04

3K 337 17
                                    


Kesal, Jaehyun memutuskan mendatangi base camp tempat dimana ia biasa berkumpul dengan teman-temannya. Akan tetapi saat ia sampai di tempat itu yang terlihat hanya Lucas yang duduk sendirian sembari memainkan ponselnya.

"Woy, Cas!" Jaehyun menepuk pundak Lucas lalu duduk disamping pemuda itu.

"Dari mana aja lo baru keliatan?" tanya Lucas, menaruh ponselnya ke atas meja lalu menatap Jaehyun.

"Gue baru balik dari Jakarta, punya rokok nggak?"

Lucas mengangguk, menyodorkan sebungkus rokok kepada Jaehyun yang ia ambil dari saku celana.

"Kenapa lo, keliatannya stres banget?" tanya Lucas kembali melihat wajah sahabatnya begitu murung.

"Ten hamil" Jawab Jaehyun seraya mengepulkan asap rokoknya.

"Kok bisa? Dia kan cowo?" Lucas memangku satu kakinya menatap Jaehyun intens, ingin mendengarkan lebih detail.

"Gua juga kagak tahu, Cas" jawab Jaehyun lirih sembari memijit pelipisnya.

Melihat itu, Lucas menepukki punggung Jaehyun agar sahabatnya tenang.

"Terus rencana lo apa sekarang?"

"Kita berdua udah nikah, Cas" Jaehyun mendongakkan kepala dan kembali menghisap rokoknya.

"Oh, ya syukur deh. Emang udah harusnya lo nikahin dia, terus apa yang bikin lo murung?"

"Orangtua kita berdua marah besar, mereka nikahin gue sama Ten terus nyuruh kita berdua hidup mandiri tanpa bantuan materi dari mereka. Gue sama Ten juga dikasih rumah kecil banget.
Sumpah, gue bingung mikirin cara dapet duit gimana buat menuhin kebutuhan gue sama Ten. Apalagi Ten lagi hamil, pasti banyak kebutuhan tetek bengeknya. Ditambah lagi Ten terus-terusan nyalahin gue, bikin gue tambah pusing anjir" Cerita panjang Jaehyun lalu mengacak rambutnya frustasi.

"Parah sih emang, gue kalo jadi lo juga bakalan pusing. Tapi Jae, lo cinta nggak sama Ten?"

Pertanyaan Lucas membuat Jaehyun menoleh cepat.

"Gue nggak tahu, Cas" Jaehyun menyandarkan tubuhnya ke kursi.

"Gue nggak tahu pasti apa gue cinta sama dia, yang jelas gue candu sama tubuh dia. Sama bibirnya, sama aroma tubuhnya, gue suka semuanya yang ada di dia"

"Yeeee, lo mah cuma napsu doang itu" Lucas menoyor kepala Jaehyun lalu ikut menyandarkan tubuhnya ke kursi.

Jaehyun mengherdikkan bahunya.
"Gua kagak tahu, cuma tadi sebelum kesini gue berantem dan bikin dia nangis. Dan entah kenapa gue ngerasa bersalah karena udah bikin dia nangis" ucap Jaehyun seraya menginjak rokoknya.

"Jadi lo habis berantem sama Ten?"

Jaehyun mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Lucas.

"Menurut gue gini Jae, ini kan sebenarnya tuh salah kalian berdua ya. Seharusnya kalian saling ngerti, saling bahu membahu bukannya saling menyalahkan. Kalian harus kerja sama untuk ngerawat calon bayi kalian, dan lo sebagai pemimpin keluarga harusnya lo bertanggung jawab atas istri dan anak lo. Karena bagaimanapun, Ten kan udah jadi istri lo dan dia lagi ngandung darah daging lo"

"Iya sih, cuma yang bikin gue pusing mau cari kerjaan apa coba? Gue aja masih kuliah, bingung sumpah"

"Gue ada kenalan boss bar gitu, kalo lo berminat lo bisa kerja jadi waitress disana" ujar Lucas. Jaehyun memandangnya kemudian berangguk semangat.

"Boleh Cas, lo emang temen terbaik gue" Jaehyun merangkul pundak Lucas kegirangan.

"Sans mah kalo sama gue"

Jaehyun menyengir lebar. "Ada duit kagak 50ribu buat beli makan? Gue belum makan, Ten juga belum makan kasihan dia lagi hamil"

"Ya ampun seorang Jung Jaehyun si anak konglomerat minjem duit ke gue, hahahaahahaah" Lucas tertawa puas meledek Jaehyun.

"Sialan lo!!" umpat Jaehyun seraya mendorong tubuh Lucas kasar.

"Hahahaha bercanda bapak, nih ambil aja" Lucas memberikan uang seratus ribu kepada Jaehyun.

"Balikinnya kapan-kapan kalo lo udah punya duit, sana beli makanan kasihan Ten pasti kelaperan" sambungnya.

Jaehyun tersenyum sumringah, merangkul Lucas lagi kemudian beranjak dari duduknya.

"Thanks brou, gua cabut dulu ya" pamitnya lalu pergi dari sana meninggalkan Lucas yang menggeleng-gelengkan kepalanya.








........



Sret

Jaehyun membuka pintu rumah secara perlahan, melangkah masuk ke dalam rumah. Akan tetapi ia tidak melihat Ten di ruang tamu, Jaehyun pun berinisiatif menuju kamar siapa tahu Ten berada disana.

Dan benar saja, saat Jaehyun membuka pintu kamar ia mendapati Ten tertidur diatas ranjang.

Jaehyun berjalan pelan, lalu duduk di tepi ranjang memandangi wajah damai Ten yang sedang tidur.

"Matanya sembab, pasti dia nangis terus ketiduran" gumam Jaehyun, tangannya terulur mengusap lembut pipi Ten.

"Maafin gue ya Ten, karna udah bentak lo tadi" gumamnya kembali, kini menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah mungil Ten.

Jemari Jaehyun membelai setiap inci wajah Ten. Berawal dari kedua matanya, turun membelai hidung mancungnya, semakin turun menyentuh bibir ranum kemerahan milik Ten. Di area itu tangan Jaehyun berhenti, dan terus mengusap lembut bibir Ten. Bibir yang sudah sering ia cium, bibir yang sering bersentuhan dengan bibirnya, bibir yang sering ia lumat sensual. Bibir yang sudah menjadi candu baginya, bagian inilah yang menjadi favoritnya dari tubuh Ten.

Jaehyun tersenyum tipis, lalu ia mendekatkan wajahnya pada wajah Ten hendak mencium. Namun tiba-tiba kedua mata Ten terbuka perlahan, membuatnya menjauhkan diri.

"Jaehyun? Lo udah pulang?" tanya Ten seraya bangkit dan mendudukkan dirinya berhadapan dengan Jaehyun.

"Udah. Nih gue bawa makanan, dimakan ya, pasti lo laper. Kasian calon bayi kita kalo lo nggak makan." Jaehyun menyodorkan kantong plastik berisikan nasi bungkus.

"Lo nggak makan?" tanya Ten.

"Gue udah makan tadi di warung, lo makan gih. Gue mau mandi dulu," Jaehyun bangkit hendak keluar dari kamar.

"Jaehyun?"

Jaehyun menoleh ketika mendengar suara Ten memanggilnya.

"Makasih ya, maaf tadi gue udah marah-marah sama lo" Ucap Ten sembari menyunggingkan senyum.

Entah kenapa jantung Jaehyun berdetak lebih kencang dari biasanya saat melihat wajah imut Ten ketika tersenyum.

Pria itu pun menggaruk tengkuknya, salah tingkah. "Sama-sama, gue mandi dulu"

Tanpa menunggu jawaban Ten, Jaehyun segera keluar dari kamar.

Kepaksa Nikah|JaetenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang