Hal yang dirasa sulit kadang bisa dilewati dengan baik. Jadi, jangan lupa berbangga diri dan berterima kasih pada diri sendiri.
—Priceless—
★★★
“Duluan aja, nanti gue nyusul.”
Bellissa melirik Sheryl lalu mengangguk. Turun lebih dulu dari mobil, meninggalkan Sheryl yang duduk di kursi kemudi sembari memainkan ponselnya. Berbalas pesan dengan entah siapa.
Meninggalkan parkiran dengan langkah riang dan mencengkeram tali tas ranselnya, Bellissa sesekali tersenyum dan mengangguk pada orang-orang yang menyapanya.
Setelah didekati dan ditembak Redo didepan umum tempo hari, nyari satu sekolah mengenal Bellissa. Banyak yang mendukung hubungan keduanya. Menganggap Allredo yang ganteng dan populer cocok dengan Bellissa yang—sebenarnya tidak ada dalam list lima besar cewek tercantik disekolah. Namun, terlihat manis dan tidak banyak tingkah, tapi ramah saat ditanya atau disapa.
Saat kakinya mulai menginjak lantai koridor dan melewati beberapa ruang kelas untuk sampai ke kelasnya, Bellissa sedikit mendongakkan kepala. Akan terlihat sombong seandainya saja tidak tersungging senyum dibibir nya.
“Permisi, calon pacarnya Arrion mau lewat, nih.” Lagi-lagi Bellissa hanya mampu memamerkan hubungannya dengan Arrion dalam hati.
“Gue sama Arrion bahkan udah punya barang couple. Kalian pasti bakal iri banget kalo tahu nanti.”
Ponsel berlogo apel tergigit keluaran terbaru dari Arrion kemarin, adalah barang couple pertama mereka.
Besar keinginan Bellissa untuk orang-orang tahu hubungan dekatnya dengan Arrion. Tapi, tidak. Bellissa harus bisa menahannya. Setidaknya, sampai mereka resmi berpacaran.
Orang-orang harus lebih dulu tahu, kalau Arrion tidak seburuk gosip yang beredar. Dan, saat itu terjadi, pasti akan sangat menarik nanti. Mereka—siswi-siswi lain, kemungkinan besar akan kembali menyukai dan berlomba-lomba menarik perhatian Arrion. Tapi saat itu, mereka sudah terlambat, karena Arrion sudah ... menjadi miliknya.
Pasti akan sangat menghibur dan menyenangkan melihat berbagai reaksi terkejut orang-orang.
Membayangkannya saja, sudah membuat Bellissa tersenyum senang. Sampai lupa, kalau ... ekspektasi seringkali jauh dari realita.
Bellissa masih menebar senyumnya, masih mengangkat kepala dengan percaya diri pula. Sampai di detik selanjutnya, Bellissa meringis panik sembari menutup wajah dengan satu tangan dan berbalik badan. Sebelum akhirnya, berpura-pura sibuk melihat—kebetulan ada kertas yang ditempel di kaca jendela.
“Mati. Mati. Mati.” gumamnya.
Kenapa sepagi ini Pak Arkan sudah ada disekolah, sih?
Bellissa menggigit bibir sembari memijat kepala bagian kanannya, untuk menutupi setengah wajahnya. Kemudian, bernafas lega setelah Pak Arkan melewatinya.
“Sa,” Bellissa refleks menoleh lalu tersenyum melihat sapaan Naura dan lambaian tangan Zarra.
“Kenapa berdiri di sini?” tanya Zarra, lalu membaca tulisan yang sebelumnya dilihat Bellissa, yang tidak butuh dibaca dengan seksama. Karena di ketik dengan font size dan hanya terdiri dari empat kata.
Harap Tenang Sedang Ujian!
“O-oh,” Bellissa gelagapan, mencari alasan. “Ini gue ... nunggu ada temen, biar bisa ke kelas barengan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICELESS
Teen Fiction⚠️17+ Arrion artinya mempesona. Kedatanganya sebagai siswa baru pernah menggemparkan sekolah pada masanya. Nyaris semua cewek disekolah menyukai dan terpikat pesonanya. Sebagian, bahkan terang-terangan mengejar, memberi dan menarik perhatian cowok i...