5. Kado Ulangtahun

25.4K 1.6K 83
                                    


“Lo nggak apa-apa, Dra?”

“Arrion yang berantem, goblok. Kenapa malah nanyain gue?” sahut Andra membalas pertanyaan Althaf yang menghampirinya dengan tergesa. Sementara dia tengah bersandar cemas menunggu Arrion yang sedang diinterogasi kepala sekolah.

Andra yang menjadi penyebab kerusuhan terjadi juga sempat dipanggil dan interogasi. Namun, hanya sebentar. Sementara Farzan dilarikan ke rumah sakit.

“Santai dong, babi!”

Althaf bisa melihat sendiri Andra baik-baik saja. Namun, dia tetap khawatir. Mengingat temannya itu pernah trauma menjadi korban bully. Yang akibatnya membuat Andra sempat takut pergi ke sekolah dan rajin konsultasi ke psikiater. Hal itu juga yang membuat orang tua Andra tidak menuntut apapun. Andra sudah mau sekolah lagi saja sudah syukur.

“Ar, gimana?”

Andra dan Althaf serentak menghampiri Arrion yang baru saja keluar dari ruang kepala sekolah. Luka-luka di wajahnya terlihat sudah diobati.

“Apa?”

“Jangan pura-pura goblok, Ar!” maki Althaf kesal.

“Lo ... nggak dapat hukuman berat, kan?” desak Andra yang tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran.

Arrion memasukkan kedua tangan kedalam saku celana dan memajukan langkah yang langsung diikuti kedua temannya.

Sumpah, damage Arrion pas nonjok kak Farzan. Gila. Keren banget.” pekik segerombolan siswi saat Arrion melewatinya.

“Kak Tarzan hutan meresahkan itu emang pantes dihajar. Soal ini gue dukung Arrion pokoknya.”

Em, iya. Selama ini nggak ada yang berani sama kak Farzan. Arrion orang pertama yang bikin berandalan sok berkuasa itu pingsan.”

“Lo belum jawab, Ar. Lo nggak diskors atau ... dapat hukuman yang lebih buruk dari itu, kan?”

Bukan hanya Andra dan Althaf yang butuh jawaban. Beberapa murid lain yang ada di koridor juga menajamkan telinga, penasaran.

Arrion hanya perlu membiayai perawatan rumah sakit Farzan sampai kakak kelasnya itu sembuh total. Yang kemungkinan besar, setelahnya cowok itu akan dikeluarkan dari sekolah. Poin yang dilanggar Farzan sudah melampaui ketentuan.

Pihak sekolah hanya berbicara via telepon dengan wali Arrion.

“Nggak ada hukuman apa-apa.” sahut Arrion setelah menarik sudut bibirnya yang terluka. Cowok yang biasa menunjukkan raut dingin dan datar itu memamerkan seringai tipis yang kentara sekali terkesan ... sombong.

Dengan harta, tahta, dan statusnya sebagai tuan muda kesayangan salah satu keluarga terdekatnya yang namanya cukup berpengaruh, Arrion sudah biasa difasilitasi dan mendapat perlakuan istimewa. Jadi, siapa yang berani menjatuhi hukuman untuknya?

★★★

“DARI MANA SAJA, SIH? MAMAK TELPONIN SURUH PULANG CEP—eh, ada Althaf sama Arrion juga?” seorang wanita paruh baya yang meledakkan kekesalan sembari membuka pintu, jadi tersenyum ramah saat melihat anaknya pulang bersama kedua temannya.

PRICELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang