LETTER

112 8 1
                                    

"Angela! Waktunya sarapan, Sweetheart!"

Luke terus mengetuk pintu kamar Angela untuk membangunkannya. Namun, sudah lebih dari sepuluh menit sang mate tak kunjung keluar membukanya. Luke merasa ada yang tidak beres karena Angela selalu bangun lebih pagi dari dia. Dengan terpaksa, Luke mendobrak pintu kamar Angela. Pemandangan tak mengenakan pun tersingkap. Penciuman sang pangeran halfblood juga tidak bisa mendeteksi keberadaan Angela.

Mata merah darah menyala terang dibarengi geraman monster. Aura hitam kelam menyeruak keluar dari tubuh Luke. "SIALAN!"

Devan dan Emily langsung melesat ke tempat putra mereka berada. Meninggalkan teras istana hitam dengan kepanikan.

"Luke! Apa yang terjadi?!" pekik Devan.

"Iya, Nak! Kami terkejut merasakan aura membunuhmu tadi! Kau tahu betul untuk tidak--"

Seruan Emily dibalas geraman liar dan tatapan tajam dari Luke. "Diam! Kalian berdua hanya tamu di sini! Aku harus mencarinya ... Angela ... ya ...."

"Tunggu dulu, Luke! Kau yakin sudah memeriksa kamarnya dengan benar? Dia mungkin ada di kamar mandi?" Devan meraih pundak sang putra.

"Aku sangat tahu semua tentang Angela, Devan Keparat! Aku tidak merasakan hawa keberadaannya di sini! Di istana ini!" desis Luke, menampar tangan sang ayah, lalu mendorongnya kasar.

Devan tercekat, beralih menoleh ke arah sang istri. Mereka saling tatap berkomunikasi dalam batin. Mereka punya kecurigaan pada satu orang. Angela tidak mungkin bisa keluar dari istana, kecuali dibantu orang dalam.

"Ini pasti ulah Michelle! BIADAB!" Luke dengan keras meninju pintu kamar Angela hingga hancur. Kemarahan Luke sudah berada pada puncaknya.

"Tapi, Ibu tidak mencium bau malaikat di sini. Angela tidak diculik Michelle," tutur Emily.

Setelah menyelidiki lagi, Luke akhirnya menemukan kebenaran yang pahit. Memang benar yang dikatakan oleh Ibunya kalau bukan Michelle tidak menculik Angela. Petunjuk itu ada pada sepucuk surat di atas nakas.

Dear Luke,

Maafkan aku harus pergi meninggalkanmu. Karena kini, aku sudah tahu semuanya. Aku dan dirimu memang tidak seharusnya bersama. Seperti kata sang Raja Malaikat, hitam dan putih tak kan bisa menyatu. Keduanya mempunyai takdir dan jalannya masing-masing.

Aku tahu, ini sangat menyakitkan untuk kita. Aku hanya tidak ingin salah satu dari kita tersakiti atau bahkan mati karena cinta ini. Luke, mulai sekarang lupakan aku. Jangan pernah mencariku lagi. Kau adalah makhluk kotor yang tidak pantas untukku. Tidak pantas.

Your Sweetheart,
Angela Morveena.

Perlahan, kertas yang ada di tangan Luke berubah menjadi abu hitam. Udara di seluruh Diarkzars mulai menipis. Seluruh makhluk halfblood mengerang kesakitan karena tidak bisa bernapas sampai-sampai Devan terkena imbas juga. Emily hanya bisa terdiam, dia menggeram di dalam perisai api miliknya. Emily tidak menyangka kekuatan putranya bisa sedahsyat ini bahkan dapat menaklukan Raja Demon.

"E-mily ... Please ...." Devan berkata dengan napas sesak.

Emily langsung menyentuh pundak Luke untuk menghentikan kekuatannya.

"Luke! Ibu mohon hentikan! Ayahmu dan seluruh rakyat Diarkzars akan mati karena kekuatanmu! Luke!" seru Emily seraya menangis.

Saat itu, Luke menepis tangan ibunya. Dia menengok dengan tatapan seram. Wajahnya berubah menjadi penuh luka codet dengan mata berwarna merah darah.

Fall into Devil [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang