Bagian I : Bab 13 (1) - Al-Qur'an dan Takdir Jerusalem

9 0 0
                                    

"... tetapi jika kalian kembali (pada pelanggaran syarat pewarisan Tanah Suci), niscaya Kami pun akan kembali (menimpakan hukuman Kami, yaitu kalian akan diusir lagi dan lagi)..."
(al-Qur'an, Bani Israel, 17: 8)

Nabi Muhammad bersabda: "Kenabian akan bertahan di tengah-tengah kalian selama Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu ada Khilafah yang sesuai dengan jalan kenabian selama Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu ada pemerintahan turun-temurun dan itu bertahan selama Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu ada penindasan yang pahit dan itu bertahan selama Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu akan ada Khilafah yang sesuai dengan jalan kenabian lalu Nabi terdiam."
(Musnad, Ahmad bin Hanbal)

Setelah menghukum umat Yahudi dengan mengusir mereka dari Tanah Suci untuk yang kedua kalinya, Allah Maha Tinggi menyatakan kehendak-Nya untuk tetap menghukum mereka jika mereka tetap menodai Tanah Suci dengan pelanggaran syarat keimanan dan perbuatan baik:
"... tetapi jika kalian kembali (pada pelanggaran syarat kepemilikan Tanah Suci), Kami akan kembali (menimpakan hukuman Kami, yaitu kalian akan diusir lagi dan lagi)..."
(al-Qur'an, Bani Israel, 17: 8)

Takdir Jerusalem dengan jelas tertulis pada peringatan dalam al-Qur'an di atas. Apapun hasil persetujuan antara wakil nasionalis sekuler penduduk Palestina dengan nasionalis sekuler Euro-Yahudi yang dianggap mewakili "keturunan" Ibrahim ('alayhi salam) yakni Bani Israel, takdir Jerusalem dengan jelas ditentukan oleh konteks ketidakbertuhanan, dekadensi, dan penindasan yang sekarang mencemari Tanah Suci. Yang paling menonjol adalah keadaan tidak bertuhan dengan meninggalkan cara hidup religius. Editorial dalam surat kabar The Jerusalem Post telah mengatakan tentang hal itu bahwa: Untuk begitu banyak penduduk Israel, keyahudian sudah dianggap sebagai sistem yang kuno, primitif, dan tidak relevan dalam persaingan usaha demi mendapatkan kekuatan dan pendanaan, dan bahkan merupakan sumber rasa malu bagi masyarakat modern yang berorientasi pada intelektual. (Jerusalem Post, 12 September 2000)

Di antara "Tanda-tanda" Tuhan yang ditunjukkan kepada Nabi Muhammad (shollallahu 'alayhi wassalam) dalam mukjizat perjalanan malamnya mengunjungi Jerusalem adalah tentang takdir Jerusalem. Tidak mengejutkan jika masalah ini tampaknya luput dari perhatian Daniel Pipes, yang seperti banyak orang Yahudi lainnya, tidak mendengar "batu" intifada yang mulai berbicara di Tanah Suci.

Al-Qur'an dengan jelas menetapkan takdir Jerusalem bahwa umat Muslim akan melanjutkan kekuasaan mereka atas Jerusalem yang dimulai dengan cepat setelah kematian Nabi (shollallahu 'alayhi wassalam), dan berlanjut tanpa ada gangguan selama beberapa ratus tahun. Saat pasukan Perang Salib Euro-Kristen menaklukan Jerusalem, mereka hanya dibolehkan berkuasa dalam periode singkat selama delapan puluh tahun hingga takdir Jerusalem berlaku, pasukan Muslim mengalahkan pasukan Perang Salib dan kekuasaan Muslim atas Tanah Suci berlanjut kembali. Lagi-lagi itu berlangsung tanpa ada gangguan selama ratusan tahun hingga saat, dengan rencana Tuhan, umat Yahudi dibawa kembali ke Tanah Suci. Sepertinya kekuasaan umat Yahudi juga akan berusia delapan puluh tahun, dan Allah Maha Tahu. Pasukan Muslim kemudian akan mengalahkan umat Yahudi, dan kekuasaan Muslim akan direstorasi. Allah Maha Tinggi menyatakan:
"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman (pada Islam) dan yang berperilaku saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka pewaris Tanah (Suci), sebagaimana Dia telah memberinya kepada orang-orang sebelum mereka (yaitu kepada umat Yahudi), dan Dia akan meneguhkan agama mereka (Islam) berkuasa (di Tanah Suci), agama yang Dia pilih untuk mereka, (al-Maidah, 5: 3), dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan mereka) setelah berada dalam ketakutan menjadi (hidup) aman dan damai. Mereka (tetap) menyembah-Ku (saja) dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Barang siapa yang menolak keimanan setelah ini, maka mereka itulah orang-orang yang Fasik (durhaka dan jahat)."
(al-Qur'an, an-Nur, 24: 55)

Jerusalem in the Qur'an [Buku Terjemahan]Where stories live. Discover now