Bab 14 Kenyataan Veri

3.6K 324 45
                                    

Happy Reading

Veri POV

Sekarang aku sedang berada di depan rumah wanita yang sangat aku cintai, Amora. Aku yakin dia sangat marah padaku. Delapan bulan, selama delapan bulan ini aku tidak menghubungi nya,  bukan aku tidak ingin menelepon atau mengiriminya pesan, tapi keadaan yang membuatku tidak dapat menghubungi nya walau hanya sekedar mengirim pesan.
Aku berharap dia mau memaafkan ku.

"Permisi pak. Apa Amora ada di rumah?" Tanyaku pada satpam yang berjaga di rumah nya.

"Maaf, Non Amora sudah pindah keluar negeri." Kata satpam Amora.

"Apa. Pergi ke luar negeri?"

"Kalau saya boleh tau Amora pergi kemana pak."

"Saya kurang tahu, dia pergi enam bulan yang lalu kalau ga salah."

"Terimakasih pak." Lalu aku pergi meninggalkan kediaman Amora.

"Amora kamu dimana "

"Arghhh"

                ******

Delapan bulan lalu

Yogyakarta

Hari itu setelah mengantarkan Amora ke villa, aku bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta.
Pesawat ku akan take off pukul sembilan malam.
Di perjalanan aku bertemu sepasang suami istri. Mereka juga bilang baru pulang liburan, tidak ada yang aneh, selama perjalanan kami terus mengobrol.

Hingga pesawat mendarat  di Jakarta. Di bamdara baru kami berpisah.

"Permisi pak. Boleh kami melihat tas anda." Aku kaget melihat beberapa petugas polisi menghampiriku.

"Maaf, memangnya ada apa pak" Tanya ku pada petugas itu.

"Boleh kami membuka tasnya,"

"Silahkan," Lalu kemudian para petugas itu menggeledah tas yang ku bawa. Betapa terkejutnya aku ketika polisi menemukan plastik berwarna hitam dalam dalam tasku.

"Bawa dia ke kantor polisi,"

"Pak itu bukan punya saya."

"Silahkan jelaskan di kantor polisi."  Lalu para petugas itu membawaku ke kantor polisi.

"Katakan dimana teman-teman kamu" berulang kali para polisi itu menanyakan teman-teman ku yang aku sendiri tidak tahu siapa yang di maksud.

"Saya sudah katakan pak, barang haram itu bukan punya saya."

"Lalu kenapa barang ini ada di tas anda "

"Sumpah demi Tuhan pak, itu bukan punya saya, saya tidak tahu bagaimana mana barang itu bisa ada di dalam tas saya."

"Lebih baik anda mengaku biar proses ini cepat selesai."

"Apa yang harus saya akui. Barang haram itu bukan punya saya."

"Silahkan anda menghubungi keluarga anda,"

"Saya tidak punya keluarga pak."

"Baiklah, kita akan lanjutkan nanti. Sekarang masukkan dia ke sel tahanan."

"Pak tolong dengarkan saya, saya bisa buktikan kalau barang itu bukan punya saya."

"Buktikan kalau bisa." Ujar petugas itu lalu pergi.

Sekarang aku sudah berada dalam sel tahanan bersama beberapa tahanan yang lain. Aku di tahan atas tuduhan membawa heroin seberat lima ratus gram. Dan kalau terbukti barang itu punyaku aku bisa terancam pidana mati.

Ya Tuhan bantu hambamu keluar dari sini. Aku tidak mungkin menghubungi Amora dan meminta bantuan padanya, pasti orang tuanya melarang dia berhubungan dengan ku lagi.

Aku tidak tahu cara membuktikan kalau heroin itu bukan punyaku,  delapan bulan berlalu aku masih belum biasa membuktikan apa-apa, aku hanya menunggu keajaiban dari Tuhan. Tidak ada keluarga tidak ada teman. Aku benar-benar sendiri. Tidak ada orang yang bisa aku mintai bantuannya.

Amora, satu orang yang sangat aku rindu. Apa kabarnya dia sekarang.

"Kamu pasti marah pada daddy, iya kan."

