Arrion VS Allredo.
Seakan tidak ada kata habis dan bosan membanding-bandingkan dua nama itu. Dua cowok yang sama-sama terkenal namun mempunyai sifat dan kelakuan bertolak belakang.
Satu dari empat gadis cantik yang sedang ber-ghibah hanya diam dengan tangan kiri menopang wajah. Bola matanya bergerak malas memperhatikan ketiga temannya saling bersautan me-review akhlak buruk seseorang. Tiada hari tanpa ghibah. Gadis itu tidak tertarik, bosan lebih tepatnya mendengar topik yang sama seperti hari-hari sebelumnya.
Dan mood-nya sedang tidak bagus juga.
“Harusnya dari awal kita nebak, bisa-bisanya Arrion pindah di pertengahan semester dan sekolah bisa nerima,” Sheryl selalu menjadi orang pertama yang memulai topik seperti ini. “Gila aja sih, gue masih heran sekolah seelit ini nerima siswa buangan.”
“Ada duit, semua beres.” cewek di sebelah Sheryl, teman sebangkunya menyahut sarkas. Naura namanya.
Jadi, posisi mereka sedang berkumpul dan duduk di kursi masing-masing dengan Sheryl dan Naura yang memutar posisi menghadap meja belakang.
“Hm, bener.” Sheryl melipat tangan di depan dada dengan duduk menyandar di bangkunya. “Siapapun bisa nebak, kalau Arrion bukan anak orang kaya biasa. Dan gue penasaran, setajir apa cowok itu sampai dari banyaknya kasus nggak pernah ditanggapi serius sama pihak sekolah.”
“Sayangnya, informasi keluarga Arrion sulit dijangkau. Privasi keluarganya benar-benar tertutup rapat.” dengus Naura menyayangkan.
Sheryl mengangguk menyetujui lalu menyeringai tipis. “Kita liat siang nanti, rumor buruk apa lagi yang Arrion lakukan.”
“Jangan selalu asal percaya, kita cuma tau dari katanya.” kali ini suara cewek yang berbeda pendapat terdengar.
Zarra namanya.
Oke, ralat. Yang membahas kelakuan buruk cowok bernama Arrion itu hanya Sheryl dan Naura. Karena Zarra, justru terdengar selalu membela cowok itu. Dan satu gadis lainnya hanya acuh tak acuh.
Dibanding Sheryl dan Naura yang suka asal ucap dan nyinyir pedas, Zarra sedikit lebih paham batasan menilai dan kata-kata yang pantas untuk mengkritik seseorang. Dia punya pengalaman dekat sama cowok yang di cap trouble maker semacam Arrion. Pacarnya yang sudah kuliah juga seorang bad boy.
“Apa cuma gue, yang ngerasa kalau kita bahas Arrion lo selalu ngebela dia?” tanya Sheryl dengan kesal menatap Zarra.
Zarra mengedikan bahu. “Gue cuma pernah denger kalimat, ‘untuk menilai, kita harus mengenal’. Kita nggak kenal sama Arrion, kan? Jadi ya ... kalau masih tahu dari ‘katanya’ jangan dulu menyimpulkan seenaknya.”
“Kita juga bahkan nggak tau, siapa oknum yang selama ini menyebarkan rumor itu.” balas Zarra.
“Dan, lo juga pasti pernah denger istilah ‘don’t judge a book by its cover', kan?!”
Istilah itu adalah pepatah Inggris yang terkenal maknanya kurang lebih, jangan menilai sesuatu atau seseorang hanya dari penampilan luarnya saja. Karena bisa jadi apa yang kita lihat dan dengar tidak seperti apa yang sebenarnya ada padanya.
Seringkali kita asal menyimpulkan, seseorang yang nampak polos, dan baik hati, tapi ternyata setelah kita bergaul lama dengannya, barulah kita tahu karakter aslinya. Begitu juga sebaliknya, kita melihat atau mendengar seseorang yang menyebalkan, sombong dan pandangan buruk lainnya, tapi ternyata dia tidak seburuk apa yang kita kira setelah mengenalnya.
“Sok suci banget,” cibir Sheryl memutar bola mata. “Orang-orang nggak punya cukup waktu, kalau untuk menilai seseorang harus kenal dan akrab dulu. Jadi, ya ... salah satu jalan pintas paling mudah untuk menilai seseorang ya dari apa yang kita liat dan dengar.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICELESS
Teen Fiction⚠️17+ Arrion artinya mempesona. Kedatanganya sebagai siswa baru pernah menggemparkan sekolah pada masanya. Nyaris semua cewek disekolah menyukai dan terpikat pesonanya. Sebagian, bahkan terang-terangan mengejar, memberi dan menarik perhatian cowok i...