part 10

18.7K 970 13
                                    

*****

Reno segera membawa Moana masuk ke dalam mobil lalu duduk di kursi penumpang, membiarkan salah satu orangnya menyetir,
"Kenapa Paman tidak menjemputku?" lirihnya dengan suara gemetar ketakutan, terus mempertanyakan kenapa Reno tidak menjemputnya, padahal jelas-jelas Moana berada dalam dekapan Reno saat ini. Begitu hebatnya guncangan yang dialami Moana sehingga kata-kata itu terus berulang kali ia ucapkan tanpa lelah, seolah menampar Reno berkali-kali "Ini semua tidak akan terjadi jika saja Kau cepat datang menjemput Moana" penyesalan Reno terhadap kebodohan dirinya.

"Elle ini Paman Sayang. Kau sudah berada bersamaku, tenanglah" namun Moana masih terus merapalkan kata-katanya,
"Sayang tenanglah, semua baik-baik saja, hm?" Reno terus mengeratkan pelukannya seakan takut Moana terlepas dari dekapannya.

"Halo, cepat ke Apartemenku!" pinta Reno pada seseorang di sebrang telpon. Setelah menyelesaikan panggilan singkatnya, Reno kembali mendekap tubuh Moana yang mulai mengeluarkan begitu banyak keringat dingin.

*****

Sesampainya di Apartemen, Reno masih mendekap Moana yang semakin basah oleh keringat. Seorang Dokter perempuan menyuntikkan obat penenang agar Moana bisa beristirahat karena sejak tadi ia terus saja meracau meski suaranya terkadang tercekat di tenggorokan.

"Lebih baik Moana ditangani oleh psikiater untuk menjalani terapi, traumanya akan terus muncul jika ada pemicunya" tutur Dokter perempuan bernama Emma itu.

"Aku juga sudah menyarankannya pada Almero, namun dia menolak keras karena takut Moana malah harus mengingat kembali penyebab traumanya" Reno berkata tanpa melepaskan tatapan juga genggaman pada tangan Moana yang terasa dingin.

"Hmmm, tapi mau tidak mau itu harus dilakukan demi kebaikan Moana, tapi jika belum memungkinkan cobalah berikan dia suasana baru yang lebih nyaman. Melakukan sesuatu yang menyenangkan dan yang paling penting jangan biarkan dia tertekan" sang Dokter menjelaskan panjang lebar, apa saja yang harus dilakukan dalam mendampingi Moana.

"Ini resep obat yang harus Kau tebus"

"Baiklah, terima kasih banyak Emma."

Perempuan cantik itu tersenyum ramah, "Buat dia senyaman mungkin, dan cepatlah menikah, Kau sudah semakin tua" cibirnya, sepertinya Emma tahu apa yang Reno rasakan pada Moana.

"Aku tersanjung Emma" kelakarnya saat disebut tua oleh Dokter sekaligus temannya itu.

"Ya sudah, semoga Moana lekas sembuh"

"Jeremy akan mengantarkanmu!"

"Tidak usah, aku bawa mobil sendiri!"
kemudian pintu lift pun tertutup.

Dreet! Dreet!
Reno segera merogoh ponselnya tertera nama Almero di sana.

"Bagaimana keadaan Moana?"

"Baik-baik saja, dia sedang tidur"

"Owhhh syukurlah, tiba-tiba perasaanku tidak enak"

"Kenapa Kau yang menelfon?"

"Lalu? Kau pikir harus siapa? Istriku? ckckck dasar bujang lapuk"

Tut! Tut! Tut!

Reno hanya tersenyum geli dengan tingkah Almero yang memiliki sifat pencemburu di luar batas wajar, Almero tidak tahu saja jika saat ini incaran Reno adalah putri kesayangannya, Reno tidak akan membiarkan dirinya kalah untuk yang kedua kalinya, dia benar-benar akan memperjuangkan Moana.

*****

Malam semakin larut, Reno memutuskan untuk mengecek keadaan Moana yang sedari tadi masih tertidur sepeninggal Emma.
Selimut yang menutupi tubuhnya sudah merosot jauh akibat ditendang-tendang Moana. Reno mendapati dahi Moana terus berkerut meskipun gadis itu sedang dalam keadaan terlelap. Perlahan Reno memijat dahinya dengan gerakan lembut hingga guratan di dahi Moana berangsur menghilang, "Apa Kau tidak lelah Sweety? katakan sesuatu, berceritalah padaku sama seperti dulu, jangan seperti ini terus-terusan, ini sangat menyiksaku terutama dirimu. Percayalah semua akan baik-baik saja"

My Old Husband 2 (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang