya, My Lord. Tidak. Kita tidak bisa menembusnya. Tapi ... sepertinya ayah Anda tahu tentang barrier ini mengingat dia telah banyak menemui berbagai macam makhluk immortal.”

“Arrgghh! Aku tak menyangka harus berurusan dengannya kali ini. Ayo, Sebastian!”

Mereka berteleport dari desa tersebut ke dunia immortal. Luke tak perlu bersusah payah pergi ke Piramida di Mesir untuk menemukan portal dunia immortal. Dia adalah Pangeran Dunia Immortal, kunci portal cadangan ada bersamanya. Dia tak perlu izin lagi untuk menginjakkan kaki di tanah kelahirannya.

Fall into Devil [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang