“Kenapa disini?”Bellissa tersentak kaget, reflek menegakkan badan yang bersandar pada tembok dan mengeluarkan kedua tangannya yang bermain-main dalam saku roknya.
Senyuman Bellissa langsung mengembang saat tahu orang yang berbicara sekaligus membuatnya terkejut adalah orang yang ditunggunya.
“H-hai,” sapa nya.
Arrion mengangguk sembari membalas dengan senyuman tipis. “Kenapa di sini?” ulangnya.
“A-ah, itu ... nungguin lo,” jawab Bellissa lalu menggigit bibir.
Saat Arrion pergi dari kantin, Bellissa ikut beranjak untuk menyusul ... calon pacarnya itu. Dan ternyata, Arrion lebih dulu pergi ke toilet. Entah untuk memenuhi kebutuhan yang lain juga atau hanya sekadar mencuci muka.
Arrion tampak lebih segar dan tampan dengan wajah dan potongan rambut bagian depan yang basah.
“Kenapa?” tanya Arrion.
“Mm?” Bellissa bingung sendiri. Dia hanya penasaran dan khawatir melihat Arrion tiba-tiba pergi.
“Kenapa lo ... tiba-tiba pergi?” tanya Bellissa akhirnya, balik bertanya. “Nggak nyaman ada pak Arkan?”
Sejujurnya, Bellissa juga penasaran soal pak Arkan yang bersikap akrab, perhatian dan seperti tahu kehidupan Arrion yang selama ini sulit untuk dijangkau informasinya.
Melihat tampang datar dan mulut Arrion yang tetap diam, Bellissa merasa jadi tidak enak hati. Dia ... terlalu ingin tahu, ya? Terlalu menuntut untuk Arrion terbuka padanya, ya?
“Sorry, kalo—”
“Nggak apa-apa,” Arrion tersenyum tipis dengan tangan terulur menyentuh pipi Bellissa, menjauhkan helaian rambut yang menempel dengan ibu jari tangannya. Lalu, menyelipkannya kebelakang telinga. “Gue cuma lagi males aja.”
Bellissa langsung menggigit bibir menahan senyuman. Kemudian celingukan takut-takut ada yang melihat mereka berduaan.
“Ar,”
“Hm?”
Kembali menggigit bibir, Bellissa selalu merasa salah tingkah sendiri saat bersama Arrion begini.
Dan ... serius harus dia yang memulai?
Mereka ini sedang dalam masa pendekatan, kan? Apa Arrion tidak punya inisiatif untuk meminta nomor ponselnya?
Atau memberi kesan lain agar Bellissa semakin tertarik padanya?
Bellissa menghela nafas panjang, lalu berdeham.
“Ar,” ucapnya malu-malu. “Kita ini, kan—” Bellissa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Mm ... gini,”
Bellissa membasahi bibir, gugup sekaligus bingung memilih kata yang tepat untuk melanjutkan. “Kita kan, lagi deket sekarang. Mm ... lo nggak mau kita tukeran ... nomer ponsel?” sambungnya, dengan suara yang semakin mengecil diakhir.
Senyum tipis Arrion yang tersungging melihat sikap malu-malu nya, membuat Bellissa semakin salah tingkah dan langsung membuang muka.
“Liat gue,” ucap Arrion.
Namun, Bellissa malah semakin sengaja menatap sembarang arah. Tubuhnya bahkan sedikit berputar untuk menghindari tatapan Arrion.
Lagi-lagi senyum tipis Arrion tersungging. “Nanti,” ucapnya, dengan satu tangan disaku celana dan tangan satunya terulur mengacak puncak kepala Bellissa. “Pulang sekolah temuin gue ditempat biasa.”
Sesaat Bellissa menikmati debaran senang yang datang. Memejamkan mata sembari memainkan bibirnya yang tidak tahan untuk tersenyum. Sebelum akhirnya, kembali menatap Arrion setelah menarik napas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICELESS
Teen Fiction⚠️17+ Arrion artinya mempesona. Kedatanganya sebagai siswa baru pernah menggemparkan sekolah pada masanya. Nyaris semua cewek disekolah menyukai dan terpikat pesonanya. Sebagian, bahkan terang-terangan mengejar, memberi dan menarik perhatian cowok i...