4. Baku Hantam

31.3K 1.7K 94
                                    

Arzanka Arrion G

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arzanka Arrion G.

***

Bellissa meletakkan pena di atas buku yang terbuka. Menyerah. Tugas merangkumnya belum selesai, tapi dia tidak bisa fokus untuk melanjutkan. Saat isi kepalanya lebih tertarik memikirkan seseorang.

Arrion.

Tidak. Tidak. Arrion tidak melakukan sesuatu yang lebih jauh lagi. Cowok itu melakukannya hanya untuk menggertak agar Bellissa tidak lagi mengganggunya.

Meski tetap saja itu termasuk kurang ajar.

Lalu, yang membuat Bellissa penasaran selanjutnya adalah ... seandainya semua rumor Arrion tidak sepenuhnya benar, kenapa cowok itu membiarkan?

Rasanya tidak normal, kalau Arrion sengaja, melakukannya untuk dibenci dan dijauhi.

Ketukan dari luar pintu kamar, membuyarkan lamunan Bellissa. Kepala Bi Mira muncul dari balik pintu yang setengah terbuka.

“Non Bellissa, makan malam sudah siap.”

Bellissa mengangguk sebelum melangkah malas keluar kamar. Menuruni tangga lalu menghampiri meja makan yang sudah terisi tiga orang.

“Nasinya dikit aja, Ma.” ucapnya melihat Mama mengisi piringnya dengan nasi.

“Makan yang banyak, Sa.” tegur Om Satya, Papa tirinya.

Bellissa mengangguk dan tersenyum kecil.

“Papa ih, denger aku nggak, sih?” rengek cewek disebelah Om Satya—disebelahnya juga. “Guru PKN aku tuh, masa nyuruh tugasnya ngerangkum mulu.”

“Bagus dong, tulisan kamu nanti makin rapi.” sahut Mama.

“Ih nggak gitu, Ma. Ini tuh aneh banget. Harusnya kalau buat rangkuman kan diambil poin pentingnya aja. Tapi, ini malah disuruh minimal lima lembar per-bab, masa ...” adu Sheryl manja.

“Katanya, makin banyak ngerangkumnya, makin bagus juga nilainya.”

Om Sayta dan Mama tertawa. Sementara Bellissa hanya fokus menghabiskan makanan di piringnya.

Kemudian, Papa tirinya itu bertanya kabar dan apa saja yang mereka—Sheryl dan Bellissa lakukan hari ini. Pertanyaan yang nyaris setiap malam Om Satya tanyakan sebagai bentuk kepeduliannya sebagai orang tua. Karena seharian pria itu sibuk berkerja.

“Pulang sekolah, aku beli sepatu sama tas baru bareng Naura. Terus kita nyoba ke cafe yang baru buka,” Sheryl menceritakan segala yang dia lalui hari ini dengan gaya khasnya, ceria namun ada rengekan manja didalamnya. “Terus ... sebelum pulang aku beliin donat favorit Mama. Iya, kan, Ma?”

PRICELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang