Happy Reading ❤
Amora POV
"Ya Tuhan semoga hasilnya negatif, "
Aku membeli lima alat tes kehamilan sekaligus. Ku buka hasilnya perlahan, dan ternyata semuanya...."Garis dua, itu artinya aku positif, hamil!!!" Lalu ku raba perutku. Aku harus pergi ke dokter untuk memastikan, aku akan menghubungi Risa dan memintanya mengantarku pergi ke dokter.
"Selamat pagi mom, babah belum pulang, " sebisa mungkin aku bersikap biasa saja di depan mommy, aku tak ingin dia curiga.
"Mungkin nanti siang babah kamu akan pulang. Ngomong-ngomong kamu mau kemana udah rapi," tanya mommy.
"Mora mau ke kampus sebentar lalu mau jalan sama Risa. Boleh ya mom"
"Iya, hati-hati aja di jalan"
"Thanks momm, Mora pergi dulu ya. Assalamualaikum. "
"Waalaikum salam. "
Kemudian aku bergegas untuk pergi ke kampus, ketika ku buka pintu, terlihat seseorang yang sudah berdiri di depan pintu.
"Morning princess, " katanya menyapaku.
"Pagi." Jawabku ketus.
"Pagi-pagi kok udah jutek. Entar cantiknya ilang loh."
"Bodo amet, permisi gua mau lewat, udah telat."
"Eh.. eh.. tunggu. Opa ada di dalam kan," Tanyanya lagi.
"Lihat aja sendiri." Lalu ku lihat dia kembali berdiri di depan pintu, sambil memencet bell.
Dia adalah Varel, anak mantan suami mommy dengan perempuan selingkuhan nya. Masih ingatkan. Sampai saat ini kita masih berhubungan, malah sekarang dia bekerja di salah satu hotel ayahku.
Dulu ketika aku masih SMA dia pernah bilang cinta padaku, tapi aku menolak nya, bahkan bukan cuma sekali dia bilang cinta, sebanyak dia bilang cinta sebanyak itu pula aku menolaknya, aku hanya menganggap dia sebagai sepupu tidak lebih. Bukan karena dia jelek atau apa, dia anak yang rajin bertanggung jawab juga kata Babah. Tapi aku tidak menyukai.**********
Sekarang aku dan Risa sudah berada di depan ruangan dokter kandungan. Untung dia mau mengantar ku ke dokter. Antara ragu-ragu aku masuk ke dalam ruangan dokter.
"Selamat siang dok." Kataku pada dokter perempuan paruh bayu. Kulihat dia tersenyum ke arah kami.
"Silahkan duduk," kata dokter yang bertag nama Dokter Rozi.
"Ini Amora yang ingin periksa tante," kata Risa, jadi tadi Risa mengajakku ke sini, kebetulan tantenya seorang dokter kandungan. Dia sudah bilang pada tantenya kalau aku belum nikah. Risa bilang dokter Rozi sudah biasa menangani pasien hamil di luar nikah.
"Sekarang silahkan naik ke brankar "
"Baik dok." Akupun segera naik ke atas brankar. Setelah itu dokter mulai memeriksaku.
"Coba lihat. Ini janin yang ada di dalam rahim kamu Amora. " kata dokter Rozi. Entahlah aku harus senang atau sedih. Ada nyawa lain yang bersemayam di dalam rahimku sekarang.
"Sekarang kandungan kamu berusia delapan minggu. Di usia delapan minggu kehamilan, bayi kamu sebesar kacang merah dan panjang nya sekitar dua koma tujuh senti meter. Bayinya sehat kamu harus hati-hati menjaganya. Dan jangan lupa minum vitamin nanti saya akan tulis resep nya. " Ujar Dokter
"Terimakasih dok."
"Apa kamu ingin mencetak hasil USG bayi kamu?"
"Ohh.. Iya Dok." Lalu dokter mencetak USG bayiku. Pak Veri kamu dimana, kenapa pergi tidak mengasih kabar padaku. Lihat lah anakmu sudah tumbuh di rahimku. Aku tunggu tanggung jawab mu.
