Bellissa menggigit dan mengulum bibir sembari diam-diam memperhatikan sekitar. Berharap melihat seseorang. Setelah dua hari weekend kemarin, entah kenapa dia jadi tidak sabar ingin segera bertemu ... Arrion.Namun, sejak pagi sampai waktu istirahat sekarang ini, Bellissa belum melihat keberadaan cowok itu. Jadi, dengan alibi mengembalikan buku pinjaman sekaligus mengulur waktu ke kantin, Bellissa dan Zarra akan pergi ke perpustakaan.
Kemungkinan, Arrion ada di sana, kan?
“Za ...”
“Em?”
“Menurut lo, siapa dalang yang selama ini nyebarin rumor Arrion?”
Bellissa penasaran. Sungguh. Terlebih oknum tersebut pernah memotret diam-diam dan menyebarkan fotonya dengan Arrion yang kemudian dibuat rumor yang benar-benar sialan.
“Mmm ... Entah. Gue juga penasaran,” sahut Zarra, setelah beberapa saat tidak langsung menjawab. Lalu, menoleh dengan dahi mengernyit heran. “Kenapa, tumben bahas Arrion?”
“Penasaran aja.” gumam Bellissa.
Dia memang belum bercerita pada siapapun tentang kedekatannya dengan Arrion.
Eh, dekat? Maksudnya ... tentang beberapa kebetulan yang mempertemukan mereka. Ah, tapi katanya tidak ada yang namanya kebetulan. Semua sudah diatur Tuhan.
“Bentar-bentar.”
Langkah Bellissa memelan saat merogoh ponsel dari saku roknya yang bergetar. Kemudian mendengus saat melihat spam chat yang menyuruhnya untuk segera menyusul ke kantin.
“Siapa?” tanya Zarra yang berjalan lebih depan namun dengan langkah yang dibuat mundur. Memperhatikan raut kesal Bellissa yang mendekap buku di tangan kiri dan menggenggam ponsel di tangan kanan.
Dari raut badmood seperti itu, Zarra bisa menebak dua kemungkinan. Pesan dari Allredo atau ....
“Sheryl.”
Bellissa mendengkus malas sembari menyimpan kembali ponselnya. “Yuk—”
Bruk.
Punggung Zarra bertabrakan dengan seseorang. Keduanya bisa menjaga keseimbangan. Namun, karena terkejut buku yang dibawa Zarra jatuh ke lantai begitupun dengan ponsel milik seseorang tersebut yang jatuh bebas dan berakhir menyentuh ujung sepatu Bellissa.
“Eh, sorry-sorry,” Zarra segera meminta maaf. “M-mel ...?” sambungnya saat tahu seseorang itu adalah Melissa.
Teman seangkatan mereka yang berbeda kelas.
“O-oh, i-ya, Za. Gue juga ... minta maaf.” balas Melissa.
Bellissa meraih ponsel berlogo apel tergigit di dekat sepatunya dan akan mengembalikannya pada Melissa. Namun, saat tidak sengaja melihat layarnya yang menyala, meski hanya sekilas dia yakin layar ponsel Melissa itu menampilkan foto—
“Thanks, Sa.” Melissa merebut ponselnya dari genggaman Bellissa lalu menyembunyikannya.
“Em, iya, Mel.” balas Bellissa tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICELESS
Teen Fiction⚠️17+ Arrion artinya mempesona. Kedatanganya sebagai siswa baru pernah menggemparkan sekolah pada masanya. Nyaris semua cewek disekolah menyukai dan terpikat pesonanya. Sebagian, bahkan terang-terangan mengejar, memberi dan menarik perhatian cowok i...