"Aku nggak mau mah pisah sama Jaehyun!" Ten menarik-narik lengan baju Boa, memohon agar mertuanya itu mengurungkan niatnya."Tapi gara-gara dia kamu jadi masuk rumah sakit Tennie" Mata Boa menatap tajam ke arah Jaehyun yang sejak tadi hanya bisa diam tertunduk.
"Ini bukan salah Jaehyun sepenuhnya Mah, aku yang pancing dia sampai kita keblabasan"
Boa menghela napasnya pelan, wajahnya tampak lelah dengan semua apa yang terjadi saat ini.
"Mah~~" Ten memasang wajah memelas. "Please, jangan bawa aku ke Jakarta. Aku nggak bisa jauh dari Jaehyun, aku nggak bisa tidur tanpa dielus-elus perutnya sama Jaehyun mah. Aku mohon jangan pisahin kita" Mata Ten mulai berkaca-kaca membuat siapapun akan luluh karenanya.
Lagi-lagi Boa menghela napas, lalu dipegangnya bahu Ten dan menatap menantunya intens.
"Denger ya Ten, mamah ngelakuin ini buat kebaikan kalian. Mamah pengen Jaehyun jadi suami yang bertanggung jawab untuk istri dan calon anaknya, ngerti?""Selama ini Jaehyun udah berusaha bertanggung jawab kok, Mah" Ten memandang Jaehyun yang masih tertunduk sedih.
"Dia selalu siaga kalau ada apa-apa sama aku. Dia juga rela kerja banting tulang buat nafkahin aku. Dia udah berusaha jadi suami yang baik mah, cuma ya malam itu ada sesuatu yang bikin dia marah dan aku sebagai istri mencoba menenangkannya tapi ya gitu kita kelewat batas. Jadi mamah nggak usah berlebihan nyalahin Jaehyun""Tapi Ten, mamah cuma pengen tahu seberapa Jaehyun bisa membuktikan ke kita kalau dia bisa diandalkan."
"Mah, bagaimana mamah bisa tahu bertanggung jawabnya atau tidak, kalau mamah jauhin aku dari Jaehyun? Kan dulu mamah sendiri yang nyuruh kita berdua hidup mandiri tanpa bantuan orangtua. Kalau sekarang mamah pisahin kita, itu artinya aku akan hidup enak sama mamah, sementara Jaehyun akan bebas dari kewajibannya sebagai suami dan calon ayah karena jauh dari aku. Bukannya gitu mah?"
"Tapi Ten--- "
"Mah udahlah," Yunho mendekati istrinya seraya menyentuh pundaknya. "Biarin aja mereka menjalani biduk rumah tangga turunin ego kamu. Toh, seharusnya kita sebagai orangtua cuma bisa mendukung, nggak perlu lah kita ikut campur dalam urusan kehidupan mereka. Karena pada dasarnya, apapun yang terjadi mereka yang bakal dapat konsekuensinya."
Benar apa yang dikatakan Ten dan Yunho. Seharusnya ia tidak terlalu ikut campur urusan rumah tangga anaknya. Akan tetapi, apakah ia salah jika ingin melihat Jaehyun menjadi suami yang baik, suami yang bisa diandalkan dan bertanggung jawab? Apakah salah? Apakah caraku berlebihan? Itulah kira-kira yang ada dalam hati Boa.
Boa menatap Jaehyun dan secara bergantian sembari menarik dan menghembuskan napasnya.
"Okay, mamah akan ngasih kesempatan kedua buat Jaehyun."
Baik Ten dan Jaehyun tersenyum lebar mendengar perkataan Boa barusan."Beneran mah?" tanya Ten dengan mata berbinar.
Boa tersenyum tipis seraya berangguk. "Iya beneran. Tapi inget ya, kalau sampai kamu bikin Ten sakit lagi, mamah nggak segan-segan ngirim kamu ke Jerman" Kata Boa menunjuk Jaehyun.
Jaehyun berangguk-angguk.
"Siap mah, makasih banyak ya mah" Lelaki itupun berjalan cepat menghampiri Boa dan memeluknya erat.Boa terkekeh dan memukul paha Jaehyun. "Awas aja ya, kalau sampai diulangin mamah potong tytyd kamu sampai tandes!"
Jaehyun menelan ludahnya kasar sambil memegangi buwong puyuhnya. "Ih jahat banget, nanti aku nggak bisa ngasih cucu lagi dong ke mamah" Jaehyun memanyunkan bibirnya sok lucu, membuat Boa jijik sekaligus membuat Ten terkekeh.
♡♡♡
Setelah Ten diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Boa dan Yunho memutuskan untuk pulang ke Jakarta dengan tiket yang sudah mereka pesan, dengan diantar oleh Jaehyun dan Ten ke bandara tentunya.
Dan saat ini sepasang suami tersebut sedang rebahan diranjang sambil saling memeluk dengan posisi Ten menyandarkan kepalanya di dada bidang Jaehyun.
"Duh senengnya aku nggak jadi LDR-an sama istri dan anakku," ucap Jaehyun sambil mengeratkan pelukkannya pada tubuh Ten.
Ten terkekeh dan mengusakkan wajahnya pada ceruk leher sang suami. "Aku juga seneng Jae"
Kemudian keduanya saling memejamkan mata, menikmati detik demi detik rindu yang membuncah. Menyalurkan kasih sayang ditemani semilir angin yang masuk dari celah jendela.
"Jae?" Ten mendongakkan kepala menatap Jaehyun yang masih setia terpejam.
"Hm?"
"Tiba-tiba aku pengen mangga muda"
Sontak perkataan Ten barusan membuat kedua mata Jaehyun terbuka.
"Sejak kapan kamu suka buah?" tanya Jaehyun bingung. Sebab yang ia tahu, Ten sama sekali tidak menyukai buah.
"Nggak tau, mungkin bawaan Eden"
"Oh kamu nyidam?"
Ten mengangguk cepat. "Kayaknya sih iya, tolong ya Jae" ujarnya sembari mengerjapkan mata membuat Jaehyun gemas dan kemudian menggigit hidung Ten.
"Iya, nanti sore aku beliin ya"
"Jangan beli. Aku pengen yang hasil curian"
"HAH?" Jaehyun melebarkan bola matanya tak percaya.
"Jangan aneh-aneh deh Ten!""Ini bukan kepengenan aku, tapi kepengenannya Eden. Emang kamu mau kalau nanti Eden ileran?"
"Ya enggak lah, gila apa"
"Yaudah makanya kamu nyuri mangga. Nggak boleh beli pokoknya, kalau sampai ketahuan beli aku mogok ngomong ya sama kamu. Dan lagian juga aku tahu loh bohong atau enggaknya kamu. Pokoknya nanti pas kamu nyuri, kamu live streaming ya, Jae"
Jaehyun semakin menggila dan pusing dengan permintaan ngawur dari Ten.
"Kamu pengen liat aku digebukin warga apa pakai acara live streaming segala" Jaehyun bergeleng-geleng tak habis pikir.
Ten memanyunkan bibirnya.
"Engggg pokoknya nggak mau tau, kamu kudu nyuri mangga terus live streaming di twitter. Titik, no debat no kecot!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepaksa Nikah|Jaeten
RomanceJaehyun terpaksa menikahi Ten karena sahabatnya mengandung anaknya. Di usia mereka yang masih terbilang muda dan tak saling mencintai, akankah Jaehyun dan Ten bisa menjalani sebuah rumah tangga sekaligus menjadi orangtua yang baik untuk anaknya kela...