**********
"Masih belum ada kabar dari pak Veri?" Tanya Risa sekarang kita sedang berada di taman dekat rumah sakit.
"Belum"
"Apa jangan-jangan dia kabur, Mor. Dia kan pernah bilang kalau dia ingin balas dendam ke keluarga lu melalui lu. "
"Aku ga tau," kataku lirih. Apa mungkin dia memang pergi meninggalkan ku, setelah mengambil semuanya dariku sekarang dia mencampakkan aku. Oh Tuhan harus gimana.
"Mor, Amora kok malah bengong sih."
"Hah... Ris, apa lu akan pergi ninggalin gua juga."
"Lu ngomong apa sih Mor, gua ga mungkin ninggalin lu, walaupun lu udah ngelakuin kesalahan besar Mor, gua akan tetap di samping lu."
"Thanks ya Ris. Lu emang sahabat terbaik gua."
"Terus gimana caranya lu ngomong ke orang tua lu."
"Lu gak akan bunuh darah daging lu kan?"
"Ya enggak lah. Walaupun anak gua enggak ada bapak nya gua akan rawat dia. Lu pikir bikinnya ga sakit apa, main bunuh aja, gua udah ngelakuin dosa besar, ga mau nambah dosa lagi."
"Lalu bagaimana dengan orang tua lu. Gimana ngomong nya ke mereka"
"Gua lagi mikirin caranya, kalo mereka ga mau terima anak ini, gua siap keluar dari rumah."
"Gua akan dukung lu Mor. "
"Sekali lagi terimakasih Ris, " lalu ku peluk sahabat ku.
Menjelang malam aku masih belum pulang ke rumah. Tadi siang aku menghabiskan waktu di taman dengan Risa kemudian pergi ke supermarket membeli kebutuhan ibu hamil.Sekarang aku sudah berada di depan rumah, aku yakin babah sudah pulang, mungkin nanti aku bilang ke mereka, saat ini aku belum siap.
*******
Author POV
Terlihat Indah masuk ke kamar putrinya, ia ingin mengambil sesuatu di sana. Memang Amora tidak pernah mengunci kamarnya.
Betapa terkejutnya Indah melihat sesuatu di atas nakas di dekat tempat tidur Amora. Lima alat testpack bergaris dua semuanya. Indah menutup mulutnya tak percaya. Kemudian dia langsung keluar kamar membawa lima buah testpack.
"Yah lihat." Kata Indah pada suaminya, tadi siang Hadi baru pulang dari luar kota. Dia memberikan lima akal itu pada Hadi.
"Ini.... mommy hamil lagi," kata Hadi girang.
"Itu bukan punyaku. Aku menemukan nya di kamar Amora"
"Apa "
"Yah tenang dulu. Kita tanya Amora baik-baik oke" kata Indah menenangkan suaminya yang mulai emosi.
Tak lama kemudian Amora datang. Dia senang melihat ayahnya sudah pulang.
"Assalamualaikum"
"Waalaikum salam. "
"Babah kenapa, " tanya Amora ketika melihat ayahnya tidak menjawab salam.
"Ini punya siapa Amora," kata Hadi lalu melempar alat-alat itu.
"Maafkan Mora Bah." Amora mulai terisak lalu berlutut di depan ayahnya. Walau bagaimana pun ini salah dia.
"Siapa ayah nya?" Tanya Hadi. Dia masih belum menatap putri tersayangnya.
"Jangan bilang laki-laki bajingan itu." Amora hanya mengangguk.
Bersambung
Udah dulu ya
Jangan lupa vote dan
THB
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA (Aldama Family seri ke 2) EBOOK
Short StoryDalam tahap revisi Squel dari "Dulu Mertua Kini Suami" #1 Aldama Family (Juni 2021) Amora Princesa Aldama (19 tahun) putri satu-satunya Indah Pertiwi dan Hadi Aldama. Saat ini dia sedang menempuh pendidikan jurusan Manajemen di sebuah Universitas t...