"Maafkan daddy Mora, kalau daddy ga bisa keluar dari sini, tapi percayalah daddy sangat mencintai kamu."

Tiba-tiba petugas memanggilku, bukankah keputusan pidanaku akan di putuskan bulan depan. Kenapa mereka memanggil ku sekarang.
Lalu aku mengikuti petugas itu. Sesampainya di sana aku kaget, melihat sepasang suami istri yang kutemui di pesawat waktu itu.

"Apa anda kenal mereka Tuan Veri," kata salah satu petugas.

"Saya pernah bertemu dengan mereka hanya sekali,"

"Mereka pemilik asli heroin itu. Dan mereka sudah mengakuinya, mereka yang sudah memasukan barang itu ke dalam tas anda." Terimakasih Tuhan akhirnya Kau membebaskan aku dari sini.

"Itu artinya saya bisa keluar dari sini pak."

"Iya, silahkan anda mengurus surat-surat dulu, untuk membersihkan nama Anda. Maafkan kami. Kami hanya menjalankan tugas."

"Terimakasih pak. Terimakasih. Saya akan segera siap-siap."

            ********

Akhirnya aku bisa menghirup udara segar. Terimakasih Tuhan Kau telah mengabulkan doaku.
Aku akan pulang kerumah ku terlebih dahulu, baru aku akan menemui kekasihku, Amora.

Banyak pesan dan panggilan tak terjawab ketika aku mengaktifkan ponselku. Terutama dari Amora. Lalu ku hubungi balik, tapi nomornya tidak aktif. Besok aku akan menemui nya di kampus. Dan untuk pekerjaan ku, aku sudah di pecat dari kampus. Nanti aku akan mencoba mencari pekerjaan yang lain.

Aku tidak menemukan Amora di kampus nya, kata teman-teman nya dia   pindah kuliah. Tapi tidak ada yang tau dia pindah kemana. Lalu aku memutuskan pergi ke rumahnya, aku berharap bisa bertemu dengannya.

       ************

Sudah hampir sebulan aku terus mencari kerjaan baru, dan hari ini aku di terima di salah satu perusahaan elektronik. Lumayan lah untuk memenuhi kebutuhanku.

Soal Amora aku belum bisa menghubungi nya, entah dia ada di mana sekarang. Tapi aku tidak akan putus asa aku akan terus mencarinya.

"Siang bu apa ibu mencari saya." Sekarang aku sedang berada di ruang bos baruku. Tadi dia memanggilku untuk ke ruangan nya.

"Iya, saya ada kerjaan di luar negeri, dan kamu harus menemani saya. " kata bu Eliza, ya dia bos baruku. Ku dengar dia wanita yang suka bergunta ganti laki-laki.

"Maaf bu kenapa harus saya, bukankah ada sekertaris ibu,"

"Kamu tidak mau menemani saya, saya akan membayar lebih gijih kamu," Aku pikir lumayan buat tambahan. Semoga perempuan ini tidak macam-macam.

"Baiklah bu. Kapan kita berangkat."

"Besok pagi kita akan berangkat, kita akan berada seminggu di Singapura, kamu siap-siap dari sekarang. "

"Baik bu. Kalau begitu saya permisi."

          *******

Di sinilah aku berada di sebuah hotel mewah di kita Singapura, ternyata bu Eliza memesan tiga kamar, aku cukup senang dengan hal itu.

Hari ini aku sedang menemani bu Eliza makan siang di salah satu restaurants terkenal di negeriini. Tak sengaja pandangan ku melihat sosok yang selama ini aku rindukan, tapi ada yang janggal. Dia sedang makan dengan seorang laki-laki dan aku tidak mengenalnya, dia juga bukan kakak-kakanya Amora. Dan yang lebih mengejutkanku, perut Amora yang besar, itu artinya dia sedang hamil. Dan laki-laki itu, apa Amora sudah menikah dengan laki-laki lain, apa Amora sedang makan dengan suaminya. Kalau Amora lebih memilih dengan laki-laki lain dan bahagia bersamanya, aku ikhlas.

TBC

Jangan lupa vote dan komen

09 Maret 2021

THB

AMORA (Aldama Family seri ke 2) EBOOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang