Bagian Satu: Bab 11 (1) - Umat Yahudi dan Bangsa Arab

2 0 0
                                    

“Pasti kamu dapati (lagi dan lagi) bahwa dari semua umat manusia, yang paling keras memusuhi orang-orang beriman (umat Muslim) adalah umat Yahudi dan orang-orang Musyrik (mereka yang menyekutukan Tuhan, yang menyembah berhala atau umat pagan); dan yang paling dekat dan mencintai orang-orang beriman adalah mereka yang mengatakan, “Kami adalah umat Kristen, karena di antara orang-orang ini terdapat orang-orang yang mencurahan diri untuk belajar dan orang-orang yang meninggalkan kenikmatan duniawi, dan mereka tidak menyombongkan diri.” (al-Qur’an, al-Maidah, 5: 82)

Sebelum kami kembali pada penjelasan nubuat yang mulai terwujud, bahwa Allah Maha Tinggi akan membawa umat Yahudi kembali ke Tanah Suci saat “hitungan mundur‟ waktu untuk penghukuman mereka dimulai, penting bagi kami memperhatikan subjek “Ismail (alayhi salam), Bangsa Arab, dan Tanah Suci”.

Subjek ini penting karena Gerakan Zionis merestorasi Negara Israel dengan memaksa warga Arab keluar dari Tanah dan rumah mereka.
Zionis tidak akan berani melakukan hal tersebut tanpa pembenaran berdasarkan al-Kitab. Bagaimanapun pembenaran berlandaskan al-Kitab tersebut adalah fitnah dan kebohongan yang dilakukan atas nama Tuhan-nya Ibrahim (‘alayhi salam). Zionis tahu bahwa itu adalah fitnah dan mereka memanfaatkan hal tersebut sepenuhnya. Subjek itulah yang akan kami bahas pada bab ini.


Pandangan Religius Yahudi terhadap Bangsa Arab

Pemimpin spiritual Shas Ortodoks Yahudi Israel diberitakan dalam pidatonya pada 5 Agustus 2000, menyatakan: “Ismailiyat (keturunan Ismail yakni bangsa Arab) semuanya penjahat terkutuk, semuanya musuh Israel. Yang Maha Suci, puji bagi-Nya, menyesal telah menciptakan Ismailiyat ini.” Berita tersebut menggambarkan Rabi Ovadia Yosef meledek usaha pemerintah Israel, Barak, yang mencapai suatu persetujuan dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO– Palestine Liberation Organization) mengenai Kota Sakral Jerusalem. “Mengapa kita berbagi Kota Suci?” dia bertanya, “agar mereka mendapat kesempatan untuk membunuh kita? Mengapa pula kita butuh mereka di samping kita?” Menegur Perdana Menteri Israel, Barak, Rabi tersebut menambahkan, ”Anda membawa ular-ular mendekati kita. Bagaimana Anda dapat berdamai dengan ular? … Barak memasukkan keturunan Ismail jahat … Dia akan mebawakan kepada kita ular-ular tinggal di samping kita di Jerusalem. Dia tidak masuk akal.” Surat kabar The Jerusalem Post melaporkan ucapan Rabi tersebut disambut dengan tepuk tangan. (lihat www.jerusalempost.com – 5 Agustus 2000).

Satu alasan sikap permusuhan Rabi kepada bangsa Ismailiyat dan klaim mereka pada Jerusalem adalah ayat Kitab Kejadian dalam Taurat yang menyatakan Ismail adalah:

“…Seorang laki-laki yang kelakuannya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawannya.”
(Kejadian [Genesis], 16: 12)

Dengan demikian, Rabi dan pengikutnya berargumen bahwa penindasan yang tak berbelas kasih dan semakin meningkat terhadap warga ras Arab oleh Negara Israel dibenarkan sebagai suatu bentuk hukuman Tuhan seperti yang disampaikan oleh kata-kata, “tangan tiap-tiap orang melawannya”.

Bagaimana lagi orang- orang beradab di bagian dunia lain dapat menjelaskan kekejaman dan keliaran serangan Israel pada perkemahan pengungsi di Jenin? Tidakkah umat Yahudi telah menulis ulang Taurat dengan tambahan kebatilan melawan Ismail (‘alayhi salam) putra Ibrahim? Hal tersebut lebih memudahkan kita untuk mengenali bahwa penipuan terlibat dalam rencana jahat Zionis merebut Tanah Suci dari Muslim- Arab guna merestorasi Negara Israel.

Gambaran Ismail (‘alayhi salam), Nabi Allah Maha Tinggi yang ada dalam al- Qur’an, dengan jelas mengungkap pernyataan Taurat tersebut adalah dusta terhadap Allah Maha Tinggi:

“Dan ceritakanlah kisah Ismail di dalam Kitab (al-Qur’an), sesungguhnya, dia adalah seorang yang benar janjinya dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi. Dia selalu mengajak kaumnya sholat dan menunaikan zakat dan dia adalah seorang yang di ridhai (sangat diterima) di sisi Tuhannya.”
(al-Qur'an, Maryam, 19: 54-55)

“Dan ingatlah Ismail, Ilyasa', dan Zulkifli:  Mereka  termasuk orang-orang yang paling baik. Ini adalah Pesan (peringatan), dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa disediakan tempat kembali (terakhir) yang baik.”
(al-Qur'an, Shad, 38: 48-49)

“Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim (guna) menghadapi kaumnya. Kami tinggikan kedudukannya beberapa derajat; karena Tuhanmu Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub, semuanya (ketiganya) Kami beri petunjuk; dan sebelumnya Kami telah beri petunjuk kepada Nuh dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun dan Zakariya dan Yahya dan ‘Isa dan Ilyas: semuanya termasuk orang-orang yang saleh. dan Ismail, Ilyasa‟, Yunus, dan Lut: semuanya Kami lebihkan (derajatnya) di atas umat lain. (Dan Kami lebihkan pula derajat) sebagian dari leluhur mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (menjadi Nabi dan Rasul). Dan mereka telah Kami beri petunjuk ke jalan yang lurus. Mereka itulah orang-orang yang telah Kami beri Kitab, Hikmah, dan kenabian. Jika orang-orang (keturunan mereka) menolaknya, maka Kami akan mempercayakan tugas mereka kepada umat yang baru yang tidak akan menolaknya. Mereka adalah (Nabi-nabi) yang menerima petunjuk Allah, menyampaikan petunjuk yang mereka terima…”

“Persangkaan tidak benar terhadap Allah yang mereka buat saat mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia (dengan cara menurunkan wahyu).” Katakanlah, “Maka siapa yang menurunkan Kitab yang dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia? Tetapi kalian membuatnya menjadi lembaran-lembaran yang bercerai-berai, kalian memperlihatkan (sebagiannya) sedangkan yang kalian sembunyikan lebih banyak lagi. Dan ini (al-Qur’an) adalah Kitab yang Kami turunkan dengan penuh berkah; membenarkan Kitab-kitab (penurunan wahyu) yang datang sebelumnya, sehingga engkau dapat memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya …”
(al-Qur'an, al-An'am, 6: 83-92)

Rabi harus hati-hati pada peringatan mengerikan dalam al-Qur’an ini bagi orang-orang yang membuat kebohongan terhadap Allah Maha Tinggi termasuk kebohongan mengenai Ismail dan keturunannya yakni bangsa Arab.

“Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mengatakan, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, atau (lagi) yang menyatakan, “Aku dapat menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” (Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat bagaimana orang-orang zalim (mengalami) kesakitan saat menjemput ajal! Malaikat-malaikat memukul dengan tangannya, (berkata) “Keluarkanlah jiwamu! Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri menolak Tanda-tanda-Nya!”
(al-Qur'an, al-An'am, 6: 93)

Rabi dan orang-orang yang memiliki kepercayaan berlandaskan kepalsuan dalam Taurat yang seperti itu, hidup dalam dunia yang tidak nyata. Persepsi mereka tentang kenyataan adalah sesat dan menyimpang. Bahaya yang telah dibuat dan masih dipelihara, adalah kepercayaan yang salah mengenai Ismail (‘alayhi salam) di atas.

Taurat tidak pernah menunjukkan bukti apapun mengenai kejahatan, kelakuan tidak senonoh, atau kedurhakaan sebagai bagian dari Ismail (‘alayhi salam) yang dapat membenarkan penghukuman kejam yang katanya dari Tuhan tersebut. Melainkan, Ismailiyat yang sama yang sekarang Rabi memandangnya  rendah  sebagai  “ular‟  telah  menawarkan  kepada  umat  Yahudi tempat tinggal di antara mereka selama dua ribu tahun. Mereka menikmati keamanan hidup dan hartanya dan menerima kebebasan hidup dan beribadah sebagai umat Yahudi di tengah-tengah masyarakat Arab.

Jerusalem in the Qur'an [Buku Terjemahan]Where stories live. Discover now