THE IMPOSSIBLE WORLD PART 1

245 17 3
                                    

Mansion yang semula terang-benderang dan diselimuti kehangatan kini terlihat begitu suram. Semenjak kepergian sang kepala keluarga Robbin—Thomas—keluarga ini benar-benar menjelma menjadi begitu dingin. Apalagi sikap Justin pada Angela yang akhir-akhir ini apatis. Pria itu seperti tidak menganggapnya ada. Segala cara yang Angela lakukan untuk menghiburnya tidak mempan. Charles juga sama saja. Mengurung diri di kamarnya dan mogok makan setelah mendengar kakeknya meninggal.

Sore itu, Justin pergi ke Robbin Grup setelah mendapatkan telepon dari sekretaris kantor. Dia mengatakan bahwa sang ayah berubah menjadi abu hitam dan ruang kerjanya hancur berantakan.  Sesampainya di sana, sebuah mobil polisi sudah terparkir di halaman kantor. Justin disambut oleh si Sekretaris dan Wakil Direktur Robbin Grup yang bukan manusia.

“Yuma, Rick, bagaimana kronologinya? Apa ... ada saksi mata yang melihat bagaimana ayahku ... berubah menjadi abu?” tanya Justin.

“Maafkan kami, Pange—maksudku ..., Tuan Justin! Kami tidak mendengar keributan di ruang kerja Tuan Thomas sore itu. Ketika saya ingin mengantarkan beberapa dokumen terakhir untuk diperiksa, kondisi ruangan itu sudah hancur berantakan. Kaca jendela pecah, meja kaca terbalik dengan kepingan-kepingan pecahan kaca, dinding dekat lemari arsip retak, dan langit-langitnya berlubang sebesar kolam ikan,” jelas Yuma.

“Maafkan saya, Tuan Justin! Saya lalai! Saya gagal menjaga Tuan Thomas dengan baik! Saya pantas mati!” seru Rick, berlutut di depan Justin, menyerahkan diri.

“Bangun, Rick! Kau tidak perlu mendapatkan hukuman mati,” ucap Justin dengan tatapan kosong. Aura dingin tersebar di sekeliling mereka. Membuat Rick dan Yuma gemetaran.

Rick bangun susah payah, tidak mampu berdiri tegak. Sadar kalau bawahan sang ayah ketakutan, Justin menghilangkan aura mematikannya.

“Dengar, Rick. Sekarang, kau harus memanggil polisi-polisi itu kemari. Jangan biarkan mereka menyentuh abu ayahku. Kau tahu, bukan? Tentang rahasia kita semua? Manusia tidak boleh tahu siapa kita.”

“Baik, Tuan Justin.”

Justin melangkah mendekati abu yang tergeletak di lantai. Dia mengambil vas bunga emas di atas meja kerja sang ayah. Menyingkirkan enam tangkai bunga mawar biru, lalu menaruh abu sang ayah ke dalam vas. Kesedihan datang merasuk di hati Justin. Biar sebenci apa pun dia pada ayahnya, tetap saja dia adalah orang tuanya. Kerabat satu-satunya yang dia miliki.

Air mata jatuh menetes ke lantai, tentu tidak berubah menjadi mutiara karena Justin telah memakai sihirnya. Dia merasakan rasa basah dan hangatnya air mata yang tercipta.

Dad ..., maafkan aku yang tidak bisa menyelamatkanmu.”

Sang pangeran mermain memutuskan untuk pulang, memeluk erat vas bunga emas yang sudah dia balut taplak meja putih. Justin pamit pulang pada Yuma dengan raut wajah terpukul.

***

Jantung Angela nyaris berhenti ketika mendengar kabar dari tunangannya. Tentang kematian pemilik Robbin Grup, calon mertuanya, Thomas Robbin. Dari penjelasan Justin, ayahnya mati berubah menjadi abu. Justin menaruh abu di tengah-tengah meja ruang keluarga. Charles mengelus sambil menangisi abu milik sang kakek yang ada di dalam vas bunga emas. Sean dan Wilhelmina saling tatap, kemudian si kepala pelayan menjulurkan tangan ke tengah meja. Mengambil abu milik tuan besarnya. Dia pergi, diiringi langkah Sean di belakang.

“Bagaimana mungkin ... ini ... sulit dipercaya! Apakah ... ruangan Mr. Thomas sengaja dibakar, Justin?!”

“Angela, ruangan ayahku punya sistem keamanan yang ketat. Tidak ada yang bisa semudah itu masuk ke dalam sana dan membakar ruangannya. Lagipun, ruangan ayahku tidak hangus jika memang itu adalah kebakaran. Aku curiga pada sesuatu. Aku pikir ... hanya tubuh ayahku saja yang ... dibakar hidup-hidup. Ini seperti ... ulah makhluk dunia lain.”

Fall into Devil [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang