LIE AND TRUTH

119 7 0
                                    

"Mau apa kau kemari?"

Pertanyaan bernada dingin keluar dari mulut si pelayan hitam. Yang ditanyai balas menjawab seraya tersenyum kecil. Senyuman biasa, tetapi penuh intrik.

"Hanya berjalan-jalan, Sebastian Michaelis."

"Tidak. Aku tahu persis kalau perlu izin khusus untuk memasuki Diarkzars. Hanya penghuni, pelayan, dan mate dari penghuni dunia ini yang bisa bebas masuk."

Sosok bersayap putih raksasa yang melayang di udara bertepuk tangan lambat. "Wah, wah, ternyata, kau masih sepeka dan secerdas biasanya. Aku bisa masuk karena satu orang. Dia penasaran seperti apa mate dari Luke. Alangkah lebih baik jika aku mempertemukan mereka berdua sekarang? Mungkin saja ... dia bisa akrab dan intim dengan Angela."

"Tapi My Lord akan--"

"Siapa yang lebih kau pedulikan? Apakah kau mau membatalkan kesepakatan kita?"

Sebastian terhenyak, lalu menunduk diam. Dia lupa pada janjinya malah memikirkan kebahagiaan tuannya. Dari awal, dia dan makhluk ini telah sepakat akan sesuatu untuk mewujudkan keinginannya yang terdalam. Akan tetapi, tetap saja Sebastian tidak tega menghianati tuannya.

"Urusanku di sini telah selesai. Tapi bukan berarti aku tidak akan mengawasi Angela. Dia ... sangat berharga bagiku."

Sosok bersayap putih tersebut lenyap terbang ke langit kelam. Sebastian tak ingin mengejar meski hatinya sangat ingin. Dilema terjadi, dan dia membenci ini. Dengan menghela napas berat, si pelayan hitam beranjak dari tempatnya berdiri. Dia tahu di mana Angela berada. Dia tidak ingin pergi dan mengambil gadis itu dari sana. Karena yang pantas melakukannya hanyalah Luke Salvator, sang mate.

Sebastian tidak bisa melanggar janji dan tidak mungkin melanggar sumpahnya pada sang tuan.

"My Lord, jika kau mendengar pesan Hamba ini, maka segera pulang. Ada hal yang sangat penting yang terjadi. Ini menyangkut mate Anda."

***

Kaki berjalan menyamping seperti kepiting. Kedua telapak tangan terus meraba dinding ruangan tersebut. Ruangan itu mati, tanpa penerangan dan sangat lembab. Dia terus meraba dinding demi menemukan saklar lampu.

Angela berharap ruangan asing ini punya kesamaan dengan istana Luke. Saklar lampu mungkin ada di dinding. Sedari tadi, perasaan Angela tidak enak. Seperti ada yang mengawasinya di dalam kegelapan. Hal itu terbukti benar, dia mendengar suara hentakan sepatu seseorang di depannya.

"Si-siapa di sana! A-ku tidak takut pada hantu! Keluarlah!" teriak Angela gagap.

Terdengar kikikan pelan, dibarengi suara langkah kaki yang semakin jelas. Angela pun jatuh duduk meringkuk tak berdaya sambil mengepalkan kedua tangan ke dinding. Dia takut, tetapi masih tersisa secuil keberanian untuk berteriak menantang orang itu.

"Jawab Aku! Siapa di sana!"

Keringat sudah mengucur deras turun dari tubuhnya. Angela bernapas lega setelah beberapa menit berikutnya, orang itu tak menunjukkan wujudnya. Dia pikir itu hanya halusinasinya semata. Namun, dia salah.

Tepat saat Angela berbalik merayap kembali ke arah pintu masuk, dia menabrak sesuatu. Tak ada yang terlihat, kecuali sepasang mata merah pekat dan aura dingin yang dia rasakan.

"K-au siapa?!" Angela jatuh terduduk di lantai, berusaha merangkak ke belakang sejauh mungkin dari sosok menyeramkan itu. Tak dapat dipungkiri, dia menginginkan Luke datang untuk mengeluarkannya dari tempat ini. Sepintas, dia memikirkan keberadaan pelayan mate-nya, Sebastian. Bertanya-tanya ke mana pelayan itu hingga melupakannya.

Fall into Devil [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang