Tes tes tes. Kangen Arrion-Bellissa, nggak?★
“Jadi, kan, besok kamu pulang?”
“Kayanya ... nggak,”
“Lho, kok?”
“Ada urusan penting yang perlu aku selesaikan lebih dulu,”
“Lebih penting dari aku? Dari janji yang kamu bilang ke aku?”
“Hm.”
Gumaman singkat dan santai itu membuat mulut Bellissa menganga. Bellissa menurunkan ponsel dari telinga dan memastikan kalau dia tidak salah menerima panggilan telepon, sebelum akhirnya dia mendengus kesal.
Pintu apartemennya tertutup setelah Bellissa masuk. Bellissa menyala-nyalakan lampu lalu meletakkan tiga paper bag nya di atas meja. Dengan excited Bellissa menyempatkan diri berbelanja meski tubuhnya lelah setelah seharian bekerja. Mengitari Mall sampai kakinya pegal dan melawan pusing mencari pilihan baju serta barang lain yang bisa membuat tampilannya terkesan lebih menarik dan cantik untuk bertemu kembali setelah sekian lama dengan pria yang dia cinta.
Namun, pria yang jauh di Eropa Selatan sana dengan santai dan tanpa rasa bersalah justru membatalkan janji yang dibuatnya begitu saja?!
Dulu, saat Mama berpesan untuk keduanya agar tidak macam-macam namun akhirnya mereka kepergok ciuman oleh Mama Arrion, harusnya, saat itu Bellissa benar-benar minta dinikahkan. Agar tidak ribet seperti sekarang.
“Arrion—”
“Sebentar,”
Bellissa kembali mendengus kesal saat Arrion memotong protesannya. Dia mengusap wajah dan meremas rambut sebelum membanting tubuhnya ke atas kasur empuknya. Tanpa peduli kalau dia harus lebih dulu membersihkan diri dan berganti baju.
Terdengar bunyi krasak-krusuk di seberang sana sebelum terdengar pintu mobil yang ditutup.
“Kamu mau kemana?” tanya Bellissa dengan perasaan yang mulai tidak enak dan pikiran buruk yang menduga-duga.
Bellissa mengangkat tangan sesaat, melihat jam dipergelangan tangan yang menunjukkan pukul sembilan malam, yang artinya ditempat Arrion sekarang baru memasuki pukul tiga siang, atau baru memasuki waktu sore. Mengingat perbedaan waktu Indonesia lebih cepat enam jam dari Italia.
“Arrion?”
“Hm?”
“Kamu nggak ... macam-macam, kan?”
“Hm?”
Arrion kembali bergumam dengan ketukan dari langkah sepatunya yang ikut terdengar.
“Urusan yang kamu sebut penting barusan bukan tentang ... perempuan, kan?” tuduhnya, ada rasa takut namun selebihnya Bellissa bertanya hanya untuk merajuk. Melampiaskan kesal dan mencari ribut.
“Bukan ... kekhawatiran yang selama ini aku takutkan, kan?”
“Arrion?” Bellissa kembali bersuara saat Arrion tidak juga menjawab. “Denger aku nggak?”
“Hm.”
Bellissa mendengus lagi, dia benar-benar kesal kali ini, mendengar Arrion yang terus meresponnya hanya dengan gumaman. “Kamu nggak jatuh cinta sama perempuan di sana, kan?!” desaknya dengan suara yang semakin dibuat merajuk.
“Kamu marah?”
“Em?”
“Seandainya aku jawab iya, kamu marah?” jelas Arrion.
Bellissa mengerjap, terdiam sesaat. “Jangan bercanda, Ar!” sahutnya kemudian dengan suara yang mulai bergetar.
“Aku terdengar becanda?”
Suara Arrion terdengar menyebalkan. Bellissa tertawa, namun kedua matanya justru berkaca-kaca. Dia menghela napas dalam-dalam, berusaha untuk tidak percaya.
“Aku tanya sekali lagi, ada perempuan lain yang—”
“Iya.”
Dan ... Ketakutan Bellissa terjadi.
Selama beberapa minggu terakhir mereka hanya berkomunikasi seperlunya dengan Arrion yang beralasan sibuk. Ternyata, sibuk yang pria itu maksud adalah sedang menyiapkan kejutan yang menyakitkan untuknya?
Lalu, janji pulang hanya sebagai penenang saat Bellissa merajuk?
Pesan salah kirim berbahasa Italia yang belum sempat Bellissa terjemahan namun sudah lebih dulu Arrion tarik mungkin itu untuk ... perempuan baru Arrion di sana?
Ah ... Hubungan delapan tahun mereka pada akhirnya berakhir ... sia-sia.
★
Part lengkap tersedia di karya karsa.
Jadi, kisah mereka yang sesungguhnya berakhir sia-sia atau bahagia?Atau ... hanya khayalan Bellissa semata?
★
Gereget banget pengen up extra part ll iniiii. Part terakhir dari kisah dua orang ini.
By the way, guys, kalian mau peluk Arrion-Bellissa versi book gaaaaak?
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICELESS
Teen Fiction⚠️17+ Arrion artinya mempesona. Kedatanganya sebagai siswa baru pernah menggemparkan sekolah pada masanya. Nyaris semua cewek disekolah menyukai dan terpikat pesonanya. Sebagian, bahkan terang-terangan mengejar, memberi dan menarik perhatian cowok i...