Bagian I : Bab 12 (2) - Penjelasan Qur'ani kembalinya Umat Yahudi ke Tanah Suci

2 0 0
                                    

1. Diaspora umat Yahudi yang terpecah-belah menjadi banyak golongan dan tersebar ke berbagai penjuru bumi

Saat Allah Maha Tinggi mengusir umat Yahudi dari Tanah Suci setelah mereka menolak al-Masih dan berusaha membunuhnya, Dia membuat sebuah peringatan yang menetapkan bahwa Diaspora kali ini berbeda. Sebelumnya di Babilonia, umat Yahudi tetap dalam satu komunitas homogen yang hidup di satu lokasi geografis. Tetapi pada saat pengusiran kedua mereka, Allah Maha Tinggi menyatakan bahwa kali ini berbeda.

“dan Kami sebar mereka menjadi banyak golongan yang terpisah (ke berbagai penjuru) di bumi…”
(al-Qur'an, al-'Araf, 7: 168)

Pernyataan  al-Qur'an  ini  terwujud  secara  menakjubkan,  selama  dua  ribu tahun, umat Yahudi tetap tersebar ke berbagai penjuru di dunia.  Selama periode ini mereka tinggal di Yaman, Maroko, Irak, Iran, Mesir, Yordania, Libya, Etiopia, Arabia, Suriah, Turki, dll.

Penyebaran aneh Diaspora umat Yahudi selama dua ribu tahun menandakan kemarahan dan hukuman Tuhan dan pemeluk Yahudi pun banyak yang mengakuinya.

2. Umat Yahudi dilarang kembali ke Tanah Suci untuk memilikinya lagi

Setelah mengusir umat Yahudi, Allah Maha Tinggi melarang mereka kembali ke Tanah itu untuk memilikinya. Larangan itu menjadi kenyataan sejarah dan tetap berlaku selama dua ribu tahun. Dan hal ini mengandung konfirmasi yang dramatis dari pernyataan al-Qur'an dalam surat al-Anbiyah:

“Dan ada larangan pada (penduduk) sebuah Kota yang telah Kami hancurkan: bahwa mereka (penduduk kota itu ) tidak akan kembali (untuk memiliki Kota mereka lagi).”
(al-Qur'an, al-Anbiyah, 21: 95)

Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, Kota yang disebutkan itu adalah Jerusalem. Larangan Tuhan bagi umat Yahudi kembali ke Jerusalem (dan Tanah Suci) untuk memilikinya lagi menandakan kemarahan dan hukuman Tuhan. Itu juga berarti menyampaikan pesan kepada mereka bahwa mereka tidak lagi menjadi "Umat Pilihan".

3. Kesempatan umat Yahudi diampuni Allah Maha Pengasih, jika mereka beriman pada Nabi yang ummi (non-Yahudi)

Bahkan setelah Allah Maha Tinggi mengusir umat Yahudi dari Tanah Suci kemudian melarang mereka kembali ke Jerusalem (untuk memilikinya lagi), Al-Qur'an menyatakan bahwa masih ada kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan ampunan dari Allah Maha Pengasih:
“Mudah-mudahan Tuhan kalian memberikan kasih sayang (ampunan) kepada kalian…”
(Al-Qur'an, Bani Israel, 17: 8)

Allah Maha Tinggi memberi mereka periode waktu yang Dia siapkan untuk mengampuni mereka jika mereka memperbaiki jalan mereka, mencari ampunan-Nya, dan kembali pada Agama Ibrahim ('alayhi salam). Tetapi hanya ada satu pintu untuk mendapatkan ampunan tersebut.
Al-Qur'an menegur Bani Israel yang telah menerima Taurat dan Injil dan menginformasikan mereka jalan menuju ampunan sebagai berikut:

“Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi, yang (namanya) disebutkan dalam (Kitab) milik mereka sendiri – Taurat dan Injil – yang menyuruh mereka berbuat yang makruf (baik dan adil) dan melarang mereka dari yang mungkar (jahat dan tidak adil); dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka; dia membebaskan mereka dari beban berat dan penindasan yang menimpa mereka. Adapun orang-orang yang beriman padanya, menghormatinya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung (dan mendapat keselamatan).”
(Al-Qur'an, al-'Araf, 7: 157)

Maka dari itu, dengan menerima, mengimani, dan mengikuti Nabi Terakhir (shollallahu 'alayhi wassalam), ampunan dan kasih sayang pun dapat diperoleh.

Ada sejumlah tanda untuk mengetahui bahwa waktu yang diberikan kepada Bani Israel, untuk mendapat ampunan telah habis. Di antara tanda-tanda itu ialah lepasnya Dajjal dan Ya'juj-Ma'juj ke dunia. Keduanya terjadi pada masa hidup Nabi Muhammad (shollallahu 'alayhi wassalam), tujuh belas bulan setelah beliau tinggal di Madinah bersama umat Yahudi. Sampai saat itu, menjadi sangat jelas bahwa umat Yahudi telah menolak beliau (shollallahu 'alayhi wassalam) dan Al-Qur'an, dan bahkan berkonspirasi untuk menghancurkan Islam.
Pada saat itulah, Allah Maha Tinggi menurunkan wahyu yang menetapkan Ka'bah di Mekah sebagai Kiblat baru dalam solat. Perubahan Kiblat dari Jerusalem ke Mekah menandakan bahwa satu-satunya pintu kesempatan bagi umat Yahudi untuk mendapatkan Ampunan dan  Kasih Sayang Tuhan telah ditutup, Zaman Akhir telah dimulai, dan hukuman yang tak terelakkan bagi umat Yahudi sudah tidak bisa dihindari. Itu adalah sesuatu yang sudah ditetapkan.

Meskipun Zaman Akhir telah dimulai dan pintu menuju ampunan Tuhan telah ditutup, umat Yahudi masih harus menunggu sebelum hukuman final mereka terjadi. Dalam periode waktu yang panjang sebelum hitungan mundur pada hukuman final dimulai, umat Yahudi sebenarnya menemukan perlindungan di tengah-tengah umat Muslim:
“Mereka diliputi kehinaan di mana pun mereka berada kecuali saat di bawah perjanjian (perlindungan) dari Allah dan dari orang-orang beriman; mereka mendapat murka dari Allah, dan diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari Tanda-tanda Allah, dan membunuh Nabi-nabi untuk menentang Kebenaran. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.”
(Al-Qur'an, Ali-Imran, 3: 112)

Waktu "hitungan mundur" terjadinya hukuman dimulai dengan Tanda dari Allah Maha Tinggi. Di antara Tanda-tanda itu, satu yang paling dapat dilihat adalah ditemukannya jenazah Fir'aun yang tenggelam saat mengejar Musa ('alayhi salam) dan Bani Israel. Sayangnya bagi umat Yahudi, jenazah Fir'aun (Ramses II) yang telah ditemukan merupakan tanda bahwa sekarang sudah terlambat bagi mereka untuk menyesal (bertobat) dan menerima kebenaran yang  diturunkan  oleh  Tuhannya  Ibrahim  ('alayhi  salam)  dalam  Al-Qur'an,  dan percaya bahwa Muhammad (shollallahu 'alayhi wassalam) adalah Rasul Allah Maha Tinggi yang terakhir. Juga sudah terlambat bagi mereka untuk menghindari hukuman terbesar dari Tuhan:

“Apakah mereka menunggu kedatangan para Malaikat kepada mereka, atau kedatangan Tuhanmu (sendiri), atau "Tanda-tanda" yang pasti dari Tuhanmu? Pada  hari  "Tanda-tanda" dari  Tuhanmu  datang  (Dajjal,  Ya'juj  dan  Ma'juj, penemuan jenazah Fir'aun, dll.) tidak berguna lagi  iman seseorang,  jika beriman   sebelum   berbuat   kebajikan   dengan   imannya  itu. Katakanlah: “Tunggulah! Kami pun menunggu.”
(al-Qur'an, al-An'am, 6: 158)

4. Tuhan menakdirkan kembalinya umat Yahudi ke Tanah Suci pada ‘Akhir Waktu’ (tahap akhir dari ‘Zaman Akhir’) Selanjutnya,   al-Qur'an   menyatakan   bahwa   Allah   Maha   Tinggi   sendiri membawa umat Yahudi kembali ke Tanah Suci pada "Akhir Waktu". Umat Yahudi ditipu sehingga meyakini bahwa kembalinya mereka ke Tanah Suci untuk menguasainya berarti mengesahkan klaim mereka terhadap Kebenaran. Nubuat mengenai kembalinya mereka untuk yang terakhir kali ke Tanah Suci pun terwujud menjadi kenyataan, bahkan lebih mengejutkan, melalui pembentukan Negara Israel Gadungan:

“Dan setelah itu Kami berfirman kepada Bani Israel: tinggallah dengan aman di Tanah (Suci) (dengan syarat kalian tetap beriman pada Allah dan kalian tetap berbuat baik), tetapi (ketahuilah) saat peringatan terakhir datang (saat Zaman Akhir datang), niscaya kami (akan) mengumpulkan kalian bersama dalam keadaan bercampur baur (kalian semua akan dibawa kembali ke Tanah Suci lengkap dengan semua perbedaan kalian yang terakumulasi selama ribuan tahun dalam Diaspora yang tersebar).”
(Al-Qur'an, Bani Israel, 17: 104)

Nubuat Al-Qur'an ini menyatakan  bahwa  pada  Zaman  Akhir  akan terjadi peristiwa kembalinya umat Yahudi ke Tanah Suci yang mengumpulkan perbedaan   dan   heterogenitas   mereka. Kata "lafif"   merupakan kumpulan manusia yang tidak sama. Ini adalah deskripsi yang tepat mengenai warga Yahudi di Israel sekarang. Mereka adalah "kumpulan pemeluk agama Yahudi yang  beraneka  ragam"  dari  berbagai  macam  bagian  dunia,  berbicara  dalam bahasa yang berbeda dengan logat yang berbeda, memakai pakaian yang berbeda, memakan makanan yang berbeda, beribadah dengan cara yang berbeda di sinagog yang berbeda, dll. Tetapi perbedaan yang paling menakjubkan  adalah ras,  dan  itu  mewujudkan   nubuat  al-Qur'an  menjadi kenyataan.

Israel modern terdiri dari banyak penganut Yahudi yang asli Eropa dengan mata biru dan rambut pirang. Ada kemunculan bukti genetis yang menunjukkan bahwa umat Euro-Yahudi (Yahudi Ashkenazi) berbeda secara genetis dengan manusia lainnya di bumi. Homogenitas rasial umat keturunan Ibrahim ('alayhi salam) melalui Ishak ('alayhi salam) dan Yakub ('alayhi salam) telah menghilang.

Apa makna dan dampak dari terwujudnya nubuat Qur'ani mengenai kembalinya umat Yahudi ke Tanah Suci pada Zaman Akhir?

Jerusalem in the Qur'an [Buku Terjemahan]Where stories live. Discover now