Jaehyun dan Ten kembali ke Jogja setelah melaksanakan pemberkatan pernikahan pada dua hari yang lalu.
Selain menerima hukuman dari orangtua, kuliah mereka juga tidak bisa ditinggalkan begitu saja sehingga mereka harus segera kembali ke Jogja.Kini keduanya sudah sampai di sebuah rumah sederhana yang Boa berikan alamatnya, rumah yang tidak jauh dari kampus mereka.
Baik Jaehyun dan Ten memandangi rumah tersebut dengan raut wajah sedih, tak pernah menyangka jika nasib mereka akan sial seperti ini.
"Hufffttt..." Terdengar helaan napas dari Ten. Lelaki mungil itu meletakkan tas ranselnya di tanah.
"Ini beneran rumah buat kita Jae?" tanyanya seraya menoleh ke arah Jaehyun.
"Ya gitu deh" Jaehyun mengherdikan bahunya pasrah.
"Bahkan rumah ini lebih kecil dari kost-an gua" Ucap Ten kembali.
"Udahlah terima aja Ten, yuk masuk gua capek nih"
Jaehyun hendak melangkahkan kakinya namun Ten menyerukan namanya.
"Jae.."
"Apa?" jawab Jaehyun malas lalu berbalik badan menghadap Ten.
"Bawain tas gue!!"
Jaehyun mengernyitkan dahinya.
"Bawa sendiri lah, lo kan punya tangan"
"Tapi gue lagi hamil"
"Ten, kandungan lo masih tiga minggu nggak usah manja deh"
Ucapan Jaehyun barusan membuat Ten mengerucutkan bibirnya.
"Justru karena kandungan gue masih muda, masih rentan dan nggak boleh ngangkat berat-berat"
"Tapi kan---"
"Apa?" Ten berkacak pinggang memandang Jaehyun tajam.
"Mau gue aduin ke mama Boa hah?!" Ancam Ten lalu berjalan masuk ke dalam rumah.
"Dih mainnya ngadu lo!!" Jaehyun akhirnya mengambil tas Ten dan membawanya ke dalam.
Sret
Ketika pintu terbuka Ten dan Jaehyun memasang wajah sedih melihat isi rumah yang hanya ada satu sofa panjang, meja kecil dan satu kamar dengan satu ranjang.
"Ya Tuhan apa gue bisa tinggal dirumah sekecil ini?" keluh Ten sambil mengedarkan matanya ke seluruh penjuru arah.
"Ini rumah apa gubug sih?" Jaehyun mengacak rambutnya frustasi.
Baru kali ini dia melihat rumah sekecil ini dan dia harus tinggal disini mengurus Ten dan calon anaknya tanpa uang sepersen-pun.
"Ini semua gara-gara lo, Jae!!" Ten mendorong tubuh Jaehyun kasar.
"Kok gara-gara gue sih?!" Jaehyun tentu saja tidak terima disalahkan terus menerus seperti ini.
"Jelas lah salah lo! Andai aja lo nggak keluar di dalem gue nggak mungkin hamil, kita nggak bakal menikah dan gue nggak bakal tinggal dirumah kecil ini. Semua gara-gara lo, gue benci sama lo Jaehyun!!"
Ten terbalut emosi, dengan brutal dia memukuli Jaehyun dengan air mata yang sudah mengalir deras di wajah cantiknya.
"TEN!! DIEM!!"
Jaehyun menahan kedua tangan Ten agar berhenti memukulinya brutal.
"Ini bukan sepenuhnya salah gue doang ya Ten!! Ini salah kita berdua, lagian juga lo keenakan pas gue genjot kan? Jadi nggak usah lo nyalahin gue terus!"
Ten yang menunduk seketika mendongakkan kepalanya, menatap Jaehyun sinis.
"IYA INI SALAH KITA BERDUA. SEHARUSNYA DARI AWAL KITA NGGAK PERLU KENAL, SEHARUSNYA KITA NGGAK BERSAHABAT, SEHARUSNYA KITA NGGAK NGELAKUIN HUBUNGAN INTIM. PASTI SEMUANYA BAIK-BAIK AJA DAN GUE BISA RAIH CITA-CITA GUE!"
Ten berteriak lantang, matanya berkaca-kaca menahan amarah.
Dan entah kenapa semua perkataan Ten begitu menyakitkan bagi Jaehyun, seolah dirinya pembawa sial di kehidupan sahabatnya yang sekarang telah menjadi istrinya.
"Kalau lo ngerasa gitu, okay"
Jaehyun menghempaskan tangan Ten begitu kasar.
"Setelah bayi itu lahir, kita pisah!"
Jaehyun keluar rumah dan membanting pintu dengan keras, meninggalkan Ten yang merosotkan tubuhnya sembari menangis tersedu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepaksa Nikah|Jaeten
RomanceJaehyun terpaksa menikahi Ten karena sahabatnya mengandung anaknya. Di usia mereka yang masih terbilang muda dan tak saling mencintai, akankah Jaehyun dan Ten bisa menjalani sebuah rumah tangga sekaligus menjadi orangtua yang baik untuk anaknya kela...