Bagian I : Bab 1 (4) - Jerusalem tdk Disebutkan Secara Langsung dlm al-Qur'an

12 0 0
                                    

Jerusalem Tidak Disebutkan Namanya Secara Langsung dalam al-Qur'an



Salah satu tujuan "Jerusalem dalam al-Qur'an" ditulis adalah untuk menanggapi artikel Daniel Pipes yang diterbitkan Surat Kabar Los Angeles Times berjudul "Jerusalem Means More to Jews than to Muslims" ("Jerusalem Lebih Berarti bagi Yahudi daripada Muslim", 21 Juli 2000).
Di dalamnya, dia berusaha menolak klaim Islam pada Jerusalem dengan menyatakan bahwa Jerusalem: "tidak disebutkan sekalipun dalam al-Qur'an atau dalam peribadahan...." Dr. Pipes dan rekan medianya mungkin akan merevisi pendapat mereka jika mereka membaca buku ini.

Sesungguhnya seorang Muslim wajib menanggapi kritik permusuhan tersebut yang menantang Islam dan al-Qur'an, berkenaan dengan Perang Salib model baru mereka yang membela kepentingan Negara Yahudi Israel. Tanggapan harus selalu dibuat dengan kembali pada Kebenaran yang ada dalam al-Qur'an.

Al-Qur'an menyatakan bahwa jika Kebenaran dihadapkan pada kepalsuan, maka Kebenaran akan selalu mengalahkan kepalsuan.
Dan orang yang beriman diperintahkan menggunakan al-Qur'an saat berjuang melawan orang yang tidak beriman.

Tidak peduli Dr. Pipes menerima atau tidak menerima "Jerusalem dalam al- Qur'an", yang jelas mempelajari subjek ini adalah dasar untuk memahami masalah Israel dan Islam. Itulah dasar pentingnya buku ini.


Jerusalem - Kunci untuk Memahami Dunia Saat Ini

Sudah jelas sekarang bahwa subjek ini sangat penting bagi umat Muslim yang harus merespon drama menakjubkan yang berkembang di Jerusalem.

Pada 1974, Dr. Kaleem Siddiqui, pendiri dan presiden Muslim Institute for Research and Planning (Institute Muslim untuk Penelitian dan Perencanaan) di London, mendorong penulis segera membuat buku yang menjelaskan Jerusalem sebagai kunci untuk memahami proses sejarah, seperti yang ditunjukkan Jerusalem sendiri pada saat ini. Pandangan al-Qur'an yang muncul dari buku ini dengan jelas menyatakan bahwa tidak mungkin bagi siapa pun benar-benar memahami dunia modern ini tanpa mendalami kenyataan Jerusalem!

Barat modern ingin Islam menyetujui keinginan mereka, yakni menerima Negara Yahudi Israel dan menyediakan jalan bagi Muslim agar bisa hidup berdampingan bersamanya dengan damai. Buku ini menyampaikan tanggapan Islami terhadap keinginan strategis Barat tersebut, sebuah tanggapan yang berdasarkan pada al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad (shollallahu alayhi wassalam). Buku ini menyatakan bahwa tidak akan pernah ada damai di antara pengikut sejati Nabi Muhammad (shollallahu alayhi wassalam) dengan Negara Yahudi Israel, dan bahwa pengikut sejati Nabi Muhammad (shollallahu alayhi wassalam), pada akhirnya akan menang atas Israel dan membebaskan Tanah Suci dari penindasan Israel.

Subjek paling penting yang ada dalam al-Qur'an yang harus diajarkan di institusi pendidikan Islam pada saat ini adalah "Jerusalem dalam al-Qur'an". Dengan subjek ini, umat Islam dapat dengan berhasil menghadapi serangan pemikiran dari dunia tidak bertuhan yang memaksa umat Islam memodifikasi imannya agar mau menerima Israel.
Profesor Dr. Isma'il Raji Faruqi, ulama Islam Palestina terhormat yang dibunuh karena dianggap sebagai duri bagi pihak Israel, memperingatkan umat Islam akan bahaya ini:

"Masalah Israel menyerang dunia Muslim saat ini tidak mendahului juga tidak bersamaan dalam sejarah Islam. Dunia Muslim cenderung menganggapnya sebagai bentuk lain dari kolonialisme modern, atau yang paling baik, sebuah bentuk pengulangan Perang Salib. Padahal Israel bukanlah salah satu dari keduanya, tetapi merupakan keduanya sekaligus dan bahkan lebih, jauh lebih besar bahayanya. Sayangnya, tidak ada literatur Islami mengenai ini. Dengan demikian, kebutuhan untuk menganalisis masalah ini adalah sebesar momen yang berbahaya ini yang mengajak dunia Arab secara khusus dan dunia Muslim secara umum untuk menerima Israel sebagai anggota integral dalam dunia negara-negara Muslim di Asia-Afrika."
("Israel and the Problem of Israel‟ [Islam dan Masalah Israel]

Islamic Council of Europe, London, ISBN 0907163 02 5)

Dr. Faruqi menganggap Israel sangat berbahaya bagi umat Muslim, lebih besar bahayanya dari Perang Salib Euro-Kristen pada zaman pertengahan, atau kolonialisme Eropa pada zaman sekuler modern. Dengan demikian, dia menolak ajakan untuk menerima Israel sebagai anggota integral dalam dunia negara-negara Muslim di Asia Afrika.

Buku ini adalah karya sederhana untuk melengkapi hasil kerja Dr. Faruqi dengan menyediakan petunjuk al-Qur'an mengenai Jerusalem dan takdirnya, terutama untuk guru-guru Muslim.


Yahudi, Kristen, dan Jerusalem dalam al-Qur'an

Sementara subjek "Jerusalem dalam al-Qur'an" penting bagi umat Islam, kami secara khusus tertarik untuk menjangkau umat Yahudi dan Kristen dengan Kitab Suci al-Qur‟an.

Seiring dengan berjalannya waktu, dan Hari Kiamat semakin mendekat, menjadi semakin dan semakin sulit bagi Pendeta Kristen dan Rabi Yahudi untuk merespon al-Qur'an dan Hadits mengenai topik dalam buku ini, juga mengenai Ya'juj dan Ma'juj, al-Masih Palsu, dan kembalinya Isa (Jesus) (alayhi salam). Bukti-bukti yang mengkonfirmasi Kebenaran al-Qur'an terus bertambah.

Umat Muslim memiliki kewajiban untuk menyampaikan topik ini kepada umat Yahudi dan Kristen, dan kami telah melakukannya melalui buku ini.

Buku ini membedakan dua umat Yahudi. Ada umat Yahudi Bani Israel yang jika dirunut nenek moyangnya akan sampai pada Bapak Ibrahim (alayhi salam). Mereka adalah bangsa Semit yang dengan jelas memiliki kedekatan rasial dengan bangsa Arab.

Di pihak yang lain, ada lagi bangsa Eropa dengan mata biru dan rambut pirang yang suatu waktu beralih pada agama Yahudi dan nenek moyangnya tidak mempunyai hubungan dengan Ibrahim (alayhi salam).

Pendapat dari penulis, dan Allah Maha Tahu, adalah bahwa Ya'juj dan Ma'juj pasti berasal dari suatu tempat dalam wilayah Yahudi-Eropa tersebut. Ya'juj dan Ma'juj menjatuhkan peradaban Kristen-Eropa dan mengubahnya menjadi peradaban tak bertuhan (sekuler) seperti saat ini. Ya'juj dan Ma'juj mendirikan gerakan Zionis dan Negara Israel.

Tidak ada keraguan pada kenyataaan bahwa buku ini dapat memberikan kejutan psikologis kepada para pembaca dari pihak Barat, Kristen, Yahudi dan bahkan sebagian Muslim. Namun, biarkan kami membuatnya menjadi jelas dan sederhana bahwa kami tidak menulis buku ini untuk menyerang para pembaca dari kalangan-kalangan tersebut.

"Kenyataan internal (dalaman)" saat ini, seperti yang dipahami melalui al-Qur'an, sangat berbeda dengan "penampilan eksternal (luaran)‟ yang dijadikan landasan orang-orang dalam membuat pertimbangan. Akan ada perbedaan sudut pandang antara orang yang melihat dengan dua mata, yaitu mata eksternal (mata fisik luar) dan internal (mata hati di dalam), dengan orang yang hanya melihat dengan satu mata (karena mereka buta secara internal yakni buta mata hatinya).

Nabi Muhammad (shollallahu alayhi wassalam), memperingatkan bahwa zaman Dajjal al-Masih Palsu akan menjadi zaman ketika "penampilan‟ dan "kenyataan‟ menjadi sangat berbeda satu dengan yang lain.
Tidak ada yang dapat melihat "secara internal‟ dan mendalami "kenyataan‟ pada Zaman Akhir kecuali orang-orang yang dengan penuh keimanan mengikuti Nabi Muhammad (shollallahu alayhi wassalam).

Kami merasa yakin, akan ada sebagian umat Yahudi yang membaca penjelasan berlandaskan al-Qur'an mengenai peristiwa-peristiwa yang terungkap di Tanah Suci ini, Insya Allah, akan meyakini Kebenaran al-Qur'an dan sebagai akibatnya menerima Nabi Muhammad (shollallahu alayhi wassalam) sebagai Nabi yang benar dari Tuhan-nya Ibrahim.

Jerusalem in the Qur'an [Buku Terjemahan]Where stories live. Discover now