"Senyum dong, Jae, jangan cemberut gitu napa!"
Ten menarik sudut bibir Jaehyun supaya suaminya itu tersenyum.
"Gimana aku mau senyum kalo penampilan aku kek begini, Ten?" Jaehyun mengerucutkan bibirnya kesal, memandangi penampilannya dari bawah sampai atas, persis seperti jamet.
"Emang kenapa? Kamu masih ganteng kok, di mata aku mau gimanapun kamu, kamu tetep ganteng. Makanya ayo senyum biar tambah ganteng."
Mau tidak mau Jaehyun menyunggingkan senyum, memperlihatkan deretan giginya yang terpasang behel mainan.
"Pinternya suami aku," Ten nampak sumringah kemudian ia mengarahkan ponselnya ke Jaehyun sembari memutar musik tiktok.Yamet kudasi yamet kudasi bang yamet para kedasi~~
Arara kimochi arara kimochi pak ara ga pake peci~~Jaehyun melenggok-lenggokkan tubuhnya persis seperti jamet di tiktok, membuat Ten tergelak melihatnya.
"Assalamuallaikum, loh Jae? Lagi ngapain kamu?"
Baik Ten dan Jaehyun mengalihkan mata mereka ke arah pintu, disana ada Johnny, berdiri di depan pintu dengan satu kantong plastik di tangannya.
"Eh, Kak Jo?" Ten menghampiri Johnny, mengabaikan Jaehyun yang menahan malu karena kepergok sedang berjamet ria.
"Nih Ten aku bawain kamu mangga, kata bunda kamu lagi kepengen mangga." Ujar Johnny memberikan kantong plastik yang ia bawa kepada Ten.
"Wahh makasih banget loh, Kak Jo. Yuk masuk," Ten mempersilahkan Johnny masuk.
"Kalian lagi ngapain tadi? Kayaknya seru banget?" tanya Johnny mendudukkan diri di sofa, memandang Jaehyun dan Ten secara bersamaan.
"Kepo lu kek Dora," sinis Jaehyun dan mendapati tatapan tajam dari Ten.
"Jae nggak boleh gitu, kan Kak Jo nanya baik-baik."
"Nyenyenyenye, dah lah aku mau boker dulu." Ketus Jaehyun, kemudian lelaki itu melangkah pergi.
"Jaehyun kayaknya sinis banget sama aku ya, Ten?"
"Ah maafkan dia kak, dia emang orangnya cemburuan."
Johnny tersenyum, lalu mengulurkan tangannya mengusap perut buncit Ten.
"Udah berapa bulan ini?"
"Mau tiga bulan sih, kak."
"Masih muda banget ya, Ten?"
Ten berangguk seraya tersenyum.
"Terus kuliah kamu gimana? Cuti?"
"Iya Kak, aku cuti sampai lahiran. Soalnya kemaren sempet ada insiden sih, jadi aku disuruh bedrest."
"Oh gitu, sehat-sehat ya Pakmil." Johnny terkekeh, begitupula dengan Ten.
"Pasti dong, Kak. Eh, btw Kak Jo mau minum apa, biar aku bikinin."
"Nggak usah repot-repot, Ten. Kamu lagi kesusahan gitu, lagian aku nggak haus kok." Johnny mengusap kepala Ten. Baginya, Ten adalah adik kecil yang teramat ia sayangi meskipun dulu dia pernah menaruh rasa padanya namun takdir berkata berbeda.
"Kamu mau makan mangganya nggak? Biar aku kupasin?" tawar Johnny sambil membuka kantong plastik yang Ten letakkan di meja.
"Boleh dong, udah lama nggak disuapin sama Kak Jo."
Rasanya seperti odading mang oleh, hati Johnny cenat-cenut, perutnya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan.
Ucapan Ten tadi memang terdengar biasa saja, tapi tidak untuk Johnny.
Namun Johnny sadar diri, dan memilih mengusap kepala Ten sayang.
"Bisa aja adek kecil Kak Jo yang satu ini."
Sementara lain, di sudut ruangan berbeda, Jaehyun sedang nyebat di taman belakang sambil menikmati pemandangan kebun dan kucing-kucing milik Ten yang sedang berlarian.
"Jae? Ngapain kamu disini?"
Jaehyun sedikit tersentak, kemudian menoleh ke belakang mendapati ibu mertuanya.
"Nyebat mah, tadi boker nggak keluar soalnya. Makanya nyebat aja disini," jawab Jaehyun lalu mematikan putung rokoknya.
"Di depan ada Johnny ya? Kamu nggak nemuin dia?"
"Udah tadi bun, cuma kan tadi aku kebelet boker sama pengen nyebat bentaran. Nggak mungkin dong aku nyebat di depan Ten, kasihan kandungannya."
Tiffany mengangguk paham, lalu duduk disamping Jaehyun.
"Kamu cuti kuliah juga?"
"Nggak tau deh, bun, masih bingung mau cuti atau pindah kuliah disini aja."
"Bunda denger kamu kerja di Go-blog ya kemaren? Terus gimana? Resign?"
Jaehyun memangku satu kakinya, tersenyum tipis sembari menyugar rambutnya ke belakang.
"Iya bun, lagian untuk apa aku kerja kalo Ten ada disini? Aku nggak bisa jauh dari dia, terlalu beresiko."
Tiffanya sekali lagi berangguk-angguk.
"Boleh bunda ngasih saran ke kamu?"Jaehyun menoleh ke Tiffany, menatap sang mertua serius.
"Bukan maksud bunda nyinggung finansial kamu ya, Jae. Bunda tahu kamu dari keluarga mampu, bahkan terbilang sangat mampu. Tapi kan untuk saat ini kamu lagi dihukum untuk menjadi mandiri dan membiayai segala kebutuhan kamu, Ten dan calon anak kalian. Bunda bukan perhitungan atau apa, bunda cuma pengen kamu sebagai suami bertanggung jawab atas keluarga kamu. Kamu itu udah jadi kepala keluarga sekarang, udah jadi kewajiban kamu untuk menafkahi Ten baik secara batin dan materi."
Tiffany menjeda perkataannya, ditepuknya pundak Jaehyun pelan.
"Jae, bunda sama ayah udah nyerahin Ten ke kamu. Jadi kami harap kamu bisa bahagiakan Ten, dan juga calon anak kalian. Kamu mengerti kan maksud bunda?"
Jaehyun nampak berpikir. Dia bukanlah orang bodoh yang tidak mengerti nasehat tersirat yang mertuanya ucapkan sedari tadi.
Jaehyun peka dan paham betul.Jaehyun menatap Tiffany, senyum tipis terpatri pada wajah tampannya.
"Aku janji sama bunda bakal bahagiain Ten."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepaksa Nikah|Jaeten
RomanceJaehyun terpaksa menikahi Ten karena sahabatnya mengandung anaknya. Di usia mereka yang masih terbilang muda dan tak saling mencintai, akankah Jaehyun dan Ten bisa menjalani sebuah rumah tangga sekaligus menjadi orangtua yang baik untuk anaknya kela...