Bagian Satu: Bab 10 (2) - Ya'juj dan Ma'juj dalam Al-Qur'an dan Hadits

2 0 0
                                    

Obsesi Aneh Eropa pada Tanah Suci

Saat Ibrahim (‘alayhi salam) berhijrah ke Tanah Suci, Bangsa Babilonia, Persia, Mesir, dan Cina adalah bangsa dengan peradaban yang besar, sedangkan kekaisaran Yunani dan Romawi masih belum muncul.
Bangsa Eropa hidup sebagai “suku yang liar". Saat itu hanya sedikit atau bahkan tidak ada kegiatan perdagangan dengan peradaban bangsa lain. Sebagai akibat dari isolasi yang aneh ini, bagian dunia lain tidak mengerti bahasa Bangsa Eropa, dan Bangsa Eropa pun belum   mampu   memainkan   peran   apa-apa   di   panggung   dunia.  

Al-Qur’an menunjuk hal ini dalam Surat al-Kahfi yang menyebutkan ciri unik Bangsa Eropa saat Dzulqarnain memulai perjalanan ketiganya dan mendatangi suatu umat yang bahasanya tidak dapat dimengerti (surat al-Kahfi, 18: 93).

Suatu revolusi aneh dan misterius telah memajukan Eropa.
Peradaban pagan Yunani dan Romawi muncul dan mereka dengan cepat dan aneh mulai menaklukan bagian dunia lain sebanyak yang bisa mereka taklukan. Baik peradaban Yunani maupun Romawi, keduanya tampak memiliki ketertarikan khusus pada Tanah Suci.

Alexader “the great" menaklukan Jerusalem dan menunjukkan ketertarikannya pada agama Yahudi, dan kekaisaran Romawi menguasai Jerusalem dan Tanah Suci hingga masa hidup ‘Isa (Jesus) (‘alayhi salam) dan bahkan setelah itu.

Kedua, tidak ada lagi ketaatan pada para dewa dan dewi serta pada cara hidup pagan mereka, melainkan kepercayaan pagan mereka secara misterius langsung dibuang begitu saja, padahal mereka telah menganutnya selama berabad-abad sebelum itu.

Kemudian, Bangsa Eropa, yang secara misterius memeluk agama Kristen karena alasan politik, membuat kemunculan gereja Kristen-Eropa dengan Roma sebagai pusat sistem gereja baru. Adalah agama Kristen yang membawa Bangsa Eropa keluar dari tahap kehidupan “suku yang liar‟ dalam sejarah dan menyatukan Eropa dalam Kekaisaran Kristen. Sistem gereja Eropa yang baru tersebut begitu tegas dengan kemandiriannya dari sistem Kristen yang lama sehingga bahkan mereka menentukan sendiri tanggal untuk memperingati kelahiran ‘Isa (Jesus) (‘alayhi salam).

Hari Natal bagi umat Kristen Eropa dirayakan setiap tanggal 25 Desember.
Tetapi Euro-Kristen berbeda secara signifikan dan misterius dengan Kristen ortodoks di Bizantium.

Segera setelah sistem gereja baru telah menggabungkan seluruh Bangsa Eropa, mereka menunjukkan obsesi pada Tanah Suci dengan obsesi yang sangat kuat tak tertandingi oleh umat Kristen lainnya. Pasukan Perang Salib bukan hanya sekadar umat Kristen, melainkan mereka adalah umat Kristen-Eropa.

Mereka berkali-kali melakukan Perang Salib melawan Muslim untuk merebut kekuasaan di Tanah Suci. Bangsa Eropa dapat merebut Tanah Suci hanya dalam waktu yang singkat dan berakhir saat Sultan Solehudin (Salahudin Al-Ayyubi) mengalahkan pasukan Perang Salib Eropa dan mengembalikan kekuasaan Muslim di Tanah Suci.

Hal yang paling penting mengenai pasukan Perang Salib adalah bahwa mereka secara eksklusif hanya terdiri dari Bangsa Eropa.
Bahkan, meskipun pasukan Perang Salib Eropa melewati wilayah Kristen Bizantium, umat Kristen non-Eropa tersebut tidak bergabung dengan Bangsa Eropa, dan dengan demikian tidak ikut serta dalam Perang Salib.

Buku ini mengajukan pertanyaan: Mengapa Euro- Kristen secara misterius begitu terobsesi pada Tanah Suci?

Kedua, saat pasukan Perang Salib Eropa berhasil merebut kekuasaan wilayah Jerusalem dari umat Muslim selama periode waktu yang singkat, mereka melakukan pembantaian yang jelas-jelas menyimpang dari ajaran Kristen.
Mereka membantai semua penduduk Jerusalem. Bahkan tidak ada pengecualian terhadap wanita dan anak-anak. Dunia Kristen terkejut dengan barbarisme dan kekejaman Euro-Kristen yang berpura-pura mencapai tujuan religius dan spiritual untuk merebut Tanah Suci. Hal itu tentu menunjukkan bahwa jubah kekristenan dipakai oleh Bangsa Eropa untuk mencapai manfaat dan keuntungan daripada untuk mencapai keimanan. Pasukan Perang Salib menunjukkan bahwa mereka bengis, kejam, dan tidak bertuhan, wajah Eropa yang tidak bermoral. Mereka lebih cocok sebagai umat tidak bertuhan daripada sebagai penganut Kristen, dan mereka lebih cocok sebagai “suku liar" daripada umat yang beradab. Seiring dengan berlalunya waktu, mereka mempunyai kemampuan yang mengagumkan dalam menutupi sifat aslinya dan menunjukkan diri mereka dengan penampilan yang berlawanan dengan kenyataannya.

Perhatian Muslim dalam studi tentang Ya’juj dan Ma’juj terkait fenomena aneh Bangsa Eropa ini secara misterius dialihkan saat terjadi serangan dari Bangsa Mongolia yang merupakan umat yang ganas dan kejam dengan perilaku yang tidak berbeda dengan Euro-Kristen, meneror dunia Muslim. (Sehingga Muslim salah mengambil kesimpulan bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah Bangsa Mongolia tersebut [penerj.]).

Perhatian yang tidak diarahkan kepada studi kemunculan misteri fenomena aneh inilah yang membuat dunia Islam tidak mampu memahami dan menjelaskan revolusi ajaib, misterius, dan sulit dipahami yang mengubah Bangsa Eropa dari Peradaban Kristen pada Zaman Pertengahan menjadi Peradaban Barat Sekuler modern yang pada intinya tidak bertuhan. Revolusi tersebut juga membawakan kepada Bangsa Eropa revolusi ilmu pengetahuan, industri, dan sistem ekonomi berbasis Riba yang menyebabkan Bangsa Eropa yang tidak bertuhan menjadi semakin kuat dibandingkan dengan gabungan bagian dunia lainnya dan membuat mereka menjadi penguasa dunia yang tak tertandingi. Dalam keadaan Eropa yang baru, Inggris yang merupakan pulau berjarak satu bulan perjalanan laut dari Tanah Suci, menantang semua kekuatan Bangsa Eropa sehingga muncul sebagai pemimpin Eropa dan penguasa dunia.

Tetapi Eropa baru yang sekuler yang pada intinya tidak bertuhan, berpura-pura menganut agama Kristen, menunjukkan obsesi aneh yang sama pada Tanah Suci yang pernah ditunjukkan oleh Pasukan Perang Salib Kristen Eropa lama. Mereka bergabung dengan Suku Khazer (suatu suku yang tinggal di bagian timur Eropa) yang pada intinya tidak bertuhan berpura-pura menganut agama Yahudi, untuk melanjutkan usaha mengejar obsesi merebut Tanah Suci. Sejak saat itu kedua umat Eropa ini (Euro-Kristen dan Euro-Yahudi) tetap bersatu dalam ikatan yang tidak suci.

Pada 1917, Pulau Inggris-lah yang menyatakan (yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour) bahwa mereka berusaha untuk membentuk Negara Yahudi di Palestina. Inggris pun merealisasikannya. Hanya dalam dua tahun kemudian, Inggris berhasil merebut Tanah Suci dari kekuasaan umat non-Yahudi (Muslim). Hal ini terjadi pada 1919 saat Jenderal Inggris, Allenby memimpin pasukan yang memenangi pertempuran melawan pasukan Turki yang mempertahankan Jerusalem dan Tanah Suci. Sementara pasukan Perang Salib yang lama yang dilakukan oleh Bangsa Eropa yang berpura-pura menjadi umat Kristen gagal, sedangkan pasukan Perang Salib yang baru, yang dilakukan oleh Bangsa Eropa sekuler yang tidak bertuhan, malah berhasil. Keduanya, yang berusaha merebut Jerusalem dan Tanah Suci, adalah Bangsa Eropa. Keduanya adalah pasukan Perang Salib. Kenyataannya, Jenderal Allenby sendiri mengkonfirmasi hal ini dalam pernyataan yang dia buat saat dia memasuki Jerusalem sebagai seorang penakluk, ”Hari ini Perang Salib berakhir”. Dengan begitu, jelas bahwa usaha merebut Tanah Suci tidak berkaitan dengan agama. Hal tersebut berkaitan dengan pemain misterius yang baru muncul di panggung dunia, yaitu Bangsa Eropa!

Setelah itu, Inggris memperoleh kekuasaan di Tanah Suci sebagai mandat dari Liga Bangsa-Bangsa dan melangkah pada tujuan pembentukan Negara Yahudi. Buku ini mengajukan pertanyaan: Ada apa dengan obsesi misterius Bangsa Eropa pada Tanah Suci yang sekarang menganut sekulerisme, materialisme, dan hanya sebagai umat Kristen pada tampilan luarnya saja?

Jika pilihan Bangsa Eropa menganut agama Kristen adalah sesuatu yang aneh, maka pilihan Bangsa Eropa menganut agama Yahudi adalah lebih aneh lagi.

Jerusalem in the Qur'an [Buku Terjemahan]Where stories live. Discover now